14. Si Mata Biru

18.4K 2.3K 46
                                    

______
Anna baru mengetahui satu fakta mencengangkan. Rupanya selama ini Exel memiliki mata biru toska, mata coklat yang sering Anna lihat hanyalah tipuan. Exel sengaja menggunakan lensa coklat agar menutupi identitas mata aslinya yang sangat indah itu.

Fakta itu justru mengingatkan Anna pada Pangeran Ansel yang berasal dari Kerajaan Selatan. Apa jangan-jangan dia adalah Exel yang ikut tersesat masuk ke novel?

"Jangan-jangan novel satunya ada di tangan Exel?" Monolog Anna, walaupun masih agak ragu.

Anna memilih merebahkan tubuhnya di kasur, berharap malam ini ia bisa kembali ke dunia fantasi itu untuk menelisik lebih jauh tentang Pangeran Ansel. Walaupun Anna tidak suka.

"Kisah ini harus segera berakhir, apapun endingnya," batin Anna sebelum benar-benar memejamkan mata.

Anna merasakan kehangatan melingkari perutnya, seperti ada seseorang yang memeluk erat tubuh mungil itu. Ah, sepertinya gue kembali ke kamar harimau lapar.

Anna langsung membuka mata, pertama kali ia langsung disuguhkan pemandangan kurang ajar Pangeran Atlantic. Pria itu tidak menggunakan baju, dalam keadaan memeluk Anna. Wajahnya sengaja ia benamkan di ceruk leher milik Anna, hangat napasnya langsung membuat Anna merinding disko.

"Sial, harusnya jangan bangun di adegan ini," gerutu Anna, antara bingung dan malu.

Anna berusaha menyingkirkan tangan besar dan kokoh itu dari tubuhnya. Butuh usaha keras untuk bisa melakukannya, untunglah tidur Pangeran Atlantic lumayan kebo juga. Anna bergegas turun dari ranjang super besar itu hati-hati. Meraih jubah mandi lalu buru-buru masuk ke kamar mandi.

"Gue benar-benar gak tau apa yang udah terjadi, kalau gue hamil sampai dunia nyata cuma karena ciuman sialan itu. Fiks, gue cari yang namanya Atlantic sampai ujung dunia," gerutu Anna sepanjang mandi.

Tak ingin berlama-lama, Anna bergegas memakai jubah mandi. Sejenak Anna terdiam, terbesit rasa salah dan berdosa dalam diri. Tuhan mengutuk hidup gue yang berantakan ini, jadi tambah berantakan.

Anna hanyalah seorang anak yatim piatu, sejak kecil hidup bebas tanpa pernah merasakan apa arti dari kasih sayang. Bagaimana rasanya mempunyai kedua orang tua. Sekarang, Tuhan seakan menghancurkan kehidupan Anna lewat dunia fiksi ini. Walaupun Anna belum tau apa tindakan tidak terpuji yang dilakukan Pangeran Atlantic padanya. Entah akan berimbas pada dunianya atau tidak.

Tanpa sadar butiran bening mengalir membasahi pipi Anna. "Gue udah gak suci lagi, maybe," lirihnya terisak. Jika benar-benar ini berimbas pada dunia nyata, maka Anna tidak akan ada harganya lagi di mata pria mana pun.

"Anna, ada apa?" Pangeran Atlantic merengkuh gadis itu dari belakang.

"Tolong pakai pakaian dulu, Pangeran," titah Anna. "Aku sudah selesai mandi dan akan segera memerintahkan Ros menyiapkan pakaian kita."

Pangeran Atlantic langsung terkekeh pelan. "Baiklah, aku akan mandi. Kuharap kita bisa memberikan cucu pada Ibunda sebelum mereka benar-benar ke sini," harap Pangeran Atlantic.

Anna langsung mencebik. "Apa jadinya, Anna yang perawan ternyata hamil di dunia fiksi. Garis takdir gue bener-bener konyol banget," cibir Anna tak habis pikir.

"Ros!" Dalam satu tarikan napas Anna memanggil kepala pelayan itu.

Tak lama Ros datang bersama empat anggota intinya. Ternyata di tangan mereka masing-masing sudah ada pakaian yang siap dipakai Pangeran Atlantic dan dirinya hari ini.

Seperti biasa, jubah emas dan semacam kemeja putih di dalam dan rompi merah di luar. Pakaian itu tak akan pernah berubah, membosankan. Serta gaun super besar berwarna biru muda untuk Anna.

Selesai memakai gaun itu, tak lupa sebuah mahkota kecil bertengger di pucuk kepala Anna dengan warna berlian senada. Serta sepatu kaca dengan warna putih. Riasan make up tidak terlalu mencolok, sangat pas di wajah Anna yang memang sudah cantik.

"Hari ini kau ingin ke mana?" tanya Anna ketika Pangeran Atlantic tengah bersiap memakai segala macam pakaian.

"Hari ini aku harus berangkat ke pusat Kota Atlants untuk bertemu Ibunda Ratu dan Ayahanda. Beliau menitipku sejak kemarin, tetapi aku masih ragu."

"Pusat Kota Atlants? Terus kita ini di mana dong, kalau bukan di Atlants?" tanya Anna heran.

"Ya, kau benar. Kita memang ada di Atlants, tetapi kita berada di Kastil. Pusat Kota Atlants berjarak sekitar 132,8 kilo meter dari Kastil ini. Butuh waktu sekitar dua hari untuk sampai di sana," jelas Pangeran Atlantic.

Anna masih bingung. Seharusnya letak kerajaan itu selalu ada di pusat kota, kenapa ini malah jauh dari pusat kota.

"Oke, singkatnya Kerajaan dan Kastil ini ada di mananya?" tanya Anna lebih spesifik.

"Ada di dataran paling tinggi Kota Atlants, lebih tepatnya di puncak kota. Sengaja Ayahanda bangun agar lebih mudah memantau pergerakan musuh ketika melakukan penyerangan secara diam-diam. Juga menjamin keselamatan Putra-Putrinya."

Anna langsung membulatkan mulutnya seraya manggut-manggut. "Lalu, Kerajaan Pangeran Ansel di bagian mana?" tanya Anna.

"Sesuai namanya, bagian Selatan Pusat Kota Atlants. Kerajaan Selatan berbatasan langsung dengan ujung Kota Atlants. Udara di sana sangat dingin, semua diselimuti salju jadi jangan heran jika kau melihat banyak butiran salju menempel pada bulu mata Pangeran kaku itu," kekeh Pangeran Atlantic. Kini ia sudah rapi dengan segala macam aksesoris dari ujung rambut sampai kepala.

Ros dan empat anggotanya kembali meninggalkan Pangeran Atlantic dan Putri Anna.

"Besok, aku akan kembali ke Kerajaan bersama Ayahanda dan Ibunda. Jaga kesehatanmu," pamit Pangeran Atlantic, ia mendekat pada Anna lalu mengecup singkat bibir merah merekah itu.

Kontan, Anna dibuat melotot lagi.

Setelahnya Pangeran Atlantic beranjak keluar kamar dikawal oleh dua pengawal setianya, Gerald dan Kerald--Si Kembar ahli panah dan tembak.

Besok dia akan kembali?

"Gue harus ke Kerajaan Selatan untuk ketemu sama Pangeran Ansel, gue yakin itu Exel," batin Anna.

_____
Yuk, bantu Anna kabur ke Kerajaan Selatan.

I am [Not] A Princess | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang