"Nala! Suka banget sih berantakin rambut aku. Ini tuh butuh sejam loh nyatoknya."
Nala justru mencium sekilas bibir yang tengah mengerucut kesal itu. Sangat menggemaskan memang wajah ayu itu ketika sedang kesal. Tapi benak lelaki itu justru berkata lain.
Aelah, Wanda biasa gua jambak juga ga pernah protes.
Entah sejak kapan, tapi banding membandingkan itu mulai muncul dalam benak Nala tiap kali bersama Mala. Mungkin karena Wanda yang tidak banyak memprotes, sehingga ego Nala menjadi terlalu berbahagia dengan gadis itu. Atau mungkin sebenarnya, Wanda hanya sadar posisi?
"Masih cantik." Goda Nala yang kemudian membuat bibir itu tersenyum sepersekian detik setelah mencebik kesal.
"Masa sih?" Mala memasang wajah imutnya, memastikan. Biasanya jika Wanda, gadis itu akan memukul lengan nya keras.
"Bilang aja kalo pengen tuh!"
Dengusan Wanda yang disusul tawa renyahnya terbayang di kepala Nala. Bayangan kemudian gadis itu kembali mengikat rambutnya dan menatapnya bagai bidadari yang penuh godaan pun turut terbayang.
Apaan dah, Nal. Cewek lo tuh Mala. Kamala Putri.
"Iyalah, pacar Nala mah cantik terus."
Wajah itu memerah. Mala semakin mengeratkan gamitan tangannya pada lengan Nala. Mereka kemudian berjalan bersama menuju mobil dengan senyuman yang tak kunjung luntur di bibir.
"Btw, yang. Kamu beneran tiga hari di Bali?" Tiba didalam mobil, percakapan yang sempat dibahas didalam restoran tadi justru kembali dibuka oleh Mala.
Nala yang tengah memasang seatbelt pun menoleh, mengangguk mantap. "Ya iya dong yang. Kan aku udah bilang dari kemarin."
"Terus, aku beneran nggak boleh ikut?" Tanya Mala, ini pertanyaan yang sama keempat kalinya dihari ini.
Nala menghela napas pendek. "Aku tuh proyek loh disana." Tegas lelaki itu.
"Beneran?" Suara Mala entah kenapa mencicit. "Kamu–" hening beberapa saat. "Enggak nyembunyiin selingkuhan kan disana?" Lanjut gadis itu.
Nala membelalakkan mata lebar. Tidak percaya dengan ucapan Mala yang melukai dirinya. "Kamu kok gitu nuduhnya? Aku proyek besar beneran loh ini. Kamu kenal kan sama anak tim ku? Kamu nggak percaya sama mereka? Kamu nggak percaya sama aku?"
"B– bukan gitu maksudku, sayang. A– aku kan–"
"Apa? Mau aku telponin Bang Juan? Dia ketua tim ku, kamu kenal kan? Kamu kenapa sih mikir jelek mulu tentang aku? Kamu nggak percaya beneran sama aku?"
"Bukan gitu, Nala. Ini tuh mendadak banget, ke Bali tiba-tiba. Tiga hari, aku nggak boleh ikut lagi. Padahal kan aku bayar sendiri juga kuat. Aku nggak minta uang kamu loh. Kenapa coba aku nggak boleh ikut?"
Nala menahan napasnya. Menatap tidak percaya kearah Mala yang kini menatapnya tanpa dosa. Perempuan ini entah mengapa semakin terasa aneh untuknya. Bagaimana bisa, proyek fotografi untuk lomba bulan depan masih dipertanyakan? Padahal segala izin telah jelas. Ini bukan liburan, ini proyek.
Demi tuhan? Is she joking?
"Sayang. Kok diem aja sih?" Mala kembali mencebikkan bibirnya. Nala semakin keheranan.
Serius? Gatau lah gue anjing. Pusing ngurusin lo.
"Aku harus jawab apa? Kamu beneran mau ikut? Kamu mau ngapain di Bali?" Kali ini Nala menahan amarahnya, ia mati-matian untuk tidak membandingkan lagi perempuan ini dengan penghangat ranjangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
mistake [selesai] ✔
FanfictionNala, manusia dengan sejuta ego nya. Menomorsatukan ego diatas segalanya. Bahkan terkadang menjadikan Wanda sebagai pemuas ego nya yang kelaparan. Tidak peduli dengan amukan kekasihnya, ego harus tetap nomor satu. Wanda, menjadi tempat pelampiasan a...