33. Missing

213 29 1
                                    

Wanda adalah ia si tokoh antagonis dalam kisah beberapa orang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wanda adalah ia si tokoh antagonis dalam kisah beberapa orang. Menampik segala fakta mengenai segala luka yang disimpannya, ia adalah si penyihir cantik yang jahat. Dalam pesonanya, selalu ada mantra kutukan yang tersemat.

Konon katanya, penyihir tak memiliki perasaan. Maka begitupun dengan Wanda Ayu. Hati si cantik agaknya telah lama mati dengan segala rasa yang tak lagi terecap jenisnya. Duka atau bahagia, ternyata bukan hanya mata yang dapat buta.

Kakinya tetap melangkah percaya diri meski ia telah menghancurkan sebuah hati yang tulus mencintai. Tubuhnya tetap berdiri tegap meski telinganya terus mendengar hujat yang tak kunjung usai.

"Ga punya muka, njir."

"Orang gila."

"Bitch."

Bahkan masih ada semat senyum miring yang hampir tak kentara pada bibir tipisnya yang menyimpan untaian kutuk itu. Setelah menghancurkan sebuah pertemanan yang Mala jaga dan anggap suci. Ia masih mampu berjalan di tengah riuh hujat menggunakan headphone di kepala.

Bukan menyumpal diri agar tak mendengar, ia hanya menunjukkan kepada mereka jika ia akan tetap pada tempatnya berpijak. Jika ia adalah si penyihir yang memiliki kutukan maut.

Tapi ternyata penyihir itu hanya sebuah kostum tersendiri. Selalu ada dingin dan gemetar yang merambat hebat pada kedua tangannya yang mencengkeram kuat tali ransel yang digendongnya. Meski bibir tetap mampu menggoreskan gurat bengis, tangan itu tak mampu bersembunyi.

Meski hatinya tak lagi merasa, ketakutan itu ternyata masih ada. Dan kesendirian semakin menyudutkannya.

Langkah tegapnya terhenti kala sepasang sepatu mahal tertangkap pada pandangan matanya. Wanda mengangkat dagu tinggi-tinggi, membuat gestur menantang. Mengatakan melalui mata jika ia dapat hidup lebih baik tanpa hadir sosok itu.

Nala tersenyum manis tanpa dosa. Mengabaikan seluruh atensi yang terarah pada dirinya dan puan manis yang ingin dicumbunya saat itu juga.

Beberapa detik tak ada sepatahpun kata yang terucap. Wanda tak ingin memulai, sedangkan Nala justru sibuk bergulat dengan warasnya.

"Miss me?" Ujar Nala pada akhirnya.

Wanda masih hanya terdiam. Sebelum kemudian mengguratkan seringai tipis pada bibir ayu nya seiring Nala mendapati beberapa tanda kepemilikan di bawah telinga si cantik saat sengaja menyibakkan rambut nya kebelakang. Rambut lebat yang begitu ingin Nala sentuh.

Nala tidak suka sebuah kekalahan. Nala benci untuk mengalah. Tapi kali ini Nala benar-benar kalah dengan telak. Ada sesak yang menghantam relungnya. Ada ingin yang menguasainya untuk mengganti tanda itu dengan miliknya. Ada ego yang terluka, tanpa penawar.

Wanda tersenyum puas melihat tatapan nanar Nala yang penuh amarah tertahan. Nala tidak suka miliknya disentuh oranglain, bukan? Dengan ini Wanda seolah menegaskan jika ia bukan lagi milik Nala.

mistake [selesai] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang