07. What is this feeling?

273 32 0
                                    

Nala menghentikan langkahnya didepan lift yang baru saja tertutup kembali saat dirinya keluar dari dalamnya. Matanya terpancang pada seseorang yang ia kenali masuk kedalam unit yang akan ia kunjungi.

Dahinya mengernyit. Sejak kapan Wanda mengizinkan oranglain selain dirinya sendiri masuk kedalam unitnya? Oh, atau selama ini memang Nala yang tidak tau?

Lo ternyata sama aja ya, Wan.

Mengulum senyuman miring diwajah tampannya, Nala memilih untuk menuju balkon dilantai itu. Tempat yang terkadang ia gunakan untuk menanti gilirannya masuk kedalam unit Wanda saat Raka atau Gigi berkunjung. Untung saja Mala jarang kemari. Gadis itu lebih memilih bertemu dengan Wanda di luar.

Alasannya sederhana. Apartemen Wanda tak semewah miliknya.

Tiba disana, Nala mengeluarkan isi plastik yang dibawanya. Ia membuka sebotol vodka yang sengaja dibawanya dari rumah. Biasanya ia akan minum berdua dengan Wanda. Karena sebenarnya, hubungan saling menguntungkan inipun berasal dari ketidak sengajaan mereka mabuk bersama.

Wanda yang lelah dengan Gavian dan keluarganya, namun Nala tak pernah tau akan hal itu. Bertemu dengan Nala yang ingin egonya dipuaskan.

Tidak ada yang tau soal keluarga Wanda selain Jean.

Bagi Wanda, tidak penting juga mereka tau alasan Wanda menjadi gadis yang buruk selama ini. Toh mereka tidak juga merasakan penderitaannya. Untuk apa tau, bukankah begitu? Ia hanya ingin berteman dan diterima sebagai dirinya sendiri tanpa bayang-bayang latar belakang keluarganya.

Sederhana. Wanda tidak ingin dikasihani.

"Masuk, Dan. Gue cariin baju abang gue dulu ya." Wanda mempersilakan Aidan masuk kedalam unitnya. Ia segera berjalan menuju kamarnya. Dan bodohnya ia baru teringat, tidak ada pakaian Gavian yang dibawanya.

"Dan, pake kaos oversize gue aja mau ga?" Seru Wanda dari dalam kamarnya.

"Hah?" Aidan menimbang. "Liat dulu boleh ga?"

Setelah mengambil beberapa kaus dengan asal, Wanda segera kembali keluar kamarnya. Gadis itu menunjukkan beberapa kaus yang dibawanya pada Aidan yang duduk disofa.

"Ini punya gue, hehe."

Hitam sih. Tapi akan sangat kentara jika itu milik perempuan. Aidan masih memilih kaus yang dibawa Wanda, hingga sebuah kaus hitam dengan sablon 'no fake friends' dibelakangnya mengalihkan perhatiannya. Aidan menunjuk kaus itu.

"Itu, boleh ga?"

Tanpa bertanya kembali, Wanda melemparkan kaus itu pada Aidan. Juga satu celana training adidas hitam.

"Kamar mandinya yang pintu putih." Seru Wanda dari dalam kamarnya seraya mengembalikan kaus yang tadi diambilnya kedalam almari.

Aidan segera berjalan menuju kamar mandi. Dan pikirannya masih terus menebak. Aroma parfum ini, kaus dan celana ini.

Kepalanya menggeleng.

Mana mungkin, kan?

Ia berganti pakaian sedangkan Wanda menyiapkan minuman hangat di konter dapur yang berada didepan pintu kamar mandi tepat. Tanpa ingat sama sekali pakaian milik siapa yang ia berikan pada Aidan.

"Mumpung gue disini, bahas tugas sekalian aja Wan." Ujar Aidan saat keluar dari kamar mandi. Wanda mengangguk sebagai balasan. Ia menaruh gelas diatas nampan.

"Pake laptop lo dulu ya, laptop gue habis baterainya."

Aidan menyimpan pakaiannya didalam tas dan mengeluarkan laptopnya. Disusul Wanda yang kemudian duduk disampingnya, ia menyalakan laptop.

mistake [selesai] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang