34. Misterius

392 22 1
                                    

Semua orang menghindar, seperti ada kesalahan yang sudah Zay perbuat hingga membuat mereka terang-terangan menjauhinya, bahkan dengan siswa-siswi kelas lain yang tidak dia kenal.

Zay menggeleng berusaha menenggelamkan pikiran negatifnya, lalu tangannya mengerat pada tali ransel, membuang napas sebelum akhirnya kembali berjalan.

Kemarin mereka masih bisik sana-sini tapi kini tidak lagi, membuat tanda tanya besar diotak Zay.

"Zaayyy"

Pekikan keras itu asalnya dari Dea yang sosoknya keluar dari ruang kelas dan berlari menemui Zay.

"Kenapa?"

"Gue yakin lo belum tau, jadi, biar gue kasih tau"

Zay melirik sekitar,"Soal mereka?"

Tebakan itu tanpa ragu Dea anggukki membuat Zay semakin penasaran.

"Di kelas aja"

Gadis bersurai sebahu itu tidak ragu menggandeng tangan Zay mengajaknya masuk ke kelas mereka, hanya jarak dua kelas dari tempat keduanya berdiri di koridor tadi.

Saat langkah keduanya baru sampai diambang pintu, seluruh pasang mata menyorot sekilas.

Suasana kelas ramai yang biasa tercipta mendadak hening, semua orang langsung kembali ke bangku masing-masing dan duduk dengan tenang alias menyibukkan diri, seperti tiba-tiba membuka buku atau bermain ponsel.

Mereka cosplay jadi patung, lagi-lagi Zay merasa kehadirannya dihiraukan.

Zay menatap Dea yang seolah mengatakan tidak apa-apa, melihat keyakinan itu sama sekali tidak membuat Zay lega justru pikirannya semakin dibuat tidak nyaman.

Sebelumnya Zay tidak pernah merasa diabaikan meski dia seorang yang pendiam, makanya cukup aneh.

Zay dan Dea duduk di bangku, ikut mengabaikan sikap teman-teman kelas mereka.

"Gue ada salah sama mereka?," tanyaku sambil memutar duduk menghadap Dina, tapi Dina langsung menggeleng.

"Sender yang nyebar rumor udah buat klarifikasi di base sekolah, foto-foto yang kesebar dan berita hoax itu juga udah ditake-down"

Terkejut, tentu itu adalah reaksi Zay saat pertama mendengar. Ini sudah pasti banyak yang tag akun X miliknya, Zay sengaja mematikan ponsel sebab merasa terganggu.

"Terus juga sendernya send pict ini," Dea menscroll layar ponselnya ingin menunjukkan sesuatu.

Pada layar ponsel yang menyala terlihat di halaman akun base sekolah yang menampilkan ancaman berupa catatan, di sana tertulis–

"What the hell?"

Zaam mengaku kalau Zay sepupunya. 

"Denger-denger Zaam sampe mau hajar sendernya, tapi karena dia cewek jadinya cuma kasih peringatan"

Zay masih mendengar Dea bercerita sembari serius menscroll berita yang baru diupdate tadi malam.

"So, kemungkinan mereka ngehindar karena takut kalo berurusan sama lo berarti juga siap berurusan sama Zaam"

"Gue nggak ngapa-ngapain?"

"Tetep aja, kemaren kan mereka abis ngomongin lo, takut lo dendam kali makanya milih ngejauh duluan," Dea terkekeh,"Tapi emang lo nggak tau apapun soal Zaam?"

Zay mengernyitkan kening dalam, mengembalikan ponsel Dea sekaligus menunggu temannya itu melanjutkan kalimat.

"Dia ikut komunitas motor, lo nggak tau?"

Zay baru tahu, tapi rasanya tidak perlu heran mengingat Zaam merawat motornya dengan begitu baik. Di rumah pun cowok itu memiliki koleksi motor cukup banyak, maka Zay tidak begitu kaget.

"Tapi komunitasnya ini lebih kaya kumpulan anak motor remaja, mirip geng gitulah"

Sejauh ini tidak ada yang aneh, semua terdengar sangat wajar kalau dilihat dari tampang Zaam sendiri.

"Parahnya mereka suka balap liar"

"Hah? Zaam juga?," pertanyaan itu keluar dari bibir Zay tanpa diminta, semoga Dea tidak berpikiran lebih.

"Nggak tau kalo dia, tapi gue pernah dikasih tau sama kenalan gue kalo Zaam katanya pernah ngehajar temen sekolahnya yang suka malakin anak sekolah kita"

Rupanya masih banyak hal umum tentang Zaam yang tidak Zay ketahui, malah orang lain lebih tau dibanding dirinya yang tinggal satu atap.

Zaam penuh misteri, semakin dia mengenal lelaki itu semakin banyak pula kejutan yang menanti di depan, seram dan menantang.

Tbc.

𝐅𝐈𝐆𝐔𝐑𝐀𝐍 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang