2. Novel Misterius

55.6K 5.9K 112
                                    

Sudah beberapa menit yang lalu anak diam terduduk dengan pandangan mata yang kosong.

Anna sekarang berada di ruangan yang setiap sisinya berdiri lemari besar yang diisi jejeran buku tebal yang sama sekali tidak mengundang minat Anna untuk membaca.

Atlantic juga setia duduk seraya menatap Anna. "Kenapa, apa ruanganku tidak nyaman seperti biasa? Atau ada yang salah?"

"Ya, sangat. Soalnya terakhir kali aku bukan di sini," jawab Anna datar, ia menatap Atlantic horor.

Untung tampan, coba tidak. Mungkin detik ini juga Anna akan melarikan diri darinya. Cukup kehidupan Anna yang buruk, tidak dengan jodoh. Hitung-hitung memperbaiki keturunan.

Eh.

Anna menggeleng cepat, kenapa otaknya jadi tidak beres. Seharusnya sekarang Anna harus memikirkan bagaimana cara keluar dari bangunan aneh ini. Sangat tidak mungkin jika Anna melakukan perjalanan waktu atau hal-hal aneh yang tak masuk akal.

"Berapa usia kandunganku?"

Jujur Anna mengutuk dirinya sendiri telah melontarkan pertanyaan konyol itu, karena jelas-jelas ia tahu dirinya sama sekali tidak hamil.

"Kurang lebih dua bulan," jawab Atlantic.

Anna mendengus sebal, ia ingin pulang detik ini juga.

"Anna, ada apa? Ceritakan jika kau merasa tidak enak badan, Sejak bangun tadi kau tampak berubah drastis." Atlantic mencoba mendekat, tetapi dengan cepat Anna menghindar.

"Jangan dekat-dekat gue!" peringat Anna seraya melototkan mata dan mengacungkan jari telunjuknya kesal.

Atlantic benar-benar resah sekali melihat sikap Anna, pasalnya semalam istrinya itu masih baik-baik saja. Ia lantas mengembuskan napas pelan, mungkin memang benar itu efek hamil.

"Aku akan keluar, mungkin kau butuh istirahat. Akan kuperintahkan dua pelayan untuk menemanimu sementara," ucap Atlantic mengalah, lalu beranjak keluar dari ruang di mana ia sering menyelesaikan pekerjaan.

Anna langsung membuang napas kasar, menunduk menatap perutnya yang masih tampak rata. Perlahan ia mengusap pelan, sama sekali tidak berisi. "Jelas-jelas gue masih perawan gini, masa iya hamil tanpa menyentuh. Gila kali tuh cowok," celetuk Anna tak habis pikir.

Sejenak Anna berpikir. "Tapi ini di mana, gue gak mungkin salah bangun atau pindah alam, kan? Gue ingat banget tadi tuh gue lagi tiduran di perpustakaan. Masa iya langsung di tempat aneh gini," gerutu Anna.

Anna pun menyilangkan kedua tangannya di meja, lalu menenggelamkan sebagain wajahnya di sana. Memikirkan kembali kejadian yang sama sekali tak masuk akal.

"Apa gua cuma mimpi, ya?" Anna mendengus, memilih memejamkan matanya perlahan hingga ia mulai masuk kembali ke alam tidur. Harapannya, ia bisa kembali dan semua hanya bunga mimpi.

.
.
.

Anna menajamkan indera penciumannya, aroma parfum vanila begitu tajam menusuk hingga terasa di tenggorokan. Ah, rasanya lebih mirip wafer vanila jika masuk ke kerongkongan.

Lambat laun, kedua mata coklat itu terbuka. Samar-samar, Anna melihat seseorang ikut tidur dengan posisi yang sama. Menenggelamkan wajahnya di atas tangan yang saling menindih.

Anna langsung terlonjak kaget, saat pandangan mata meraka bertemu. Jantung Anna seakan ingin copot detik itu juga.

"Anna, udah bangun rupanya," gumamnya pelan seraya mengulas senyum simpul.

Anna meneguk saliva, mencoba memindai ke setiap penjuru ruangan. Sekarang Anna berada di perpustakaan sekolah, dan cowok di depannya adalah Exel--Teman satu kelas Anna.

"Xel, ini beneran lo kan?" tanya Anna memastikan, menatap cowok itu lamat-lamat.

"Ya siapa lagi, Exel di dunia ini cuma gue seorang diri. Kecuali ada Exel lain di dunia lain juga," jawabnya cengengesan.

Anna terkesiap, kembali memegang perutnya. "Ah, sial. Tuh cowok kok kayak nyata tadi. Masa iya, gue mimpi kayak gitu," batin Anna masih tak percaya.

"Oh iya, ini buku lo?" Exel memperlihatkan pada Anna, sebuah buku bersampul maroon dengan gambar mahkota dan bunga.

Anna mengernyitkan dahi, menatap buku itu sembari menyipitkan mata.

Atlantic Prince and Poor Girl.

Begitu kurang lebih judul yang tertulis di sampulnya. "Oh iya, gue barusan ambil tadi katanya novel keluaran baru. Rencana mau baca, eh gue malah ketiduran. Untung gak ketahuan sama Bu Zulfiah," kekeh Anna seraya menggaruk lengannya.

"Hm, ya udah. Yuk, pulang. Dari lima menit yang lalu bel udah bunyi," ajak Exel.

Apapun yang terjadi tadi, Anna bersyukur dan menganggap kejadian itu hanyalah bunga tidurnya.
____

I am [Not] A Princess | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang