2. Drama 1

2.4K 93 8
                                    

Bangun tidur di pagi buta masih tak memberi keceriaan dalam diri Zay, dia tetap muram seakan menanggung banyak beban. Zay sadar, tak seharusnya dia terus merenung, percuma, itu tak akan merubah apapun.

Bangkit dari ranjang, mengambil handuk yang tersampir di belakang pintu kamar, lalu keluar menuju kamar mandi. Kamar mandi yang tak berada di setiap kamar, melainkan hanya satu di dalam rumah. Selesai dengan kegiatan mandi, Zay menyempatkan waktu mengambil ponsel untuk sekedar memeriksanya. Meski dia tau, mana mungkin ada yang mencarinya kalau bukan bunda? Jangankan pacaran, punya sahabat pun tidak.

Tapi, bukankah hal wajar jika remaja memiliki kekasih? Sayangnya Zay tidak. Bukan berarti dia tak mengerti, dia hanya sadar diri, memang siapa dia? Sepantas itu? Tidak.

Sesuai pengalaman Zay saat melihat teman-temannya yang begitu pilih-pilih soal kekasih. Tentu itu membuatnya berpikir kalau orang sepertinya tak akan jadi salah satunya, selain kecerdasan yang minim, kecantikan pun tak dimilikinya, apalagi dengan kehidupan yang sederhana? Tanpa mengenal skincare, make up, outfit, dan lainnya.

Zay membuka lemari dan meraih satu setel seragam putih abu-abu, setelah memakainya dia merapikannya di depan cermin.

Baju putihnya terlihat kumuh, harusnya ia sudah menggantinya sejak lama. Wajar saja, itu salah satu barang berharga dari ayah, ayah yang membelikannya saat masuk bangku putih biru, memang sengaja beli yang kebesaran, katanya Zay akan cepat tinggi.

Sudahlah, Zay tak mungkin memaksa bunda untuk membelikannya seragam baru. Masih bisa sekolah saja dia sudah sangat bersyukur.

Pagi ini, Zay melewatkan sarapan, dia bisa menyiapkan, tapi, dia memang sangat jarang makan, apalagi kalau bunda sedang tidak ada di rumah, tidak ada yang menyuruhnya. Sedikit bebal memang.

Letak sekolahnya lumayan jauh, Zay harus jalan kaki ke rumah temannya untuk berangkat bersama alias nebeng, hanya jarak beberapa rumah.

Sampai di depan rumah temannya, Zay terus memanggil sampai ada jawaban baru dia diam dan lebih memilih untuk menunggu di luar, meski langsung masuk pun sebenarnya tak masalah. Kelakuannya sedikit menyebalkan.

"Sorry ya, baru bangun"

Itu Dea, dia teman dekat Zay, orang yang sangat santai memang. Lagi pula kalau Dea telat pun tak akan kena hukum, karena, dia selalu mencari cara untuk masuk tanpa ketahuan. Bagaimana tidak? Dia salah satu orang penting di sekolah, jadi, mau tak mau Zay harus menunggu jika dia masih ada urusan osis selesai jam sekolah.

"Santai"

Santai, bohong memang. Seharusnya Zay tak selalu telat tapi dia tak berhak menyalahkan, toh, di sini Zay membutuhkan Dea.

Usai Dea mengikat tali sepatu, mereka berangkat dengan motor metic milik Dea. Tentu.

Mereka hampir saja telat karena dua menit lagi upacara akan segera dimulai.

Dea ikut serta sebagai petugas upacara, sedangkan Zay? Jangankan pemimpin barisan, berada di baris depan saja tidak pernah. Lagipula Zay lebih suka di belakang.

Satu jam berdiri di lapangan akhirnya semua siswa-siswi bisa duduk melepas letih. Jam pertama ini akan di isi oleh guru matematika, pelajaran yang membuat Zay akan selalu mengantuk.

"Dea"

"Hm?"

"Ada guru," Zay berbisik pelan pada Dea yang asik dengan ponsel.

"Eh, ibu," Dea menyembunyikan ponselnya begitu bu Wati menghampirinya.

"Mana handphone kamu Dea?"

"Itu bu .. eh, anu .. udah enggak kok"

"Kamu mau keluar atau kasih handphonenya?"

"T-tapi bu .."

"Ibu nggak akan mulai pembelajaran kalau masih ada yang pegang handphone"

"Nggak main lagi kok bu, janji deh, udah saya simpen kok," Dea mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya yang membentuk huruf V.

"Dea?"

Dea memelas sedikit tidak rela menyerahkan ponselnya yang langsung diambil kasar oleh bu Wati, guru killer yang dibenci banyak murid.

Sudah jadi rahasia umum untuk semua siswa-siswi, bukan hanya Dea pelakunya. Meski mereka tau kalau tak akan lama disita, tetap saja mereka semua tak akan rela dipisahkan dari benda yang sudah seperti separuh jiwa sebagian besar orang.

Tbc.

𝐅𝐈𝐆𝐔𝐑𝐀𝐍 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang