"Selingkuh itu dilakukan dua belah pihak dalam keadaan sadar. Mana mungkin selingkuh khilaf bilang nggak sadar. Mustahil." Gigi menepuk meja didepannya dengan kuat. Meneguhkan pendapatnya.
Raka dan Mala yang menyimak mengangguk-angguk.
"Iya juga sih. Mana mungkin ada perselingkuhan, kalo laki-lakinya nggak bukain pintu buat cewek lain." Timpal Mala.
"Bener tuh. Gue cowok aja heran sama cowok yang suka selingkuh." Imbuh Raka, memanasi pergosipan.
Wanda yang baru saja datang bergabung menoleh kearah Gigi dan Mala bergantian. "Bahas apaan sih? Seru banget kayaknya."
Mala memajukan badan, bersiap memberikan informasi yang sama untuk kedua kalinya. "Lo tau kan, si Yesa sama Heksa pacaran?"
Wanda mengangguk, ia tau.
"Nah itu, si Heksa kepergok selingkuh sama adik tingkat. Mana alesannya khilaf lagi. Ilfeel banget deh gue kalo jadi Yesa." Cerita Mala menggebu-gebu.
Wanda membulatkan kedua bola matanya, Tertarik dengan cerita yang Mala suguhkan. "Oh ya? Kok bisa ketauan?"
"Jadi, si Yesa itu kan tau tuh pin apartnya si Heksa. Eh, pas dia kesana karena Heksa katanya sakit, malah hs dia sama cewek lain. Parahnya lagi–" Mala menekankan nada bicaranya. Seperti informan terpercaya yang pernah ada. Raka dan Gigi pun tak bosan ikut mendengarkan. "Dia ngaku khilaf! Mana ada selingkuh khilaf, selingkuh mah ya selingkuh aja. Sengaja. Nggak ada khilaf-khilaf sampe berbulan-bulan main dibelakang tuh."
Sungguh Wanda hampir saja tersedak ludahnya sendiri. Ia barusaja akan menimpali tapi Nala dan Jean justru bergabung di meja.
"Bahas apaan dah, serius banget kayaknya." Tanya Jean yang langsung merangkul Gigi. Sedangkan Nala merangkul pinggang Mala tepat didepan mata Wanda yang sengaja memperhatikan keduanya.
Raka merotasikan bola matanya. Begah melihat kedua temannya yang tidak tau tempat ini.
"Itu, si Heksa ketauan selingkuh." Balas Raka seraya menegakkan duduknya dan menyeruput es teh digelas yang Wanda bawa.
Jean menahan tawa. "Kok bisa?"
Nala pun diam-diam menyembunyikan tawanya. Meski Wanda menangkap ekspresi lelaki itu. Dan sangat sialan, itu membuatnya rikuh. Ditambah kejadian semalam, andai tak pandai berpura-pura ia pasti akan sangat kentara jika tengah canggung dengan Nala.
"Tau dah. Lagian cewek secakep Yesa masih aja di sia-siain. Kalo gamau kan bisa buat gue." Sahut Raka lagi. Dan mereka kompak berseloroh panjang menyorakinya.
"Ck. Apaan dah. Kan ya daripada disakitin mending sama gue yang pasti menyayangi sepenuh hati gitu loh."
"Yeu, itu sih angan lo doang. Yesa juga mana mau sama lo." Balas Wanda ketus.
Wanda memang mengarahkan seluruh atensinya pada Raka disampingnya. Tapi dapat ia rasakan jika Nala menyorotinya lekat. Ditambah senyuman lelaki itu, jantung Wanda semakin menggila.
"Gue ganteng kali. Rajin juga. Kalah mereka berdua mah kalo sama gue." Raka menunjuk kearah Nala dan Jean.
Wanda merotasikan bola matanya. "Iya deh, yang paling ganteng."
Mereka tertawa. Jean yang menangkap arah pandang Nala hanya menggelengkan kepala. Dan saat terjadi kontak mata antara keduanya, mereka saling menahan tawa. Sungguh kepalsuan yang rapi.
"Btw, misal nih Gi, Mal, kalo sampe mereka berdua ketauan selingkuh–"
"Ih, amit-amit!" Mala menyerobot ucapan Raka yang belum selesai.
KAMU SEDANG MEMBACA
mistake [selesai] ✔
FanfictionNala, manusia dengan sejuta ego nya. Menomorsatukan ego diatas segalanya. Bahkan terkadang menjadikan Wanda sebagai pemuas ego nya yang kelaparan. Tidak peduli dengan amukan kekasihnya, ego harus tetap nomor satu. Wanda, menjadi tempat pelampiasan a...