Malam yang sunyi, Zay merasa bosan berdiam diri di kamar. Memiringkan kepala, melihat gelas di atas nakas yang kosong–dia merasa haus, maka Zay menyibak selimut yang menutup sebagian tubuhnya. Zay akan turun ke lantai bawah untuk mengambil air minumnya yang habis. Mengeratkan jaket yang dipakainya, Zay merasa kepalanya sedikit pening usai tercebur ke kolam sore tadi, Zaam yang menolongnya.
Pijakan Zay hampir sampai di tangga terakhir, tapi dia berhenti saat sayup-sayup mendengar obrolan bunda dan Zaam yang arahnya dari dapur.
"Kamu sudah yakin?"
"Enggak seharusnya Zaam ragu sama pilihan mama papa, selama ini Zaam tinggal jauh dari mereka, Zaam nyesel nggak banyak waktu sama mereka"
"Apa yang kamu lakukan hanya karena mama papa? Maksud bunda–"
"Zaam suka sama Zay"
Zay membekap mulutnya yang hampir meloloskan teriakan, benar-benar seterkejut itu. Tidak ingin membuat suasana semakin awkward, Zay mengurungkan niatnya ke dapur, dia berlari ke kamar lalu mengunci pintunya.
"Ini gue pasti mimpi?"
Plak
Sedikit merintih, Zay mengusap pipinya yang baru dia tampar untuk membuktikan kalau dia tengah bermimpi. Satu hal yang sulit dia percaya, Zaam menyukainya.
"Enggak, mana mungkin tiba-tiba Zaam bilang gitu ke bunda? Gue harus ngomong sama dia," Zay menjetikkan jarinya.
Baru saja membuka pintu kamar, bunda sudah di depan terlihat ingin mengetuk pintunya.
"Bunda?"
"Zay, mau kemana?"
"Ngg .. mau ambil air ke dapur," alasannya.
"Nih, bunda bawain, kamu mau ambil air tapi nggak bawa gelas," bunda melirik tangan Zay yang kosong dan memberinya segelas air yang dibawa.
"Makasih, bunda tau aja"
"Bunda liat kamu tadi"
"Eh itu .."
"Siap-siap gih, Zaam mau ajak kamu keluar"
"Hah?"
"Kok hah?"
"Tiba-tiba?"
"Iya, siap-siap sana, dandan yang cantik"
Bunda mendorong Zay masuk dan menutup pintu kamarnya dari luar tanpa menunggu respon apapun dari putrinya. Seperti kata bunda, Zay harus siap-siap. Memangnya mana mungkin Zay menolak perintah bunda? Dia tidak mau menjadi anak durhaka.
Zaam, ada rencana apa cowok itu tiba-tiba mengajak Zay keluar malam?
Tidak butuh waktu lama untuk Zay bersiap, dia tidak dandan yang benar-benar dandan seperti perempuan kebanyakan. Sebenarnya Zay juga ingin pandai berdandan tapi tidak bisa, mau belajar pun dia tidak mampu membeli make up.
Sederhana memang ciri khasnya.
Sling bag hitam menjadi pilihan Zay untuk dibawa, dia keluar dari kamar menemukan Zaam yang bersandar didinding depan kamarnya.
"Lo ngapain?"
Untuk pertama kali Zaam tersenyum pada Zay, senyumnya meneduhkan.
"Udah?"
Zay mengangguk dan berjalan dulu, dia tampak gugup memegangi tali sling bag. Zay dapat merasakan aura berbeda dari cowok itu, dia seperti bukan Zaam, melainkan orang lain dengan wajah yang sama.
Lima belas menit perjalanan dengan motor, rupanya Zaam membawa Zay ke sebuah cafe yang banyak dikunjungi remaja.
"Cafe?"
"Ada yang mau gue bilang"
Firasat Zay mengatakan sesuatu itu masih berhubungan dengan pembicaraan Zaam dan bunda di dapur, kalau begitu ada hal juga yang ingin Zay bicarakan. Bagus, mereka jadi punya waktu berdua untuk berdebat sepuasnya.
Tiba-tiba cowok dengan kemeja hitam rapi itu mengambil tangan Zay untuk digandeng masuk, membuat cewek pendek itu sempat terbengong. Sampai di dalam Zaam memilih dua kursi yang tempatnya outdoor, dia meminta Zay untuk duduk, sedangkan dirinya pergi beralasan memesan makanan.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐅𝐈𝐆𝐔𝐑𝐀𝐍
Teen Fiction🄹🄰🄽🄶🄰🄽 🄹🄰🄳🄸 🄿🄻🄰🄶🄸🄰🅃 FIGURAN _________________________________________ Sebut saja Zay, seorang gadis sederhana yang hanya menjadi tokoh figuran dalam setiap cerita orang, dia hanya mengambil peran tidak penting dan menurutnya kehadir...