24. Putri Zora = Caini

13.3K 1.9K 103
                                    

Halo? Selamat malam, Jangan lupa makan.

____________
"Lo–Caini!"

Anna melotot tak percaya, ia tidak mungkin salah dengar. Barusan Putri Zora mengucapkan kalimat 'lo' itu artinya dia bukan berasal dari Kerajaan ini atau bukan penduduk asli. Mungkin lebih tepatnya, sama seperti Anna.

Putri Zora tampak gelagapan ia berusaha menghindari kontak mata tetapi, ia terlanjur keceplosan. "Iya, gue Caini. Emang lo pikir cuma lo yang bisa masuk ke dunia fantasi ini? Dan mesra-mesra sama cowok tampan. Gue jamin kalau Pangeran Atlantic tau wajah asli lo, mungkin bakal mikir seribu kali buat nikah sama lo!" hina Caini.

Rupanya tebakan Anna memang benar, Putri Zora adalah Caini.

"Buruk rupa!" Sekali lagi hinaan itu meluncur bebas dari bibir Caini.

Anna hanya membuang napas pelan, menatap Caini seraya tersenyum remeh. "Dan lo? Fiksi atau nyata, lo gak ada bedanya. Sama-sama busuk," hardik Anna.

Caini langsung melototkan matanya, maju selangkah lalu mencengkeram erat dagu Anna. "Lo berani sama gue? Gak takut lo? Gue musnahin di sini dan di dunia nyata. Gue tau, di dunia nyata lo sekarat terbaring di rumah sakit. Dan gue bisa aja bunuh lo diam-diam," ancam Caini, benar-benar definisi gadis cantik berhati iblis.

"Lepasin tangan lo," titah Anna menatap nyalang gadis di depannya.

Bukannya melepas cengkeraman tangannya, Caini justru semakin mempererat tangannya di dagu Anna. Kontan, Anna meringis dan berusaha menyingkirkan tangan Caini.

Namun, usaha Anna sia-sia. Kekuatan Caini lebih besar dibanding dirinya.

"Lepasin!" teriak Anna yang mulai merasa kesakitan.

"Gue masih mau main-main sama wajah palsu lo ini," sanggah Caini tersenyum miring.

"ZORA!"

Caini kaget dan langsung melepas tangannya dari sana, refleks berbalik badan menatap Pangeran Atlantic dengan senyum paksaan. "B--bukannya Kak Atlantic akan pergi melakukan penyerangan?" tanya Caini gelagapan.

"Yang menjadi pertanyaan di sini adalah kau, kenapa kau menyerang Putri Anna?" Atlantic balik bertanya.

Anna meraba wajahnya, pasti membekas merah. "Aw, sepertinya tulang daguku patah," ringis Anna berpura-pura.

Caini langsung melototkan matanya, sama dengan Pangeran Atlantic.

"Zora! Kau--" Pangeran Atlantic kehabisan kata-kata, ia langsung melangkah mendekat. Mendorong tubuh Zora agar menyingkir dari sana.

Pangeran Atlantic langsung berteriak tegas memerintahkan para pelayan untuk segera memanggil Tabib Yen. Bayangkan saja, Anna bahkan hanya mengalami merah pada wajah dia sudah begitu over protektif.

Caini mendengus sebal, seharusnya di novel ini dia sudah berstatus sebagai istri Pangeran Ansel. Bukan malah mejadi adik seorang Pangeran yang lebih sayang pada Istrinya.

"Ada apa, Pangeran?" tanya Tabib Yen saat tiba.

"Tolong periksa Putri Zora, sepertinya dia telah terhasut oleh ilmu sihir Pangeran licik itu," ujar Pangeran Atlantic.

Caini langsung melotot. Ia pikir Pangeran Atlantic memanggil Tabib Yen untuk memeriksa Anna, rupanya untuk menyindirnya. Sial, Pangeran sinting!

"Kak Atlantic apa-apaan, sih! Aku ini adikmu, bukan musuh. Lagian asal kakak tau dia itu memang wanita bermuka dua!" hardik Putri Zora.

"Cukup Zora!" bentak Pangeran Atlantic murka.

Anna tersentak kaget, sedangkan Caini langsung terkesiap. Tak menyangka Pangeran Atlantic akan semarah itu padanya. Dengan segala amarah yang tertahan, Caini menghentakkan kakinya dengan kasar di lantai lalu beranjak pergi.

Embusan napas kasar keluar. "Kau bisa pergi," perintah Pangeran Atlantic pada Tabib Yen.

Sebelum pria paruh baya berjenggot putih itu pergi, sekilas ia melirik ke arah Anna. Seolah memberi isyarat akan sebuah rahasia besar yang ia ketahui. Setalah itu tubuhnya menghilang dibalik pintu.

"Seharusnya kau tidak membentak Putri Zora," tegur Anna lembut.

Pangeran Atlantic menggeleng pelan, mengusap pipi Anna yang memerah. "Dia sudah keterlaluan padamu, aku tentu tidak akan tinggal diam," balasnya.

"Tapi dia adikmu, dia baru saja batal menikah," peringat Anna lagi.

Pangeran Atlantic kembali menghela napas berat, menatap Anna sayu. "Aku tau mereka tidak menyukaimu, jadi biarkan aku mempertahankan cinta kita," ucapnya lembut, menarik pelan tangan Anna lalu mengecup punggung tangan mulus itu.

Anna benar-benar tak tega, ia sudah menutupi rahasia besar. "Tapi aku bukan Putri Anna asli, aku ... aku hanya sosok lain yang tiba-tiba masuk ke hidupmu," jelas Anna, tatapannya berkaca-kaca.

Pangeran Atlantic diam, ekspresinya sama seperti tadi.

"Aku bukan Putri Anna asli." Sekali lagi Anna mengulang kalimatnya.

"Bagaimana jika aku tetap mencintaimu?"

"Aku akan lenyap dalam waktu dekat," sanggah Anna, sangat yakin.

"Bagaimana jika aku ikut denganmu?"

______
Huaaa, gak ada yang masih semangat😂 gak punya ayang:^

I am [Not] A Princess | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang