Suara derap langkah kaki menuruni anak tangga menyita perhatian bunda,"Zaam, mau pergi?"
Mendengar pertanyaan bunda untuk Zaam membuat Zay menatap sosoknya yang terlihat hanya mengangguk. Cowok itu seperti tidak pernah lelah, sepulang sekolah langsung pergi, padahal cuaca di luar sangat terik.
"El ikut!"
El berdiri meninggalkan mainannya bersama bunda, anak itu berlari menghampiri abangnya.
"Abang nggak lama," Zaam membungkuk, mengusap rambut El dengan gerakan pelan.
Zaam seringkali pergi-pergian, tidak jarang El mengeluh karena Zaam yang tak punya banyak waktu untuknya. Melihat dari cara El bercerita pada Zay, membuatnya jadi kasihan sekaligus kesal dengan Zaam.
El tampak menunduk, anak itu mungkin kecewa karena lagi-lagi Zaam melarangnya ikut. Bunda tersenyum, menghampiri dan mengusap punggung kecil El mencoba menghiburnya.
"Sore nanti katanya El mau main sama Affa? Sekarang bobok siang yuk, bunda temenin"
"Nanti abang beliin kinderjoy," bibir Zaam terangkat membentuk segaris senyuman.
Zay sempat terperangah melihat senyum yang hampir tidak pernah terukir, memang bukan hal yang langka cowok itu tersenyum saat bersama El, tapi tetap itu jadi membuat Zay ikut tertular senyumannya.
El menatap abangnya yang sangat tinggi, matanya berbinar,"Yang banyak abang, El mau kasih Affa juga," antusiasnya yang diangguki Zaam gemas.
Zaam pamit pada bunda sebelum keluar bersamaan dengan bunda yang mengajak El ke kamar. Sedangkan Zay beranjak dari single sofa menyusul langkah Zaam yang sosoknya baru sampai teras.
"Tunggu!"
Zaam berhenti, lelaki itu menoleh lalu memutar tubuhnya membuat Zay mendekatinya.
"Gue mau bicara"
Diam, sampai menit kedua belum ada kalimat yang keluar dari bibir Zay, tapi lelaki dihadapannya masih setia menunggu. Rasanya Zay sedikit kaku, tangannya sampai berkeringat dingin.
"Ini soal rumor itu," akhirnya Zay bisa membuka mulut.
Sialnya respon pertama yang Zay dapat justru satu alis cowok itu terangkat seolah menyuruhnya untuk mengulang kalimat.
Tidak mungkin kalau Zaam tidak tahu desas-desus tentang dirinya dan Zay di sekolah, kalau tidak tahu dari sosmed setidaknya dia sudah mendengarnya secara langsung.
"Lo beneran nggak tau?," Zay sebenarnya sedikit ragu bertanya seperti itu.
"Masalahnya?"
"Are you serious? Lo masih tanya masalahnya? Gue nggak salah denger?"
Zaam itu sikapnya tenang dan bodo amat, tapi apa sampai segitunya? Dia bahkan tidak peduli saat tau banyak berita hoax yang tersebar tentangnya?
Mengingat sudah terhitung empat hari mereka menjadi topik hangat dan Zaam sama sekali tidak pernah membicarakannya dengan Zay, rasa-rasanya memang tidak perlu heran dengan tingkah cowok itu, sayangnya tidak bisa, Zay tetap heran.
"Nggak usah ditanggepin"
"Gimana bisa? Itu nggak bener"
Zaam terlihat merogoh saku celana mengambil ponsel, Zay memperhatikannya. Cowok itu mengotak-ngatik ponselnya sebelum ingin menunjukkan sesuatu pada Zay.
"Bagian mana yang nggak bener?"
Zaam sangat benar, saking benarnya Zay sampai ingin mencakar wajahnya yang mulus.
Disaat seperti ini Zaam masih bisa menunjukkan foto yang diunggah oleh akun twitter sekolah dengan wajah halal ditamparnya. Itu adalah foto saat Zaam menggendong Zay di pantai, orang yang tidak tahu jelas akan mengira kalau mereka memang berpacaran.
Sebuah kesalahan. Tidak hanya itu, banyak foto lainnya yang juga menunjukkan kebersamaan Zay dan Zaam, seperti saat keduanya boncengan.
Semua tersebar dengan sangat cepat, tidak tau siapa oknum yang sudah lancang memotret mereka dan menyebar berita asal. Sebetulnya itu bisa menjadi masalah yang sangat serius, tapi tentu Zay tidak berani menanggapi lebih disaat Zaam sendiri acuh.
"Kan sebenernya nggak kayak gitu, lo nggak baca rumornya? Semua orang jadi salahpaham"
"Mereka cuma caper, nggak penting"
Zaam tidak salah tapi bukan itu yang Zay maksud, dia hanya ingin meluruskan kebenarannya.
Bohong kalau selama ini Zay tidak mendengar bisik-bisik mereka, meski sebaik apapun dia berpura-pura tuli, perkataan buruk mereka akan tetap terdengar dan perasaannya akan merespon secara otomatis. Sakit hati, hanya itu yang bisa Zay bilang.
"Tapi gue nggak nyaman, para pemuja lo neror-"
"Diapain?"
"Nggak ada yang labrak gue langsung, tapi mereka kirim pesan dan ngatain gue, annoying banget tau nggak?"
Tidak ada yang melabraknya langsung, mungkin karena Zay yang jarang terlihat di luar kelas. Kalau dia keluar, besar kemungkinan fans Zaam nekat mengomeli dan tak segan melukainya. Drama sekali.
Zay berpikir begitu karena sebelumnya juga sudah pernah ada kasus serupa di sekolah, oleh siswa populer lainnya. Sungguh malang nasib pacarnya sampai harus pindah sekolah, padahal remaja menjalin kasih adalah hal lumrah? Fans gila obsesi.
"Gue urus"
"For what?"
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐅𝐈𝐆𝐔𝐑𝐀𝐍
Teen Fiction🄹🄰🄽🄶🄰🄽 🄹🄰🄳🄸 🄿🄻🄰🄶🄸🄰🅃 FIGURAN _________________________________________ Sebut saja Zay, seorang gadis sederhana yang hanya menjadi tokoh figuran dalam setiap cerita orang, dia hanya mengambil peran tidak penting dan menurutnya kehadir...