Halo? Selamat malam, dan selamat berbuka puasa^
______
"Aaa!"Anna jatuh tengkurap di lantai, dadanya terasa sesak sekali menghantam benda keras itu. Perlahan Anna membuka mata, matahari sudah hampir tinggi. Dengan cepat Anna tergesa-gesa bangkit dan langsung meraih handuk, ia bisa telat jika begini.
Beberapa menit kemudian, Anna telah rapi dengan seragam sekolah yang menempel di tubuh mungilnya. Beberapa hari di dunia Novel, ternyata hanya semalam di dunia nyata. Buktinya Anna terbangun di pagi hari, bukan di lain hari.
Sejenak, Anna mengingat kisah terakhir. "Apa gue bakal diusir dan diceraikan Pangeran Atlantic?"
Entah kenapa Anna tidak ingin itu terjadi. "Cerita ini harus berakhir bahagia, setidaknya tamat dengan kisah romantis. Bukan dengan penyiksaan atas perselingkuhan," ujar Anna bergidik ngeri.
"Semua ada di tangan Pangeran Ansel, kalau dia jujur. Gue gak bakal malu-maluin keluarga Raja Aklesh," batin Anna. Keluar dari kos dan beranjak ke sekolah.
Sekilas ia melirik ke arah pintu kos Lala, gadis itu sudah berangkat kuliah. Terpaksa Anna harus berjalan kaki dan berdoa semoga ada orang baik yang mau mengangkutnya ke sekolah. Ck, naik angkot hanya akan memperbanyak pengeluaran.
"Sial, besok udah harus bayar kos lagi. Mampus deh gue," gerutu Anna sepanjang jalan seraya mengacak rambutnya frustasi. Ia tak peduli lagi jika rambutnya berantakan sampai di sekolah.
Anna terus melangkah, mulai menyeberangi jalanan yang tampak sepi. Gadis itu masih saja kepikiran masalah dunia lainnya, hingga tanpa sadar sebuah mobil sport melaju dari arah kirinya.
Pip!
Entah karena punya gangguan pendengaran atau memang kurang fokus, Anna tetap saja terus melangkah seperti orang bego.
Hingga tersisa beberapa meter saja Anna tersadar, dan kalang kabut tak tau harus ke mana. "Aaaakh!"
Tabrakan tak terelakkan, tubuh mungil Anna terlempar dua meter dari mobil. Kepalanya terbentur trotoar jalanan hingga darah segar itu mengucur dari pelipisnya.
Samar-samar Anna masih bisa melihat walau buram, seorang pria dengan wajah panik menopang kepalanya. "Pang–" Anna tak sanggup lagi, ia benar-benar kehilangan kesadaran sepenuhnya.
"Astaga! Bawa di ke mobil gue!" titah pria itu pada sekumpulan orang yang mulai menatapnya.
Mobil sport hijau itu mulai melaju menuju rumah sakit, pemiliknya benar-benar panik. Sesekali melirik ke arah Anna yang terbaring di kursi belakang.
Beberapa menit kemudian mereka tiba di rumah sakit. Pria itu langsung berteriak seperti orang kebakaran jenggot, hingga paramedis berlari kelabakan mebawa brangkar dorong. Setelah itu barulah Anna segera ditangani oleh Dokter.
Pria itu membuang napas kasar, melirik jam melingkar di lengannya. "Sial, gue telat ke kampus," gumamnya.
"Permisi, Mas. Ini ponsel milik pasien, mas keluarganya?" tanya suster itu.
"B–bukan, Sus. Saya hanya mengantar pasien," jawabnya seraya tersenyum kecut.
"Jika begitu, tolong segera hubungi keluarga pasien."
Ia kembali mengacak rambutnya frustasi, mau bagaimana. Ia saja tidak tau keluarga gadis itu siapa. "Oke, mari kita hubungi semua nomor di ponsel ini dan menanyakannya," ujarnya yang mulai kehabisan kesabaran.
Namun, dahinya seketika mengerut ketika melihat deretan kontak di ponsel itu. "Buset, cuma dua orang." Akhirnya ia memutuskan menghubungi nomor dengan nama Lala, ia hanya merasa tidak asing saja.
["Halo, Na. Ada apa?"] tanya Lala.
"Lho, La. Ini lo?"
["Ini siapa? Anna mana?"] tanya Lala terdengar cemas.
"Ini gue, Atala. Jadi namanya Anna, temen lo masuk rumah sakit gue gak sengaja tabrak," jawab Atala.
["What! Gila lo! Gue otw,"] ucap Lala panik dan langsung mematikan sambungan secara sepihak.
Atala benar-benar ketakutan, jangan sampai gadis itu kenapa-kenapa.
***
"Atala!" Lala melambaikan tangannya pada pria itu. "Lo gila, anak orang lo main tabrak aja!"
Atala langsung kaget, datang-datang gadis itu sudah memarahinya tanpa tau lebih dulu apa yang sudah terjadi sesungguhnya.
"Gue gak salah, dianya aja yang tuli. Gue udah klakson dua kali, tapi dia tetep gak denger. Dan posisinya gue juga lagi gak fokus sih," jelas Atala.
Lala langsung melayangkan pukulan tepat pada kepala pria berperawakan China itu.
"Keluarganya mana? Masa nomor kontak cuma dua orang doang."
"Dia anak yatim piatu bego," sungut Lala gemas.
Atala terbelalak kaget, merasa bersalah sekali. "Gue udah dzolim sama dia, La," lirihnya gemetar.
"Kalau dia sampai kenapa-kenapa, lo harus tanggung jawab," tegas Lala mengancam.
Tak lama seorang Dokter keluar dari ruang UGD. "Keluarga pasien?" tanyanya.
Lala langsung mendorong punggung Atala. "Ini suaminya, Dok," ucap Lala.
"La!"
Lala hanya memberi isyarat agar Atala diam dan menurut. Mau tak mau Atala pun patuh, daripada kena amukan Ibu Gajah.
Sedangkan suster yang bertanya tadi hanya menatap Atala sembari menahan senyum. Sebab saat ia bertanya tadi Atala justru menjawab dia bukan suami Anna.
"Bagaiman kondisinya, Dok?" tanya Atala terpaksa.
"Pasien sudah melewati masa kritis, tetapi kondisinya koma. Mungkin akan butuh beberapa hari untuk bisa sadar, bahkan bulan," jelas Dokter.
Atala dan Lala langsung terdiam, sungguh malang nasib Anna. Ketahuan selingkuh di dunia fiksi, ketabrak mobil di dunia nyata. Sad.
_______
Apa? Gak ada, Anna udah menuju sakratul maut.
KAMU SEDANG MEMBACA
I am [Not] A Princess | End
RomanceBagaimana jika kau terbangun di dunia lain, lalu menjadi seorang Putri dan Istri Pangeran tampan dalam sebuah Novel Romance? Itulah yang Anna rasakan sekarang, tertidur pulas di sebuah perpustakaan sekolah dan justru terbangun di dunia lain. "Kau Is...