32. Hampir jatuh tertimpa malu

420 24 6
                                    

Lapangan sudah sangat sepi, Zay baru turun dari lantai tiga tepat dimana kelasnya berada. Sengaja, semuanya sengaja dia lakukan untuk menghindari tatapan dan segala cibiran siswa-siswi.

Masih tentang Zay dan Zaam, banyak desas-desus yang mengatakan Zay caper, gatel, dan masih banyak sekali hujatan lainnya. Bahkan banyak nomor asing yang menerornya, ponselnya sampai tak berhenti menerima notifikasi pesan beruntun. Zay tidak akan membukanya, merespon mereka sama dengan membenarkan tuduhan asal.

Memang sepopuler apa Zaam? Padahal Zaam tak lebih dari murid baru, sedangkan Zay yang sudah hampir tiga tahun bersekolah di sana seolah baru keluar dari Goa.

Zay yang tersudutkan, padahal semua hanya kesalahpahaman. Faktanya bukan seperti apa yang mereka dapat dan lihat, manusia suka sekali menyimpulkan segala hal dan menyebar berita seenaknya.

Sekarang situasinya terasa benar-benar menegangkan, Zay tidak nyaman. Zay hanya ingin damai seperti sebelumnya, bukan malah menjadi objek oleh hampir satu sekolah.

Mereka bahkan mengatakan kalau Zay gila popularitas.

Hey? Kalau Zay gila popularitas dia bisa merealisasikannya sejak awal, dia bisa mendekati siswa populer lainnya.

Ah, ayolah itu tidak mungkin Zay lakukan, apa gunanya dia mengejar kepopuleran yang bahkan tidak pernah terpikirkan?

Zay benci jadi pusat perhatian, mereka seperti baru mengenalnya akhir-akhir ini, sialnya karena berita hoax itu.

Untuk foto yang tersebar memang asli, tapi dibaliknya sama sekali tidak ada makna yang lain. Zay dan Zaam benar-benar tidak memiliki hubungan apapun selain perjodohan? Tidak tidak, maksudnya sebagai teman.

"Awh"

Zay memekik, wajahnya seperti menabrak sesuatu yang lunak, saat perlahan mengangkat kepala, tepat di depan mata ada telapak tangan yang menahan keningnya. Betapa terkejutnya Zay kala mengetahui siapa sosok tersebut, dia melangkah mundur merasakan jarak yang begitu dekat. Ini benar-benar memalukan, bagaimana bisa dia berjalan dengan pikiran kosong?

Bukan kosong–Zay terlalu fokus berdebat dengan pikiran, dia pun tidak akan mengelak kalau ada yang menuduhnya melamun.

Beruntung sekali saat menuruni tangga dia tak terjatuh, itu adalah kemungkinan terburuk, Zay tidak bisa membayangkannya.

"Ee .. sorry"

Suasana mendadak kikuk, Zay tanpa permisi melewati Zaam sambil menutupi wajahnya separuh, malu.

Belum sampai langkahnya menjauh, seseorang mencekal lengannya yang bebas. Zay menengok, membalas tatapan Zaam yang tanpa ekspresi.

Zaam melepas segera genggamannya pada tangan kurus gadis pendek itu,"Bareng gue"

"Ngg .. gue–"

"Buruan," Zaam berjalan melewati Zay duluan seakan memimpin.

Ini menyebalkan, padahal Zay kira Zaam sudah pulang duluan, apa cowok itu sengaja menunggunya?

Padahal sejak kemarin pun dia sama sekali tidak peduli, Zaam seringkali mengikuti kegiatan tambahan sepulang sekolah, jadi, Zay memang selalu pulang sendiri–jam pulangnya sengaja dia lebihkan lima belas menit dari yang lain. Zay sangat malas jika harus bertemu banyak manusia di sekolah ini, rasanya dia ingin sekali meredam rumor buruk tentangnya.

"Gue mau pulang sendiri!"

Zaam berhenti, cowok tampan yang berada sekitar empat langkah dari Zay itu menoleh dengan satu alis terangkat.

Sepertinya berteriak bukan tindakan yang tepat, Zay merutuki kebodohannya dalam hati. Dia tidak menyangkan suaranya akan sekeras itu, dia jadi malu dipandangi beberapa orang yang masih terlihat.

"Maksud gue, gue bisa pulang sendiri, lo duluan aja," ralat Zay sedikit kaku.

Merasa acuh, Zaam kembali menuju parkiran membuat Zay bernapas lega. Sayangnya hal itu hanya bertahan dalam dua menit, sebab begitu Zay keluar dari koridor sebuah motor melaju tepat kearahnya. Zay kontan memekik lantaran mengira motor itu akan menabraknya.

Zaam gila, mau apa lagi cowok itu? Belum cukup dia menyaksikan tingkah memalukan Zay? Rasanya Zay ingin menghilang, Zaam benar-benar menyebalkan.

"Pulang bareng atau mau gue bilang El?"

El pasti akan mengomeli Zay kalau begini, bocah itu kan sangat suka abangnya berdekatan dengan Zay. Sial, Zay terjebak, dia tidak mungkin tega melihat El sedih.

Tbc.

𝐅𝐈𝐆𝐔𝐑𝐀𝐍 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang