36. Hamil

15.9K 1.7K 200
                                    

_____
"Kau belum tidur?" Atlantic muncul di balik pintu, berdiri seraya menaruh tangan ke belakang. Tatapan mata itu teduh dan penuh kehangatan.

Anna yang masih duduk di ujung kasur hanya mengulas senyum simpul. "Kenapa kau kemari? Bagaimana dengan Putri?"

"Bagaimana denganmu?" Balas Atlantic menyerang dengan tanya.

Kontan Anna mengerutkan dahi seraya tersenyum paksa. "Kenapa denganku? Aku baik-baik saja, lagian aku sudah bosan tidur bersamamu. Jadi, kau harus terbiasa tidur bersama Putri Anna asli," celetuk Anna, membuang wajah berusaha menghindari tatapan teduh itu.

Dalam hitungan detik, Atlantic langsung menarik Anna ke dalam pelukan hangatnya. "Matamu tidak bisa berbohong, aku tau kau rindu tidur bersamaku," godanya, mengecup singkat pucuk kepala Anna.

Anna bergerak gelisah mencoba melepas dekapan erat itu, tetapi Atlantic mengunci pergerakannya.

"Aku merindukan aroma khas ini, tolong jangan menghindar," mohon Atlantic dnegan suara berat nan parau itu.

"Tolong, jangan sekarang. Pikirkan masa depan kerajaan ini, pikirkan juga tentang istrimu," tolak Anna dan langsung mendorong kasar dada Atlantic hingga pelukan keduanya  terlepas.

Atlantic tertegun dengan tindakan Anna barusan. "Kau menolak bercinta denganku?" tanyanya polos.

Anna melotot. "Lo gak ngotak banget, ya?" Jiwa bar-barnya tiba-tiba terpancing.

"Yang Mulia, kenapa kau meninggalkan aku sendirian?" Suara rengekan itu spontan membuat keduanya menoleh ke pintu.

Putri Anna berdiri di sana seraya memegang perutnya, menatap Atlantic dan Anna sengit. "Tabib Han bilang, seorang raja tidak baik meninggalkan ratunya tidur sendirian apalagi dalam keadaan hamil," ceramahnya, sembari melirik ke arah Anna dengan sinis.

Atlantic sepertinya kesal, lihatlah rahang pria itu mengeras serta kedua tangannya saling mengepal. "Selamat malam," ucapnya pada Anna lalu bergegas meninggalkan kamar.

Lalu Putri Anna menyusul, senyum kemenangan terbit di bibirnya. Ia merasa puas telah berhasil merebut perhatian Atlantic.

Sedangkan Anna hanya bisa menghela napas pelan. "Istrinya lagi hamidun malah mau buat anak sama wanita lain. Dasar raja mesum," celetuk Anna, ia langsung merebahkan tubuhnya di kasur.

Tiba-tiba saja Anna teringat akan ucapan Putri tadi, rencana apa sebenarnya yang akan ia lakukan. Jangan sampai dia mencelakai raja dan menjadikan Panglima Poloen sebagai raja baru lalu mereka menikah. Anna menggeleng, itu tidak mungkin.

Anna pun memutuskan untuk memejamkan mata saja, mencoba melupakan itu semua sejenak. Esok hari Anna harus mulai bergerak mencari bukti kuat agar bisa membongkar kejahatan istri tidak tau diri itu.

Di sisi lain, Atlantic sepertinya tidak bisa memejamkan mata. Entah kenapa ia justru merasa asing tidur bersebelahan dengan Putri Anna, padahal seharusnya ia sudah terbiasa.

Sekilas ia menoleh, menatap Anna yang sudah tertidur. "Aku ragu, kau benar-benar mengandung anakku," lirih Atlantic, entah firasat dari mana yang muncul di hatinya itu.

Embusan napas berat keluar, Atlantic memilih bangun lalu terduduk di bibir ranjang. "Jika diingat-ingat lagi, saat tragedi itu terjadi Anna belum mengandung. Lalu, bulan berikutnya ia hamil dua bulan dan ... bagaimana bisa sekarang sudah sebesar ini?" Atlantic menoleh menatap tepat ke arah perut Putri Anna.

"Sepertinya aku harus bertemu Tabib Han," lirih Atlantic, dengan perlahan turun dari ranjang dan beranjak pergi menuju kamar Tabib Han.

Tidak butuh waktu lama, kini Atlantic tiba. Rupanya Tabib Han sedang meracik obat-obatan herbal di ruangannya. "Ada yang harus kita bicarakan sebentar," ucap Atlantic, melepas jubah yang sedari tadi menutupi kepalanya.

"Ada apa, Yang Mulia Agung?"

"Aku sedikit ragu tentang bayi yang dikandung Putri Anna, kenapa bisa secepat itu? Seharusnya kelahirannya masih sangat jauh, bukankah bertepatan dengan bulan purnama?" tanya Atlantic mengerutkan dahi.

Tahun Han mengangguk singkat. "Putri Anna mana, yang Mulia maksud?"

Atlantic langsung berdecak. "Sudah pasti yang sedang hamil, Tabib Han," sahutnya sedikit kesal.

Tabib Han lantas diam cukup lama, mengusap jenggotnya yang cukup panjang itu. "Bagaimana jika aku katakan, bahwa kedua istrimu itu sama-sama hamil?"

Atlantic melotot, ia langsung berdiri. "Maksudmu Anna juga hamil?" tanya Atlantic memastikan. "Bagaimana bisa?"

Tabib Han mengangguk pelan. "Tapi jangan beritahu ini padanya dahulu, sampai semua benar-benar terbukti. Oh iya, sebelum Putri Anna pertama melahirkan bayinya. Aku sedikit ragu, usia kandungan Putri Anna sangat tidak masuk akal dengan usia pernikahan kalian yang belum cukup lama," jelas Tabib Han.

Tanpa keduanya sadari, Putri Anna berdiri di belakang pintu. "Gadis peniru itu hamil juga? Oh tidak, kedudukanku bisa terancam," geram Putri Anna, ia langsung bergegas meninggalkan ruangan Tabib Han.

_____
Fiks, hamil anak setan:b

I am [Not] A Princess | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang