"Ah, seharusnya aku tidak bertanya. Semuanya sudah jelas," Kata (Y/n) lagi sambil tersenyum manis namun terpaksa. "Kurasa dia juga menyukaimu. Aku berharap kau bisa bahagia, tapi bagaimana ya? Kurasa aku akan membunuhnya. Mungkin kau harus menghentikanku."
Ia pun kembali melangkah. Sebenarnya hatinya sakit, namun setidaknya dia sudah tahu kenyataannya bahwa Armin menyukai Annie dan dia tidak perlu berharap lagi. Namun tiba-tiba Armin menahan tangannya.
"Ada apa?" Tanya (Y/n).
"Tidak, kau salah," Ucap pemuda itu menundukkan wajahnya.
"Apa?"
"Aku... Aku tidak menyukai Annie."
(Y/n) tersenyum hangat. "Kau tidak perlu berbohong,"
"Tidak, aku tidak berbohong, (Y/n)," Armin memberanikan diri menatap mata (Y/n).
"Tapi Bertholdt menyukainya kan?" Kata (Y/n).
Armin sedikit tersentak. "Apa kau pikir aku terpengaruh ingatan Bertholdt? Aku sama sekali tidak terpengaruh." Ucap Armin mendekati (Y/n). "Aku... Orang yang kusuka itu kau."
(Y/n) membulatkan matanya. "Apa?"
"Aku menyukaimu, (Y/n)..." Tegas Armin.
(Y/n) mundur selangkah karena terkejut--ia merasa tidak percaya dengan kata-kata Armin. Namun punggungnya menabrak dinding, ternyata dia terpojok.
"K-kau sedang mengerjaiku ya?" (Y/n) tertawa canggung.
"Aku serius." Balas Armin. Ia menggenggam tangan (Y/n) dan meletakkan telapak tangan (Y/n) di atas dadanya. (Y/n) sangat terkejut, ia dapat merasakan jantung Armin yang berdebar begitu cepat seperti jantungnya.
"Aku tidak pernah berdebar seperti ini saat bersama orang lain," Wajah Armin merona merah padam. "Aku... Kurasa aku sangat menyukaimu."
Wajah (Y/n) ikut bersemu merah. Pipinya terasa terbakar. Ia masih belum bisa mempercayai ini. Bagaimana mungkin pemuda sebaik dan semanis Armin bisa menyukainya? Tetapi ia merasa senang karena perasaannya terbalas.
Armin menangkup pipi (Y/n) dan dengan perlahan mendekatkan wajahnya pada gadis itu. Satu kecupan yang hangat mendarat di bibir (Y/n). Gadis itu sangat terkejut, ia bahkan belum sempat memejamkan matanya.
Itu hanyalah kecupan yang singkat, namun jantung (Y/n) sudah seperti ingin meledak dan rasanya dunia berhenti berputar. Untung saja halaman markas seedang sepi jadi tidak ada yang melihat mereka. (Y/n) menatap Armin dengan terbelalak ketika pemuda itu akhirnya menjauhkan wajahnya. Mungkin saat ini wajahnya sudah semerah tomat.
"(Y/n), maukah kau menjadi kekasihku?" Tanya pemuda itu masih dengan wajah yang merah padam.
"A...ah...." (Y/n) masih harus mengatur nafasnya karena jantungnya benar-benar berdebar tidak karuan. "A-aku juga menyukaimu... Sangat menyukaimu..." Ia menundukkan kepalanya sejenak untuk mengurangi rasa gugupnya lalu kembali menatap Armin. "Iya, aku mau."
KAMU SEDANG MEMBACA
Find My Way 2 [Armin X Reader]
FanfictionDua setengah tahun telah berlalu sejak kudeta dan (Y/n) menyerahkan diri. Setelah pembebasannya dari penjara, (Y/n) akhirnya kembali bergabung dengan pasukan pengintai. Keadaan dan sudut pandang terhadap dunia berubah sejak terungkapnya rahasia ruan...