02. Aidan Dirandra

402 34 2
                                    

Wanda berjalan sendirian di koridor untuk menuju halaman belakang kampus tempatnya selalu menghabiskan waktu untuk menyendiri sebelum kembali ke apartemennya yang sepi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wanda berjalan sendirian di koridor untuk menuju halaman belakang kampus tempatnya selalu menghabiskan waktu untuk menyendiri sebelum kembali ke apartemennya yang sepi. Ini adalah tahun ketiga ia tinggal jauh dari keluarganya, setelah adegan dramatis yang menurutnya memuakkan dan terlalu lebay akhirnya Wanda memutuskan untuk tinggal sendirian dan jauh dari keluarga.

Ia membuka tas, mengeluarkan sebatang rokok dari dalam nya. Dan sembari menikmati udara sejuk halaman belakang kampus yang rindang, ia menyalakan rokoknya. Ditemani riuh suara angin yang berhembus, dan juga sahutan siul burung. Wanda mendudukan diri di bawah salah satu pohon terbesar yang ada disana.

Tempat itu selalu menjadi tempat favorit Wanda untuk menyendiri, posisinya yang langsung menghadap danau kampus sangat menenangkan sekaligus menyejukkan mata yang memandang. Beruntunglah tidak banyak orang yang sering kemari. Sehingga berpuaslah Wanda menghabiskan waktunya untuk sendirian berada disini.

Perempuan ayu itu terdiam. Bibirnya mengeluarkan asap tipis yang aromanya sangat pekat dan mudah membuat siapa saja yang tidak terbiasa akan terbatuk bila menghirupnya. Dulu, saat usianya masih belasan tahun dan masih dalam masa remaja, konon katanya merokok dapat menenangkan pikiran.

Awalnya ia menyanggah. Apa yang dapat menenangkan dari asap yang hanya membuat sesak? Apa yang orang-orang cari dari selinting batang nikotin berbahaya yang bahkan dapat membunuh perlahan? Apa yang menenangkan, dari menghirup dan menghembuskan asap mematikan?

Tapi kini Wanda justru mengamini nya. Rokok adalah ketenangan. Batang mematikan itu lebih dari sekedar candu. Manis yang beradu dengan pahit itu bahkan rasanya lebih baik dari segelas teh manis hangat yang dihidangkan mama nya dengan wajah datar.

Atensi Wanda teralihkan begitu seseorang terbatuk di dekatnya. Dengan segera ia menyudutkan batang rokoknya yang masih tersisa itu ke tanah, dan kepalanya menoleh kesamping guna mengetahui siapa yang tiba-tiba datang mendekatinya.

"Eh, sorry-sorry. Gue nggak tau ada orang disini." Gadis itu beranjak dari duduknya yang setengah menyandar pada akar pohon. Mengucapkan maaf pada lelaki yang duduk berjarak kurang dua meter dari dirinya.

Lelaki itu terbatuk sekali lagi sebelum menoleh kearah Wanda.

"Aidan?"

Aidan mengangguk, menyelipkan senyum dalam wajah tampannya.

"Lo ngapain disini?" Tanya Wanda dengan pandangan ketus nya karena merasa Aidan sengaja mengikutinya kemari.

Lelaki itu menjawab pertanyaan Wanda tanpa melunturkan senyumannya sama sekali. "Bukannya ini tempat umum?"

Wanda terdiam. Benar juga, ini adalah tempat umum dan tidak menutup kemungkinan siapapun berada disini. Wanda tidak meiliki hak untuk melarang seseorang kemari.

"Boleh ke situ?" Tanya Aidan saat Wanda hanya terdiam.

Gadis itu mengangguk tipis sebelum mengingatkan. "Tapi gue bau rokok."

mistake [selesai] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang