Raka menarik tangan Wanda, takut gadis itu menghilang diantara kerumunan orang yang berjubelan dilantai dansa. Ini bukan tempat asing untuk Wanda, tapi Raka tak akan pernah membiarkan sesuatu terjadi pada gadis itu.
Setelah melewati banyak manusia, mereka akhirnya tiba di meja yang Raka tuju. Disana, telah ada Jean, Gigi, Saga, Aidan, juga beberapa anak himpunan yang Wanda tidak terlalu kenal. Hanya sekilas mengetahui namanya.
Raka menarik Wanda untuk duduk disampingnya, dimana itu tepat berada disamping Aidan yang sempat tersenyum hangat menyapanya. Aidan ini seperti air tenang, yang tidak pernah ada yang tau berapa kedalamannya.
"Ini anak-anak himpunan, Rak?" Tanya Wanda seraya mendekat pada Raka. Lelaki itu menoleh.
"Iya." Cengirnya.
Wanda otomatis menepuk lengan Raka lumayan keras. "Terus ngapain ngajakin gue." Desis gadis itu galak.
"Biar lo bersosialisasi." Balas Raka dengan nada bicara yang naik beberapa oktaf. Berusaha mengalahkan berisik suara disini.
"Pesen apa, Wan?" Wanda dan Raka menoleh kearah Aidan yang kini mengalihkan seluruh atensinya menuju Wanda. Lelaki itu memasang senyuman manis, selalu.
"Margarita aja." Balas Wanda. Aidan berganti bertanya pada Raka.
"Lo mau pesen apa, Rak?"
"Samain aja kayak Wanda."
Setelah Aidan beranjak pergi untuk memesankan minuman Wanda dan Raka, Wanda bergelayut manja pada lengan Raka yang tengah mengobrol dengan Karin dan Saga. Sepertinya membahas keberhasilan salah satu acara besar mereka.
"Gue baru tau anak himpunan doyan dugem." Bisik Wanda yang otomatis mengalihkan perhatian Raka.
"Kita kan juga cuman manusia biasa. Lagipula jarang-jarang kok."
"Aneh. Percintraan lo semua."
Raka tertawa, tangannya terulur untuk mengusak rambut Wanda yang kini terkuncir kuda.
"Mala beneran pergi sama Nala nih?" Jean menyudutkan ujung rokoknya pada asbak. Membuka obrolan yang otomatis membuat seluruh atensi tertuju pada dirinya.
"Iya lah. Sekalian." Sahut Saga.
"Pinter juga tu bocah. Sambil menyelam minum air." Timpal Raka. Mereka sontak tertawa. Dan bersamaan dengan itu, Aidan telah kembali menuju meja.
"Tapi gue kalo jadi Mala ya bakalan tetep ikut sih, kapan lagi Bali kan." Gigi melepas jaketnya dan menuangkan wine kedalam gelasnya. Gigi bukan tipikal macam Wanda yang kuat minum, toleransi alkohol nya bahkan terbilang rendah.
"Mau turun nggak?" Karin beranjak berdiri seraya menawarkan yang lain untuk turun ke lantai dansa.
Raka menyusul berdiri. "Gue ditinggal?" Tanya Wanda. Raka hanya mengusap kepala gadis itu pelan.
"Ayo, mau ikut?"
"Ikut aja, ayo Wan." Menyusul Karin, Wanda akhirnya beranjak. Disusul Saga dan juga Aidan ternyata ikut beranjak berdiri. Sedangkan Gigi dan Jean lebih memilih tetap dikursi mereka masing-masing.
Dentuman keras suara musik mengalun, membuyarkan seluruh aktifitas yang ada. Mengurangi beberapa beban yang menggelayuti kepala dan benak. Menghibur beberapa hati yang lara.
Wanda dan Karin berseru heboh saat melihat Raka meliuk diantara jubelan manusia dengan begitu lihai. Aidan hanya mengamati. Sedangkan Saga lebih dulu menyusul Raka.
Karin tak ingin kalah, gadis itu merangsek diantara kedua lelaki tadi. Ikut meliukkan tubuh mengikuti irama. Wanda ingin menyusul, tapi sosok Aidan yang hanya tertawa melihat kelakuan temannya lebih mendistraksi dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
mistake [selesai] ✔
FanfictionNala, manusia dengan sejuta ego nya. Menomorsatukan ego diatas segalanya. Bahkan terkadang menjadikan Wanda sebagai pemuas ego nya yang kelaparan. Tidak peduli dengan amukan kekasihnya, ego harus tetap nomor satu. Wanda, menjadi tempat pelampiasan a...