_____
"Kau tau, kan. Perasaanku masih sama, aku masih mencintaimu."Langkah Anna terhenti, telinganya seperti ditarik paksa untuk mendekat pada sumber suara itu. Tepat di samping tembok pembatas taman bunga, dari kejauhan samar-samar Anna melihat Putri berdiri.
"Aku hanya perlu sedikit waktu," ucapnya lagi.
Rasa penasaran Anna semakin terpancing, ia lantas bergegas melangkah lalu bersembunyi di balik pilar yang cukup besar itu. "Itu si Putri manja lagi ngomong sama siapa?"
Sial, lawan bicara Putri sama sekali tidak terlihat.
"Aku harus melahirkan bayi ini dulu, setalah itu kita jalankan sama-sama rencana ini."
Rencana? Anna menatap gadis itu curiga, ada perasaan yang mulai tidak enak.
"Kau akan menjadi Raja pengganti, dan kita akan menikah lalu hidup bahagia. Aku jamin itu."
Mata Anna langsung melotot. Apa ini? Rencana apa yang akan Putri lakukan? Menikah? Dengan siapa? Bukankah dia cinta mati pada Raja Atlantic. Lalu, siapa pria itu?
Pertanyaan semakin menyerang, membuat Anna panik sendiri. Antara ingin buka suara dan menegur, tetapi niat itu ia urungkan. Menyadari obrolan kedua selesai, Anna langsung bergegas meninggalkan tempat itu sebelum ketahuan.
Sepanjang lorong kerajaan Anna terus memikirkan kata-kata terkahir itu. "Apa iya, Putri selingkuh sama pria lain?"
Kontan, Anna menggeleng cepat. Sebisa mungkin tidak berpikiran buruk, tetapi pada dasarnya Putri Anna itu memang sangat mencurigakan.
"Aw!" pekik Anna histeris, langkahnya terhenti seketika.
Gadis itu menabrak pilar di persimpangan lorong, dahi Anna langsung memerah. "Woy! Siapa sih yang naruh tiang segede gini, hah?!" tanyanya marah seraya mengusap dahi.
Ros datang dengan langkah tergopoh-gopoh. "Tuan Putri baik-baik saja?"
Anna berdecak sebal, menatap Ros memelas. "Gak apa-apa, Ros. Paling jidat gue bentar lagi segede gaban!"
Ros hanya tersenyum kecut, masih setia menatap lantai. "Yang Mulia Agung sedang menunggu Tuan Putri di meja makan, saya akan mencari Putri Anna lebih dulu," pamitnya lalu melangkah melewati Anna.
"Mulai sekarang gue mesti awasi tuh perempuan," batin Anna, lalu bergegas menyusul Raja Atlantic di meja makan.
Tak lama kemudian Anna memasuki ruang makan, Atlantic hanya duduk seorang diri menatap kosong meja panjang yang berisi banyak menu makanan itu.
Anna mengulas senyum simpul, lalu melangkah pelan mencoba memberi kejutan. Anna langsung memeluk leher jenjang pria itu. "Cieee, yang makan sendirian," ejek Anna tertawa pelan.
Atlantic menoleh, menatap wajah Anna seraya mengulum senyum. "Kau ingin menggodaku? Ayolah, ini meja makan," ujar Atlantic berusaha menahan tawa.
Anna terkekeh, memukul pelan kepala orang paling dihormati di Kota Atlants ini. Untung saja Atlantic mencintai Anna, coba saja tidak. Mungkin detik ini juga pisau untuk mengiris daging itu menancap di dadanya.
"Maaf, tadi aku jalan-jalan sebentar." Anna langsung mengambil duduk di sisi kanan Atlantic. "Em, Putri ke mana?"
"Katanya dia ada urusan sebentar pada Panglima Poloen," jawab Atlantic seadanya.
Anna melebarkan mata, menunduk menatap piring berwarna keemasan itu. Sangat tidak mungkin jika Putri Anna selingkuh bersama Panglima Poloen, itu mustahil.
"Ada apa?" tanya Atlantic. Kedua alis tebal itu tampak terangkat.
"Em, tidak," jawab Anna cepat, ia langsung buru-buru menyantap hidangan makan malam.
Tak berselang lama Putri Anna tiba di ruang makan. Dengan hati-hati Ros membantu wanita itu duduk. "Maaf, terlambat," ucapnya.
"Apa yang kalian bicarakan?" tanya Anna, hanya untuk memastikan firasatanya.
Putri langsung mengerutkan dahi, menatap gadis itu memicing. "Ini masalah pribadi, aku dan Panglima Poloen adalah teman dan Raja tau itu. Iya kan?" Putri Anna menoleh pada Atlantic.
Pria yang sudah menjabat sebagai Raja itu hanya mengangguk singkat. Semua orang di kerajaan ini tau, Putri Anna memang berteman dengan Panglima Poloen semenjak kehadirannya sebagai Putri.
"Oh, baiklah," sanggah Anna. "Dasar wanita licik," lanjutnya dalam hati, sesekali melirik wanita itu dengan tatapan sengit.
Tak ada obrolan sepanjang makan malam mereka, sudah menjadi hal biasa. Atlantic paling tidak suka buka suara saat sedang makan malam. Itu akan membuat napsu makannya hilang.
Namun, bukan Anna namanya jika membiarkan suasana hening. Gadis itu sengaja mencari keributan dengan melirik tajam ke arah Putri saat tatapan mereka saling beradu sengit.
"Kenapa kau menatapku seperti ingin membunuh?" tanya Putri Anna spontan.
Anna hampir tersedak, apalagi ketika Atlantic menatapnya. "Eh, jangan asal fitnah. Aku justru sedang mencoba memikirkan nama calon Pangeran Kecil Atlants," sanggah Anna cepat.
Senyum Atlantic langsung terbit. "Kau perhatian sekali," pujinya.
"Itu bukan masalah besar, lagipula aku sudah punya nama calon bayiku sendiri," ketus Putri Anna, mencebik lalu memasukkan sepotong daging itu ke mulutnya.
"Raja yang tampan diam saja, kau kan tidak suka bicara saat makan. Ini obrolan sesama calon ibu," kekeh Anna, lalu mengerlingkan mata kanannya.
Atlantic hampir saja tertawa, tetapi sebisa mungkin pria itu meredam suaranya dengan berdehem pelan. Entah kenapa tiba-tiba rasa rindu akan aroma khas Anna menggebu dalam dirinya.
Melihat hal itu api cemburu langsung membakar emosi Putri Anna.
"Ah, aku punya usul untuk nama calon anakmu," seru Anna cepat sebelum wanita itu melontarkan protesnya yang tidak berguna.
Putri Anna hanya menaikkan kedua alisnya, menatap Anna memelas.
"Jika dia lahir sebagai gadis, maka beri dia nama Suketi saja. Kalau dia lelaki, beri dia nama Sukiman, bagaimana?" Entah kenapa Anna ingin sekali meledakkan tawa melihat raut kebingungan di wajah Putri.
"Aneh," ucap Putri Anna lirih.
Anna terkikik geli. "Sama seperti dirimu, aneh," decak Anna.
Putri Anna mengarahkan tatapannya pada Raja Atlantic. "Bagaimana?" tanyanya meminta persetujuan.
"Aku setuju saja," sahut Raja Atlantic dengan santainya, bersamaan dengan makan malam yang berakhir.
Saat itu juga tawa Anna langsung pecah, entah kenapa mengerjai Putri adalah sebuah kebahagiaan tersendiri. "Goblok," ejeknya dalam hati.
______
Kita kurangi hujatan dulu, ya. Wkwkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
I am [Not] A Princess | End
RomanceBagaimana jika kau terbangun di dunia lain, lalu menjadi seorang Putri dan Istri Pangeran tampan dalam sebuah Novel Romance? Itulah yang Anna rasakan sekarang, tertidur pulas di sebuah perpustakaan sekolah dan justru terbangun di dunia lain. "Kau Is...