Terima kasih sudah mendukung cerita ini, Jangan lupa share ke teman kalian biar mereka juga tau keseruan Pangeran Atlantic dan Putri Anna.Happy Reading...
__________________________________
"Tidak! Kau tidak boleh ikut, ini berbahaya. Tetap di sini biar aku yang membantu Pangeran Atlantic," titah Meir.Anna diam, melihat kepergian Meir yang langsung masuk ke dalam medan perang. Menarik pedang lalu mengayunkan dengan gesit ke setiap arah lawan.
Tubuh Anna semakin bergetar ketika melihat banyak Pasukan Atlants tumbang, bahkan ada diantaranya yang kehilangan organ tubuh ; tangan dan kepala.
Netra Anna menangkap satu sosok yang tengah berduel sengit itu. Saling mengadu kekuatan pedang satu sama lain, disertai sorot mata tajam. Anna tau betul itu adalah Pangeran Atlantic, dia sedang melawan Pangeran Ansel.
Rasanya tak sanggup melihat mereka berdua bertarung, Anna ingin sekali menghentikan semuanya. Berdamai saja, berperang hanya akan menumpahkan banyak darah.
Baru saja Anna hendak berlari menghampiri keduanya, tiba-tiba sebuah tangan langsung mengerat lehernya. Membuat Anna terpekik kaget sampai menimbulkan suara cukup nyaring.
Hal itu tentu langsung memantik atensi Pangeran Atlantic dan Pangeran Ansel. Mereka sama-sama melotot tak percaya.
"Pangeran Grix!" teriak Pangeran Atlantic kaget, dia adalah Pangeran dari Utara. Pangeran Grix tersenyum miring, sebuah pisau tajam sedikit lagi menyentuh leher Anna.
"Berperanglah! Istrimu akan lenyap di tanganku!" teriak Pangeran Grix tersenyum congkak.
Anna melotot, ia bahkan seperti tak peduli lagi jika lehernya putus. "Tidak!" teriak Anna histeris.
Dalam satu kali dorongan kuat, pedang panjang berujung lancip nan tajam itu menancap hingga tembus ke belakang Pangeran Atlantic. Bersamaan dengan darah segar mengalir di leher Anna. Sebuah anak panah menancap di batang leher Pangeran Grix, sehingga membuat pria itu tumbang. Yang tak lain adalah anak panah milik Meir.
Pangeran Ansel langsung tersenyum penuh kemenangan. "MUNDUR!" teriaknya pada pasukan berjubah putih itu, lalu mereka melarikan diri meninggalkan TKP.
Anna langsung berlari, jatuh terduduk di samping Pangeran Atlantic. Air mata lolos di pipinya, Anna bahkan tidak merasa sakit pada bagian lehernya yang terus mengucurkan darah segar.
"Kenapa kau begitu keras kepala!" bentak Anna, berusaha mengusap wajah Atlantic.
Atlantic tersenyum seraya menahan sakit, tangannya terulur mengusap leher Anna yang berdarah. "O–obati lukamu, Sayang," ucapnya lirih.
Anna menggeleng, air mata semakin deras membanjiri pipinya. "MEIR! MEIR! CEPAT BAWA PANGERAN ATLANTIC!" teriak Anna histeris, ia benar-benar tak sanggup.
Meir yang juga dalam keadaan terluka datang bersama Tabib Yen. Pria paruh baya itu langsung mengambil tindakan cepat, dengan penuh konsentrasi dan ketenangan. Ia langsung menarik pedang yang menancap di perut Pangeran Atlantic.
"Argh!" rintihan pilu lolos dari bibir pucat Pangeran Atlantic.
"Lakukan sesuatu!" mohon Anna pada Tabib Yen.
Tabib Yen berusaha untuk fokus meracik segala macam obat-obatan yang sudah ia siapkan di tas legendnya itu.
"Dia akan kehabisan banyak darah!" teriak Anna tak hentinya.
"Tolong tenang, Putri. Kau juga terluka," tegur Tabib Yen.
Dengan cepat ia menaruh obat herbal itu pada bagian yang luka, lalu membalutnya agar tidak hilang. "Cepat bawa Pangeran Atlantic ke Kastil," titah Tabib Yen.
KAMU SEDANG MEMBACA
I am [Not] A Princess | End
RomanceBagaimana jika kau terbangun di dunia lain, lalu menjadi seorang Putri dan Istri Pangeran tampan dalam sebuah Novel Romance? Itulah yang Anna rasakan sekarang, tertidur pulas di sebuah perpustakaan sekolah dan justru terbangun di dunia lain. "Kau Is...