13. Fakta Mengejutkan

19.4K 2.4K 68
                                    

_____
Anna tersentak kaget saat merasa bahunya ditepuk, netra gadis itu langsung terbuka. Pertama kali yang ia lihat adalah Exel.

"Ngapain tidur di halte? Bahaya, An," tegurnya, raut wajah cowok itu tampak cemas.

Anna meraup wajahnya, mencoba menetralkan perasaan aneh yang menggelitik. Apa yang sudah Anna lakukan bersama Pangeran Atlantic?

Refleks Anna menyentuh bibirnya, ada perasaan marah dan menyesal. Bisa-bisanya Anna semudah itu terhipnotis.

Namun, tanpa sadar hal itu diperhatikan oleh Exel. Cowok itu meneguk ludahnya, dia cowok normal.

"Na, lo kenapa sih?" tanyanya resah.

"G--gue haus," jawab Anna berbohong.

Dengan cepat Exel langsung mengambil botol air minum dari saku samping tasnya, segera menyodorkan botol itu. "Buruan minum, pake nyentuh bibir segala lagi," cibir Exel.

Anna langsung menenggak habis air itu. Lalu mengembalikan pada Exel. "Thanks ya, Xel. Bisa-bisanya gue tidur di halte," ujar Anna.

"Biar gue antar pulang." Tanpa menunggu persetujuan dari Anna, Exel langsung memakaikan helm pada gadis itu. Menarik pelan tangannya agar bangkit dan segera naik ke motor.

Anna tak bisa menolak, lagian ia juga harus banyak irit mulai dari sekarang. Walau sebenarnya dari dulu sudah irit, tetapi sebelum Anna benar-benar menemukan pekerjaan ia harus mengurangi pengeluaran dulu.

Motor pun mulai melaju meninggalkan area sekolah, sepanjang perjalanan Exel tak henti mencuri pandang lewat spion. Wajah Anna sedikit pucat dan bibirnya kering. "Apa dia lapar?" batin Exel.

Menyadari arah jalan mereka tidak menuju kos Anna, gadis itu langsung menepuk pelan pundak Exel. "Kok lewat sini? Kos-an gue kan udah lewat," tegur Anna.

"Kita mampir ke rumah gue, kita makan malam sama Bunda," jelas Exel.

Anna langsung melotot tajam, kembali memukul pundak cowok itu. Namun, kali ini agak keras sehingga Exel sedikit bersuara.

"Sakit, Na," rengeknya, memelankan laju motor bebek itu.

"Lo masih waras, kan? Kalau lo ngajak Caini makan malam sama Bunda Rawles itu masih masuk akal, lah ini lo ngajak gue," gerutu Anna.

"Emang kenapa kalau gue ngajak lo? Lagian kenapa mesti bawa-bawa Caini, orang gue maunya ngajak lo," ketus Exel.

"Ya kali lo bawa kumpulan kerikil." Anna merendahkan dirinya sendiri yang justru jauh lebih cantik dibanding Caini.

"Lo kumpulan berlian, Na. Butuh waktu dan usaha yang keras buat dapetin itu."

Exel hanya menggeleng pelan, memilih melajukan motornya sehingga refleks membuat Anna melingkarkan tangannya pada perut rata milik Exel. Hal itu mengundang kebahagiaan tersendiri untuk Exel.

Tak lama kemudian keduanya tiba di rumah mewah bertingkat dua itu. Anna jadi insecure melihat betapa indahnya rumah Exel. Pasti Exel tidak perlu merengek setiap bangun pagi karena pinggang dan punggungnya sakit.

"Ayo, Bunda udah nunggu," ajak Exel.

"Hah? Maksudnya, Bunda lo nunggu gue gitu?" tanya Anna memastikan.

Exel hanya mengulas senyum simpul, lalu menarik tangan Anna. "Jangan diam terus, buruan masuk," ujarnya.

Rupanya benar, Bunda Rawles sepertinya memang sudah menunggu kedatangan mereka. Lihatlah, wanita itu langsung menyambut di depan pintu. "Anna, ya?" tanyanya menebak.

Anna hanya bisa mengangguk singkat seraya tersenyum canggung.

"Exel ganti baju dulu, ya. Bunda ajak Anna masuk," ucap Exel, dan langsung masuk lebih dulu meninggalkan Anna dan Ibunya.

Anna menggaruk tengkuknya, nyengir menatap Bunda Rawles. Jujur ini pertama kali Anna menginjakkan kaki di rumah mewah, ia jadi takut jika sepatunya ternyata kotor.

"Ayo, Na. Gak usah malu, anggap rumah sendiri. Bunda sudah lumayan tau banyak tentang kamu, Exel sering cerita," kekeh Rawles, tanpa ragu merangkul Anna masuk.

"Exel, sering cerita?" Anna benar-benar tak menyangka.

"Iya, setiap pulang sekolah pasti ada aja cerita baru tentang kamu. Tante sampe bingung, sebenarnya kalian itu pacaran atau gimana?"

Anna kontan menggeleng, seiring dengan mendaratnya bobot tubuh itu di sofa empuk. "Gak mungkin Tante, saya sama Exel cuma teman sekelas kok," sanggah Anna cepat, sebelum kesalahpahaman ini terus berlanjut.

Sedikit kecewa mendengar jawaban Anna, Rawles sebenarnya mengharap jawaban lain atas ekspektasinya. "Tante harap kalian bisa semakin dekat, ya," ucapnya.

Tak lama kemudian Exel kembali, kini cowok itu sudah memakai pakaian yang lebih santai. Kaus polos berwarna putih dengan bawahan celana pendek sebatas lutut.

Anna tersentak kaget, matanya menangkap satu pemandangan yang lain dari sosok Exel. "Xel, mata lo biru?"

Pangeran Ansel. Itu yang pertama kali muncul di kepala Anna.

_____
Hayooo? Gimana tuh?

I am [Not] A Princess | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang