8. Pangeran dari Selatan

28.9K 3.2K 63
                                    

Jangan lupa tekan ☆ biar Pangeran Atlantic makin semangat.

_____
Anna menghela napas berat saat matanya terbuka. Berharap yang pertama kali ia lihat adalah plafon usang tetapi, ia justru melihat sebuah plafon yang di tengahnya tergantung lampu hias.

Singkatnya, Anna belum kembali ke dunia nyata ia terjebak di lingkup asing yang sama sekali tidak ia ketahui di mana letak geografis kerajaan aneh ini.

Anna melirik ke samping kanan, tidak ada lagi Pangeran Atlantic di sana. Namun, terdengar gemericik air tepat pada sebuah pintu coklat yang tidak tertutup rapat itu. Anna mengerutkan dahi, sejak kapan ada kamar mandi di sana?

"Ngapain gue dibawa mandi jauh-jauh kalau di kamar ini ada kamar mandi, heran," cibir Anna, bangkit dari tidurnya.

Masih menatap pintu yang tidak tertutup sempurna itu, Anna mencebik. "Memangnya gue bakal tertarik buat ngintip? Ogah!"

Anna memilih turun dari ranjang berukuran besar itu, melangkah mendekati sebuah jendela kaca dengan tinggi sekitar dua meter dan lebar juga dua meter. Sejenak Anna terpesona, menatap hamparan taman bunga mawar dan tulip.

"Ini di Belanda?"

"Belanda apa?" Suara bariton Pangeran Atlantic membuat tubuh Anna tersentak kaget.

Kontan gadis itu menoleh, matanya langsung melotot melihat Pangeran Atlantic telanjang dada dan hanya mengenakan handuk di pinggang hingga lutut.

"Gila lo!" Anna langsung mengalihkan pandangannya kembali ke hamparan bunga tadi. "Ini gue sebenarnya di mana sih? Kerajaan Inggris atau apa? Heran," batin Anna semakin pusing.

"Kenapa? Apa tubuhku jelek? Ah, sepertinya aku harus sering melatih tubuh ini. Mau ikut berkuda? Kebetulan hari ini aku tidak sibuk," tawar Pangeran Atlantic.

"Pakai bajumu dulu," perintah Anna, berusaha menghindari kontak mata dengan Pangeran Atlantic.

"Em, baiklah. Tunggu sebentar, kau tidak ingin mandi dulu?"

"Ide bagus, gue mandi dulu. Bye!" Anna berjalan miring, mirip sekali dengan kepiting itu semua demi menghindari kontak mata dan juga menghindari tubuh setengah telanjang sialan itu.

Atlantic hanya menaikkan kedua bahu. "Pelayan!" teriak Atlantic kembali, ia sudah menggunakan jubah mandi untuk menutupi tubuhnya.

Tak lama empat orang pelayan memasuki kamar.

"Tolong siapkan pakaian Putri Anna dan pakaianku," titahnya, sembari duduk manis menikmati teh hijau.

Anna terheran-heran, di kamar mandi ia hanya merebahkan tubuhnya di dalam kolam kecil yang berisi banyak kelopak bunga melati. Aromanya lumayan membuat rileks, tetapi juga membuat Anna merinding.

Sekitar lima belas menit berendam, Anna bangkit lalu megambil baju mandi dan keluar. Ia tak menemukan Pangeran Atlantic lagi, hanya ada empat orang pelayan yang berdiri seperti orang bodoh sembari menatap kosong pada lantai.

"Ni orang digaji berapa sih, kerjaannya cuma ngeliat lantai sama diem kek orang dungu," cibir Anna.

"Biar saya bantu, Tuan Putri," tawar Ros--Kepala Pelayan yang bertugas atas penampilan Pangeran Atlantic dan Putri Anna.

Anna hanya menurut saja, lagian kapan lagi coba ia merasa hidup mewah seperti saat ini. "Btw, Pangeran mesum itu ke mana?" tanya Anna celingukan, barangkali dia bersembunyi.

Ros sedikit mengernyit heran. "Maksud Tuan Putri, Pangeran Atlantic?"

"Ya, siapa lagi," sahut Anna memelas.

"Kebetulan sekali, pagi ini tiba-tiba Kerajaan didatangi oleh Pangeran dari Selatan," jawab Ros.

Anna langsung menaikkan alis kirinya menatap Ros. "Ansel?" Seingat Anna namanya Pangeran dari Selatan adalah Ansel. "Antar aku ke sana, setiap hari hanya melihat wajah Pangeran Atlantic sangat membosankan."

Ros langsung mempersilahkan Anna untuk melangkah lebih dulu, lalu mereka berempat menyusul berbaris di belakang Anna. Sesekali Anna melihat ke arah luar jendela, ia belum tau persis sebesar apa istana Pangeran Atlantic ini.

Mereka terus berjalan melewati beberapa ruang kerajaan penting, mulai dari ruang kerja Pangeran Atlantic, ruang keluarga besar Pangeran. Tak lupa, ada ruang khusus yang entah bertujuan tempat apa. Sekilas Anna melihat isinya, terdapat beberapa tumpukan kertas kuning dan pena yang masih berdiri di dalam gelas tinta. Di depannya ada sebuah kursi busa merah bulat.

"Ini ruang lukis?" tanya Anna pada Ros.

"Benar sekali, Tuan Putri. Bukankah, Tuan Putri suka sekali melukis?" Ros malah menyerang Anna dengan pertanyaan itu.

Anna mengerjap polos menatap ke arah Ros. Suka melukis?

"Ngawur lo, lukisan terbaik gue selama hidup tujuh jelas tahun ini cuma orang lidi," celetuk Anna.

Tentu saja Ros tidak akan paham dengan bahasa yang gadis itu utarakan. Meraka hanya melongo sembari mengangguk berusaha terlihat yakin bahwa mereka tau.

"Sayang, kau sedang apa di sana?"

Anna langsung mengalihkan pandangan ke sumber suara, matanya langsung melotot seakan ingin keluar dari tempatnya. Bukan karena melihat Pangeran Atlantic, melainkan pria yang berdiri di samping Atlantic.

Jubah biru itu terlihat cocok menutupi punggungnya hingga menyapu lantai, kedua iris matanya biru bak lautan yang selimuti salju.

"Dia Pangeran Ansel, dari Selatan," bisik Ros.

Anna menggeleng pelan. "Itu Exel," lirihnya takjub.

______
Hayooo, ingat Exel?

I am [Not] A Princess | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang