Hai, balik lagi.
____
Anna diam, sejak tadi gadis itu hanya menyimak obrolan dari kedua Pangeran di depannya. Anna tidak mengerti konsep obrolan meraka yang terdengar berat sekali.Hanya satu yang menjadi beban pikiran Anna, Pangeran Ansel ini benar-benar mirip sekali dengan Exel. Perbedaan mereka hanya pada warna mata, jika Pangeran Ansel bermata biru toska maka Exel bermata coklat terang. Walau begitu, rasanya sangat tidak masuk akal saja.
"Em, sepertinya Putri Anna tidak suka dengan obrolan kita," kekeh Pangeran Ansel yang tiba-tiba menatap Anna seraya mengulas senyum simpul.
Anna hampir beku dengan tatapan itu.
"Ah, seharusnya obrolan tentang kerajaan tidak di sini," sahut Pangeran Atlantic jadi tak enak hati. Sejak tadi ia dan Pangeran Ansel hanya mengobrol perihal pembangunan jembatan penyeberangan baru untuk rakyat Atlants dan Selatan.
Anna nyengir, ia sama sekali tidak tau apa-apa. "Its okay, lagian aku gak minat sama obrolan kalian berdua," batin Anna penuh penekanan.
"Bagaimana, apa jamuan yang tersedia ini membuatmu puas?" tanya Pangeran Atlantic pada Ansel.
"Em, tentu saja. Aku sangat menyukai hidangan penutupnya," puji Pangeran Ansel.
"Baguslah, sering-seringlah datang ke sini. Bawa Putri Manora juga, agar Istriku mempunyai teman. Di istana ini dia sangat susah mencari teman," ucap Pangeran Atlantic terang-terangan.
Anna langsung mendengus sebal, bagaimana mau punya teman. Wong, dia baru kenal kerajaan ini beberapa hari. Pun, Anna belum pernah keluar istana juga.
"Saran yang bagus, aku akan coba membawa Putri Monara lain kali," sahut Pangeran Ansel setuju.
Kembali, embusan napas berat keluar. Anna melepas garpu dan pisau di tangannya. "Kalian ngomong kaku banget, gak cape apa? Gue yang denger aja cape," cibir Anna yang sudah kehilangan kesabaran.
Pangeran Ansel langsung shok, sedangkan Pangeran Atlantic langsung tertawa hambar saking tidak enak hati atas perbuatan Istrinya.
"Pelayan!" panggil Pangeran Atlantic segera.
Ros--beserta jajarannya langsung datang.
"Tolong bawa Tuan Putri ke kamar, dia sepertinya lelah. Jika bisa panggil Tabib Yen untuk memeriksa kondisi kesehatannya," titah Pangeran Atlantic.
Anna tentu kaget. Apa yang akan Tabib Yen katakan bahwa dirinya tidak mengandung? Apa! Oh tidak. Anna tidak bisa menolak, ia mengikuti arahan Pangeran Atlantic untuk ke kamar.
"Mampus gue, ya kali gue diperiksa benaran hamil. Gak masuk akal bener ini mah," gerutu Anna pelan sepanjang jalan. "Tapi kalau gak hamil juga, itu lebih parah."
Ia benar-benar takut sekali, tak bisa membayangkan bagaimana reaksi Pangeran Atlantic jika tau dia bukanlah Putri Anna asli. Di pikiran Anna adalah, ia akan diusir lalu diasingkan ke tempat terpencil tanpa ada satu penghuni. Anna akan mati kelaparan dan terjebak di dalam dunia lain ini selamanya.
"Enggak!" teriak Anna refleks, ia menabrak pilar besar yang berdiri di setiap sisi lorong.
"Tuan Putri!" Ros langung mengarahkan dua orang bawahannya untuk segera memanggil Tabib Yen. Sedangkan Ros dan satu lainnya mebantu Anna masuk ke kamar.
"Tuan Putri baik-baik saja?" tanya Ros panik, jangan sampai ia dicap lalai dalam menjaga Putri Anna yang sedang hamil muda itu.
"Menurut lo? Nih, bentar lagi benjol kek biji jagung," ketus Anna kesal, mengusap dahinya pelan yang terasa nyut-nyutan.
Tak lama kemudian Tabib Yen datang, Anna semakin ketakutan sekarang. Pria itu menatapnya datar, firasat Anna mengatakan dia sudah tau siapa Anna sebenernya.
"Tolong periksa keadaan Putri Anna, sesuai perintah Pangeran," ucap Ros.
Tabib Yen hanya mengangguk singkat, lalu meletakkan tas kayunya yang super unik itu. "Ulurkan tanganmu, Tuan Putri," titahnya.
Anna bergidik ngeri, jujur Anna sangat benci dengan Kakek berjenggot panjang dan putih di depannya itu. Anna merasa geli saja melihat betapa panjang rambut yang bergantung di dagunya itu.
Ragu-ragu Anna mengulurkan tangannya, berusaha menetralkan perasaan gugup. Sepertinya kisah Anna akan tamat di sini.
"Kondisinya baik-baik saja," ucap Tabib Yen.
"Bayinya, bagaimana?" tanya Ros lagi.
Anna langsung melototkan mata, bagaimana bisa pelayan bodoh itu bertanya lagi. Sudah jelas, pasti jawabannya Anna masih perawan murni.
"Bisa tolong panggilkan Pangeran? Hal ini harus aku utarakan lebih dulu padanya," usul Tabib Yen.
Ros langsung bergegas kembali ke ruang makan untuk memanggil Pangeran Atlantic. Sedangkan pelayan satunya dibiarkan tinggal untuk menjaga.
Tabib Yen menatap Anna curiga. "Kau bukan Putri Anna," ucapnya pelan, hampir terdengar seperti bisikan mengintimidasi.
_____
Jadi? Apakah Tabib Yen akan menceritakan semuanya pada Pangeran Atlantic?
KAMU SEDANG MEMBACA
I am [Not] A Princess | End
RomanceBagaimana jika kau terbangun di dunia lain, lalu menjadi seorang Putri dan Istri Pangeran tampan dalam sebuah Novel Romance? Itulah yang Anna rasakan sekarang, tertidur pulas di sebuah perpustakaan sekolah dan justru terbangun di dunia lain. "Kau Is...