30. Sebuah mula dari akhir

205 26 0
                                    

Mala membuka pintu di depannya. Berjalan tergesa masuk ke dalam apartemen Nala yang berantakan. Botol alkohol berserakan di lantai. Dan lelaki itu duduk di bawah, menyandarkan tubuh pada sofa seraya memejamkan mata.

Bayangan Wanda masih terus membayangi benak Nala, kehilangan gadis itu benar-benar salah satu hal yang ia takutkan sejak awal memulai segala kesalahan ini.

Masih ada janji untuk pergi ke Lombok berdua yang belum Nala penuhi. Masih ada ribuan angan dan harap yang bersemayam damai.

Kondisi Nala tak jauh lebih buruk dari Wanda.

"Sayang." Mala duduk disamping lelaki itu, menyentuh lengannya pelan. Membawa keluar kekehan sinis pada bibir Nala.

"Ngapain kesini?"

Aroma alkohol tercium pekat. Mala mengalihkan pandangannya kesekitar. Mencoba menetralisirkan egonya. Bukankah seharusnya ia yang mengamuk pada Nala? Mengapa jadi ia yang merengek?

"Nala,"

"Lo tau kenapa gue mau sama dia?" Nala beranjak duduk tegak, menatap tajam kearah Mala. Sebuah sisi yang selalu hanya ia tunjukkan pada Wanda, kini ia pamerkan pada Mala.

Mala menggeleng kecil, nyalinya menciut.

"Karna gue sayang sama lo, bodoh." Kedua bola mata Mala membesar. Lelakinya, baru saja mengumpatnya?

Perempuan itu mengerjap. "M– maksud kamu?"

Nala terkekeh. "Bahkan lo ga pernah peduli kan sama gue? Kenapa gue harus ngelakuin sesuatu yang ga masuk akal di lo, lo ga pernah tau sebabnya kan?"

Mala menelan ludahnya susah payah. Ia, tidak pernah sekalipun mengetahui segala keluh kesah Nala. Bahkan ketika mereka bertengkar saja, Mala tak pernah tau alasan dibaliknya atau ketika membaiknya.

"Gue cuman gamau lo kenapa-napa."

"Bohong. Kalo kamu beneran sayang sama aku kamu ga seharusnya ngelakuin itu." Balas Kamala dengan bibirnya yang mencebik. Wajah ayu itu bersiap menangis.

Nala terdiam. Wajahnya datar dan menyeramkan. Detik berikutnya ia bangkit berdiri dan menarik Mala dengannya.

Ruangan tempat Mala berdiri saat ini tak pernah ia sangka akan ada di apartemen Nala. Bola matanya membesar karena terkejut. "N– Nala. Kita mau ngapain?"

"Main." Jawaban singkat itu diikuti Nala yang melepas kausnya dan berjalan mendekati Mala yang menggeleng keras.

"No. Aku gamau, kamu mabuk." Mala melangkah mundur. Nyalinya benar-benar menciut.

"Gamau? Beneran gamau, apa capek habis main sama yang lain?"

Gadis itu terdiam.

"Jawab." Dagu Nala terangkat. Wajah itu mengintimidasi.

"Kamu ngomong apa?" Cicit Mala.

"Lo pikir gue setolol apa, Mala. Lo ngamuk ke Wanda, lo ngamuk ke gue, setelah hs sama cowok lain. Ngotak."

"No. Nala aku–"

"Jawab!" Bentak Nala yang menggema ke seluruh ruangan.

Mala menarik napas panjang. "Kamu selingkuhin aku! Kenapa kamu gamau ngertiin perasaan aku?! Kamu egois, aku sakit hati, Nala!" Teriak Mala, mengeluarkan segala isi hatinya.

Lelaki itu terkekeh sinis. "Ngertiin lo? Lo aja gapernah kan ngertiin gue? Lo harusnya tau, gue gasuka punya gue dipegang orang lain, Kamala." Ada jeda hening beberapa saat sebelum Nala kembali membuka suara. "Kita putus." Lanjutnya.

Mala menggeleng ribut, berjalan cepat kearah Nala. "Enggak. Aku gamau."

"Gue bukan minta persetujuan lo."

mistake [selesai] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang