25. Penyiksaan

13.3K 1.6K 56
                                    

[17+] Mengandung Unsur kekerasan, bagi yang tidak kuat boleh skip ya:)

____
Anna bergerak gelisah, meraba ke sisi kanannya. Perlahan Anna membuka mata dan melirik ke samping, rupanya Pangeran Atlantic sudah bangun lebih awal.

Embusan napas pelan keluar, Anna menatap langit-langit kamarnya. "Kapan kisah ini berakhir? Gue kangen sama dunia nyata, kangen sama Lala. Kangen sekolah, kangen ... Exel, huh!" Anna meraup wajahnya frustrasi.

Ia mencoba bergerak turun dari ranjang, walau kakinya masih agak kaku. Namun, pagi ini kondisinya jauh lebih baik daripada kemarin.

Belum sempat menginjakkan kaki di lantai, tiba-tiba entah datang dari mana orang itu. Kepala Anna langsung ditutupi sebuah kain hitam, lalu tubuhnya ditarik paksa melewati celah yang bisa dibilang bukan pintu.

Jendela! Anna diculik. Mereka melewati sebuah jalan rahasia yang tidak dijaga oleh pengawal kerajaan. Lorong gelap yang sempit dan sunyi,  bahkan Anna bisa mendengar langkah kaki memantul.

"Lepasin gue!" teriak Anna brutal, ia sudah kepalang gemetar dan takut.

"Diamlah, sebentar lagi kau akan dibunuh!" sahut pemilik suara bariton itu, Anna sama sekali tidak mengenalnya.

Anna benci berjalan dalam gelap, ia beberapa kali hampir jatuh terjerembab karena kurang fokus dan tidak terbiasa.

"Setidaknya lepaskan yang menutupi kepalaku ini!" perintah Anna, tetapi orang itu tidak melakukannya. Anna ingin sekali melawan, tetapi tangannya justru ditahan.

Berselang lama, langkah orang itu terhenti. Anna mencoba tenang, ia mulai merasakan firasat buruk. Tiba-tiba kain hitam penutup kepalanya terbuka.

Anna langsung melotot. "Ratu Dionne," lirih Anna.

"Ya ini aku, Ratu Dionne. Ratu kebanggan rakyat Atlants," sahut Ratu Dionne begitu angkuh.

Di samping wanita itu ada Caini dan seorang pria berbadan besar, sorot matanya tampak tajam seakan ingin menerkam Anna.

Anna langsung meneguk ludahnya, ini jauh lebih mengerikan dibanding soal Fisika. Sepertinya Caini benar-benar serius dengan ucapannya kemarin yang hendak melenyapkan Anna.

"Kau masih ingat dia?" Ratu Dionne mengarahkan telunjuknya pada pria itu.

"Tidak, aku tidak ingat siapa-siapa!" jawab Anna berteriak, ia tidak boleh terlihat lemah

Pria itu langsung mencebik. "Kau tidak akan ingat rakyat miskin sepertiku," imbuhnya.

"Ya, aku memang tidak ingat," balas Anna.

Ratu Dionne menyunggingkan senyum miringnya. "Bukankah Kalian pernah menjalin hubungan serius? Sebelum kau benar-benar pindah ke kota kami? Dan bertemu Pangeran Atlantic juga Pangeran Ansel," sanggah Caini, ia benar-benar menampilkan wajah bengisnya itu.

"What? Gue pacaran sama tuh orang? Hahaha, ngaco kalian," sungut Anna tak habis pikir. Walaupun pria itu sedikit tampan, tapi dia bukan selera Anna. Dia terlalu besar untuk ukuran manusia normal.

"Dia menghinamu," bisik Caini pada pria itu, Meir.

"Kau benar-benar berubah, Anna. Kau bahkan tidak mau mengakui hubungan kita," ucap Meir sedih.

"Tenang Meir, di sini kamu akan mendapat pengakuan.  Juga, bebas melakukan apapun padanya," ujar Ratu Dionne.

Anna menggeleng. "Kalian akan menyesal telah menculik Istri Pangeran Atlantic!" sumpah serapah Anna.

"Kau telah melukai hati Putri kesayanganku, sekarang terimalah hukuman dariku!" hardik Ratu Dionne murka, ia mengulurkan tangan di depan Caini. Lalu, gadis itu memberikan sebuah cambuk.

Anna menggeleng, mencoba melarikan diri tetapi tangannya lebih dulu ditarik oleh pengawal yang menculiknya tadi.

"Lepaskan aku! Aku tidak bersalah, Putri Zora saja yang keterlaluan!" teriak Anna memberontak, antara ketakutan dan ingin menangis.

Ratu Dionne hanya menatapnya nyalang. "Ikat tangannya!" titah Ratu Dionne.

Lalu Anna dibawa paksa ke dekat tembok, tangannya diikat menggunakan tali yang menggantung. Sedangkan tubuhnya dibiarkan memberontak mencoba melepaskan diri.

Dalam satu kali tarikan panjang, cambuk itu menyapa tak sopan pada betis Anna. Suara teriakan histeris kesakitan dari gadis itu pecah.

Kembali Ratu Dionne menarik cambuknya lalu melepas bebas ke tubuh Anna yang hanya terbalut jubah tidur.

"Pangeran!" teriak Anna kesakitan. Tubuhnya memerah.

Sekali lagi, cambuk itu menghantam punggung Anna hingga ke belakang. Ratu Dionne sama sekali tak merasa iba melihat Anna meraung kesakitan, meminta ampun.

Isak tangis Anna telah pecah, ia merasa nyeri diseluruh tubuhnya yang terkena cambuk. Seumur hidup Anna bahkan tidak pernah disiksa seburuk ini.

"A--ampun, Ratu. Tolong jangan cambuk aku lagi," mohon Anna serak, tatapan mata sayu.

"Oke, kau tidak akan dicambuk lagi," jawab Ratu Dionne, tetapi senyum miring itu justru membuat Anna semakin ketakutan.

"Lepaskan semua pakaiannya!" teriak Ratu Dionne tegas pada dua orang pelayan yang tiba-tiba muncul dari belakang.

Anna menggeleng. "Kalian gak waras! Jangan lakukan itu!" teriak Anna berusaha menendang para pelayan yang hendak mendekat.

Ratu Dionne meraih Caini ke dalam rangkulannya, gadis itu seperti terkejut dan langsung tersenyum kecut. Ada iba yang terpancar di kedua bola mata itu.

"Meir, silahkan lakukan apa saja yang kau mau. Kalau perlu rusak semua kehormatannya! Buat dia menjadi istri paling terhina agar Putraku tak lagi cinta padanya," titah Ratu Dionne, lalu melenggang pergi begitu saja.

______
Gak ngotak Ratu Dionne:^

I am [Not] A Princess | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang