19. Konspirasi Perselingkuhan

14.7K 1.8K 51
                                    

Halo, jumpa di ramadhan puasa pertama. Semangat puasanya!
______
Berulang kali Anna mencoba mengusap lengannya, padahal ia sudah menggunakan mantel tebal. Namun, dinginnya udara salju tak sama sekali peduli akan hal itu.

Tangan kekar Pangeran Atlantic langsung menarik tubuh mungil Anna ke dalam pelukannya. Lagian, di dalam kereta itu hanya mereka berdua. Sedangkan kusir ada di bagian depan.

Anna tersenyum kecut, bahkan dalam keadaan begini saja Pangeran Atlantic tetap mesum. Lihatlah, dia berulang kali mengecup pucuk kepala Anna.

"Apa aku perlu memakaikan mantelku untukmu juga?" tawarnya.

Anna langsung mendelik. "Memangnya kamu mau mati kedinginan di dalam kereta ini?"

"Mengapa tidak? Aku jauh lebih baik mati disaat melindungimu, daripada mati konyol tanpa berbuat apapun," jawabnya begitu yakin.

Anna langsung berdecak, memajukan bibirnya. "Preet! Gue gak percaya kalau gak ada cap badaknya," celetuk Anna.

Lihatlah, begini jika kelamaan jomlo. Tidak akan mempan digombal.

"Saat tiba di Kerajaan Selatan nanti, jangan pernah melepas tanganku. Tetap berjalan di sisiku," ucap Pangeran Atlantic, dia tiba-tiba bersikap posesif.

Anna melirik pria itu, menatapnya cukup lama. "Memangnya kenapa? Aku ini bukan anak kecil yang mudah tersesat," sahut Anna.

Pangeran Atlantic langsung mengalihkan pandangan dari Anna, Tidak seperti biasanya. Sorot mata yang biasanya tegas kini berubah menjadi sayu.

Kali ini, Anna mencoba untuk serius walau bibirnya selalu saja ingin berucap kata bar-bar ketika Pangeran Atlantic diam seperti orang dungu.

"Intinya, jangan pernah lepas tanganmu dariku," ucap Pangeran Atlantic singkat, lalu kembali menatap Anna memeluk gadis itu hangat.

Anna diam, mencoba membaca arti dari kalimat Pangeran Atlantic. Sepertinya ada bau-bau rahasia besar. Anna benar-benar harus berhati-hati saat tiba di Kerajaan Selatan nanti.

Matahari perlahan mulai tenggelam, butiran salju turun berirama mengikuti hembusan angin senja. Anna menelisik keluar jendela, netranya langsung membulat sempurna melihat tepat ke arah sebuah bangunan yang begitu megah. Walau jaraknya masih cukup jauh, tetapi Istana Kerajaan Selatan sudah begitu nampak di ujung mata.

Gue jadi ingat salah satu film disney, lebih tepatnya Kerajaan Putri Elsa.

"Agak mirip, bedanya cuma di bahan bangunan. Ya kali, si Exel tinggal di dalam Istana Es," kekeh Anna dalam hatinya.

Tanpa sadar ia tersenyum, memandangi hamparan salju yang mengelilingi bangunan super mewah itu. Anna hanya ingin memastikan bahwa dia memanglah Exel. Setidaknya Anna mempunyai teman tersesat dalam dunia konyol ini.

Pangeran Atlantic menatap Anna curiga, ada ketakutan terbesar dalam dirinya yang bisa saja meledak menjadi sebuah kumpulan emosi yang tak bisa dibendung.

"Kita hampir tiba," ucapnya datar.

"Hm, aku tau. Istana Pangeran Ansel sudah terlihat di ujung mata," sahut Anna, sama sekali tak melepas pandangan dari keindahan bangunan itu.

"Kau menyukai salju?" tanya Pangeran Atlantic kembali.

"Tidak, aku hanya penasaran saja seperti apa sih penduduk Selatan. Apakah meraka semua memakai mantel tebal bertopi, lalu berkulit putih dan bermata biru sama seperti Pangeran Ansel?"

"Kurang lebih, rata-rata penduduk Selatan berciri-ciri seperti itu. Hanya saja, tidak ada yang benar-benar mirip Pangeran Ansel."

Anna mengerutkan dahi, kali ini ia kembalikan tatapan penuh tanya itu pada Pangeran Atlantic. "Memangnya Pangeran Ansel beda?"

"Tentu, dia lebih mirip butiran salju yang halus dan putih. Namun, bisa membinasakan jika berkumpul menjadi gumpalan salju besar," jawab Pangeran Atlantic, itu penuh makna.

Anna hanya mengusap tengkuknya, memilih menyenderkan pundak di sandaran. Hari ini Pangeran Atlantic memang beda, dia selalu melontarkan kalimat-kalimat yang sulit dimengerti.

***

"Jangan sungkan, katakan sesuatu jika kalian butuh," sambut Pangeran Ansel, ketika para rombongan dari Kerajaan Atlants sudah tiba di depan gerbang.

Anna sesekali mencuri pandang ke arah pria itu, Anna harus mengumpulkan segala bukti untuk mengungkap bahwa Pangeran Ansel memanglah Exel.

"Terima kasih, calon menantu," sahut Raja Aklesh seraya mengembangkan senyumnya.

Pangeran Ansel tampak tersipu malu, rasanya aneh saja ia sebentar lagi akan menjadi seorang suami dari Putri satu-satunya kebanggan rakyat Atlants.

"Kau harus berhati-hati, lihatlah gadis itu terus saja mencuri pandang pada calon suamimu," bisik Ratu Dionne pada Putri Zora, mendelik tajam ke arah Anna yang tidak menyadari tatapan mematikan itu.

Setelah di antar langsung oleh Pangeran Ansel, Ratu Dionne dan Raja Aklesh memilih istirahat setelah perjalanan melelahkan itu.

Sebelum Pangeran Ansel benar-benar pergi, Putri Zora langsung menahan lengan pria itu. "Temui aku di taman, malam nanti saat bulan purnama," ucap Putri Zora, singkat. Lalu bergegas meninggalkan pria itu.

Pangeran Ansel tampak menghela napas berat, ada raut yang sulit diartikan di wajah dingin pria itu. Ia seperti sedang menyembunyikan sesuatu. "Seharusnya aku menikah dengan Anna malam ini," ujarnya sedikit kesal.

Di sisi lain, Zora langsung berhenti di depan kamar istirahat Pangeran Atlantic. Diketuknya pintu itu tiga kali, hingga tak lama kemudian Anna keluar.

"Kakakmu sedang istirahat, jangan ganggu dia," tekan Anna langsung ke intinya.

Putri Zora langsung berdecak sebal, sesaat gadis itu tersenyum miring. "Nanti saat bulan purnama, datang ke taman. Ingat, hanya kita berdua. Jangan bawa Kanda Atlantic atau siapapun itu, aku ada hal penting yang harus dibicarakan padamu," tegas Putri Zora dengan nada mengancam.

Anna hanya mengerutkan kening menatap kepergian Putri Zora.
_____
Caini = Putri Zora. Sama-sama licik

I am [Not] A Princess | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang