26. Melarikan Diri

13.1K 1.6K 53
                                    

Halo? Bosan ya, Muci muncul terus. Nyapa doang, tapi gak ngasih duit. Wkwkw

___
Anna terisak, tubuhnya gemetar hebat. Untung saja Meir tidak sejahat yang ia pikir. Meir justru memerintahkan dua pelayan itu agar tidak menanggalkan pakaian Anna.

Meir menatap Anna iba, sejujurnya pada saat gadis itu disiksa ia juga tidak tega. "Pergilah, lewati lorong gelap itu dan kau akan muncul di dekat jendela kamarmu," titahnya.

"A--aku, minta maaf karena tidak ingat padamu," ucap Anna sesenggukan, tubuhnya seakan ingin remuk.

"Kau benar-benar tidak ingat aku siapa?" tanyanya.

Anna menggeleng, memeluk tubuhnya sendiri.

Meir tampak menghela napas pelan. "Tidak apa, cepatlah pergi sebelum Ratu Dionne kembali. Usahakan lari sejauh mungkin, atau ... tunggu aku di lapangan kuda. Kita akan menyusul Pangeran Atlantic ke perbatasan kota," ujarnya.

Antara tak percaya dan takut. "Kau tidak menipuku, 'kan?" tanya Anna was-was.

"Jangan bodoh, cepat!" Meir langsung menarik tangan Anna meninggalkan tempat penyiksaan itu, sedangkan dua pelayan dan satu pengawal itu Meir perintahkan agar melarikan diri juga.

Sebab, Meir sangat yakin jika mereka tidak lari maka Ratu Dionne pasti akan sangat murka. Mereka melewati lorong yang sama, lalu muncul tepat di depan jendela kamar Anna. Setalah pintu bawah tanah itu tertutup. Meir langsung memberi arahan agar Anna ikut dengannya menuju lapangan kecil di mana banyak kuda kerajaan diberi makan.

Tidak butuh waktu lama, mereka sampai dengan aman karena melewati jalan rahasia juga. "Kau bisa naik kuda?" tanya Meir.

Anna langsung mengangguk. Tidak sia-sia tulang kakinya sampai keseleo karena belajar berkuda di sekolah. "Aku akan pergi sendiri ke perbatasan kota," ucap Anna yakin.

"Tapi tubuhmu ...."

Anna melirik tubuhnya. Ah, sial, banyak bekas cambukan. Anna tidak mungkin keluar dalam keadaan hanya memakai jubah tidur.

"Pakai ini." Tiba-tiba sebuah tangan terulur memberikan mantel tebal pada Anna.

"Ros?" Anna kaget, ia tak menyangka Ros bisa ada di sini.

"Aku tau semuanya, jadi cepatlah pergi. Adukan semuanya pada Pangeran Atlantic dan Raja Aklesh, agar kejahatan Ratu Dionne bisa ditindak. Dia telah banyak menyiksa orang-orang tak bersalah," jelas Ros.

Anna hampir tak bisa menutup mulutnya. "Jangan-jangan Ratu Dionne psikopat," lirih Anna bergidik ngeri.

Tiba-tiba tubuhnya melemah dan langsung jatuh ke tanah, dengan cepat Ros dan Meir membantu Anna bangun. "Kau yakin, bisa menunggangi kuda sendirian dalam keadaan kesakitan begini?" tanya Meir.

Anna hanya mengangguk yakin, walaupun tubuhnya tidak meyakinkan. Namun, Anna harus segera menyusul Pangeran Atlantic. Mereka tidak boleh berperang.

"Kapan penyerangan dilakukan?" tanya Anna.

"Malam hari, disaat semua orang terjaga. Pasukan Atlants akan menyerang pusat kota Selatan lebih dulu," jelas Meir.

Anna menggeleng lemah, ia tak akan bisa membayangkan bagaimana Pangeran Atlantic membunuh Pangeran Ansel. "Akan kuakhiri semuanya," ucap Anna dalam hatinya.

Ia bangkit, memegang salah satu kuda putih. Lalu memakai mantel cokelat keemasan itu, tak lupa sepotong kain sengaja ia gunakan untuk menutupi wajah. Agar saat melewati kota tak ada yang mengenalnya.

"Putri yakin? Jika tidak, akan aku panggilkan satu pengawal untuk menemani Putri," imbuh Ros, ia benar-benar cemas.

"Tidak ada waktu,  Ratu Dionne pasti sedang menuju ruang bawah tanah. Jika tak menemukan Putri Anna dia pasti mengerahkan seluruh pengawal untuk mencari," tandas Meir.

"Ah iya, pergilah. Hati-hati," ucap Ros ragu.

Anna mengangguk, lalu mulai menggerakan tali penunggang. Kuda putih itu langsung bergerak, berlari dengan kecepatan sedang keluar dari istana.

Melewati turunan yang cukup curam, itu membuat jantung Anna terpacu. Ia memang tau menunggangi kuda, tapi hanya saat melewati jalanan rata. Bukan curam seperti jurang begini.

Salah arahan saja, Anna bisa meluncur bebas bersama kuda putihnya. Namun, rupanya Anna masih dalam lindungan Tuhan. Mereka telah sampai di pusat kota Atlants.

Anna terus menunggangi kuda itu dengan kecepatan pelan, karana banyak rakyat yang lalu lalang apalagi saat Anna melewati pasar tradisional Atlants.

Anna merasakan keringat dingin mulai mengalir di pelipis, ia seperti tak merasakan tali yang ia pegang. Tatapan mata gadis itu juga tampak sayu. Dalam hitungan detik, tubuh mungil Anna tiba-tiba jatuh dari kuda.

Kontan orang-orang yang ada di pasar kaget, apalagi pada saat kuda putih itu hampir menabrak salah satu lapak pedagang karena tidak terkendali. Mereka langsung mengerumuni Anna, berbisik-bisik karena takut untuk bertindak.

Salah satu dari mereka mendekat, berjongkok lalu perlahan membuka kain yang menutupi wajah Anna. Alangkah shoknya mereka. "Dia Istri Pangeran!"

______
Ada rencana tripple?🗿

I am [Not] A Princess | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang