16. Putri Anna

17K 2.2K 68
                                    

"Aku lebih mencintai pembaca, dibanding kamu—yang tidak memberi kejelasan pada hubungan kita."

_____
Anna langsung menjatuhkan bobotnya di kasur empuk itu, ia benar-benar kesal dengan respon Pangeran Atlantic yang terkesan terlalu over protektif padanya. Padahal kan dirinya meminta izin baik-baik, kenapa dia jadi marah-marah.

Ros tersenyum kecut, sangat paham dengan kondisi hati Anna sekarang. "Wajar Pangeran Atlantic bertindak seperti tadi, Pangeran pasti takut kehilangan Putri untuk yang kedua kalinya lagi," ucap Ros membuka topik.

Anna mengerutkan dahinya, menatap Ros bertanya-tanya. "Emangnya dulu aku itu mati kenapa? Dan kenapa bisa hidup lagi?"

Ros sepertinya tau banyak mengenai Putri Anna, hanya saja ada keraguan terpancar di wajah keriputnya itu. "Tuan Putri sebenarnya tidak diserang oleh penyusup," jawab Ros nyengir, dia merasa bersalah telah berbohong.

Anna langsung melototkan mata, nengertakkan giginya. Untung lebih tua dari gue, batin Anna berusaha sabar. "Terus kenapa? Jangan gamblang jelasinnya."

"Em, di saat Kerajaan Atlants mendapat kabar gembira atas kehamilan Tuan Putri. Di sisi lain, justru ada tangan tak bertanggung jawab. Dahulu dia Kepala Pelayan bagian pengobatan, lebih tepatnya bawahan Tabib Yen. Tapi dia malah meracuni Tuan Putri yang dalam keadaan hamil," jelas Ros panjang.

"Terus bagaiamana caranya aku bisa bangun dan hidup lagi?" tanya Anna semakin penasaran.

Ros menggeleng. "Sampai detik ini tidak ada yang tau apa yang terjadi pada Tuan Putri, tetapi kembalinya Tuan Putri merupakan sebuah kebahagiaan terbesar rakyat Atlants. Namun, tidak dengan para musuh."

Kembali, kening Anna berkerut. "Memangnya aku ini kenapa? Gak boleh hidup begitu? Atau hanya karena aku ini gadis miskin yatim piatu, begitu?"

Ros semakin gelisah, ia tidak bisa bercerita terlalu banyak mengenai apa yang ia ketahui. "Maaf, ada baiknya Tuan Putri istirahat saja. Saya akan menyiapkan makanan untuk Tuan Putri," pamit Ros segera, sebelum terlalu banyak rahasia yang ia bocorkan.

Anna langsung mendengus kasar menatap kepergian Ros. Masih banyak teka-teki rupanya yang harus ia pecahkan di Kerajaan ini sendiri. Belum lagi Kerajaan Selatan, yang entah kenapa Anna merasa Pangeran Ansel itu adalah Exel.

Tak lama pintu kembali terbuka, Anna hanya melirik sekilas lalu kembali membuang pandangan sejauh mungkin ke sisi lain. Melihat wajah Pangeran Atlantic ia merasa muak.

"Maafkan aku." Satu kalimat itu meluncur bebas dari bibirnya.

Anna hanya mencebik, menjulurkan lidahnya. Nyenyenyenye, mungkin itu kalimat yang mewakili ekspresi Putri Anna sekarang.

"Besok kita akan pergi ke Kerajaan Selatan sama-sama, Ibunda Ratu dan Ayahanda akan melakukan pertemuan bersama Pangeran Ansel," ucap Pangeran Atlantic.

Anna langsung membalikkan badan, menatap Pangeran Atlantic bertanya-tanya. "Untuk apa?"

"Kau lupa? Adikku--Putri Zora akan melangsungkan perjodohan bersama Pangeran Ansel," jelas Pangeran Atlantic.

Perasaan Anna mulai tak enak, percikan api cemburu tiba-tiba merayap memenuhi dinding hatinya. Ayolah, Anna naksir sama Exel bukan Pangeran Ansel.

"YANG MULIA RAJA BESAR TELAH TIBA!"

"YANG MULIA RAJA BESAR TELAH TIBA!"

"YANG MULIA RAJA BESAR TELAH TIBA!"

Anna menajamkan pendengaran, sedangkan Pangeran Atlantic tampak tersenyum semringah. "Ayahanda dan Ibunda telah tiba," ucapnya.

Anna langsung melompat dari tempat tidur, berlari dan langsung memeluk lengan Pangeran Atlantic. "Aku takut," lirih Anna gemetar. Ia tidak tau harus melakukan apa di depan Raja dan Ratu nanti.

"Tidak perlu takut, kau menantu mereka," kekeh Pangeran Atlantic mengacak gemas pucuk kepala Anna.

Keduanya pun sama-sama beranjak keluar kamar untuk menyambut kedatangan Raja Aklesh dan Ratu Dionne, serta Putri Zora yang juga ikut bersama mereka.

Anna benar-benar gelisah, entah kenapa perasaan tidak enak mendengar dua nama Agung itu. Rasanya tidak masuk akal saja jika seorang Pangeran bisa mendapat restu dengan mudah menikahi seorang gadis miskin.

Beberapa kali Anna menarik napas sepanjang mungkin, sepanjang lorong besar Anna semakin mengeratkan pegangan pada Pangeran Atlantic.

Dan, langkah keduanya terhenti di ruangan yang super luas. Yang Anna lihat justru lebih mirip aula, tidak terlalu banyak perabot. Hanya ada lampu gantung mewah di atas. Dan beberapa lukisan random yang menempel di dinding.

Di depan sana, tepatnya di ambang pintu mewah itu dua orang kebanggan rakyat Atlants berdiri tegak. Mahkota yang dipakai Ratu Dionne begitu menyilaukan mata ketika setiap berlian itu tersorot cahaya lampu gantung.

Anna dibuat kagum sekaligus menganga, gaun Ratu Dionne yang super mewah dan lebar itu. Tampak begitu jelas butiran permata hijau zamrud menghiasi bagian bawah gaunnya. Entah berapa kilogram berat gaun itu.

"Kanda!" Seorang gadis seusia Anna tiba-tiba keluar dari belakang Raja dan Ratu.

Anna melotot saking tak percaya, berulang kali ia menggosok matanya hanya untuk memastikan ia tidak salah lihat. "Caini!" seru Anna.

______
What happen? Ckckckc.
Jangan lupa tinggalin jejak, biar Muci tau mana pembaca setia😘

I am [Not] A Princess | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang