19. Tiba-tiba

644 39 2
                                    

Siang ini sepulang sekolah ada kerja kelompok kebetulan teman sekelompok Zay memilih untuk mengerjakannya di sekolah. Zay sudah memberi tahu bunda agar tidak perlu dijemput, karena sepertinya dia akan pulang telat.

Tepat dari lantai tiga Zay menumpukan kedua tangan pada serambi, menatap ke bawah, tepatnya lapangan basket. Ada Erlan yang berlarian dengan keringat yang mengucur bebas dipelipis, dan jangan lupakan headband yang sudah menjadi ciri khasnya saat bermain basket, hanya satu kata mempesona, sayang sekali cowok orang.

Di sana memang banyak orang tapi mata pandang Zay hanya terfokus pada satu objek, seperti sudah menjadi hal favorit.

"Mana sih mereka?," Zay memeriksa sekitar, menunggu temannya yang belum juga kembali dari toilet.

"Lama banget, apa gue susul aja ya?,"

Zay nampak menimang begitu melihat jam yang melingkar dipergelangan tangan kanannya. Sampai pada akhirnya dia berjalan menyusuri koridor, menuruni anak tangga, dan menuju toilet siswa. Sudah dipastikan teman-temannya itu lebih suka berkunjung ke toilet kelas sebelas yang letaknya di lantai dua, termasuk Zay sendiri.

Saat masuk ke toilet, tidak ada Putri dan Yessy–yang Zay temui malah orang lain. Dia jadi sungkan karena sudah berteriak mengganggu. 

"Putri sama Yessy mana coba? Masa iya mereka lupa?," bingung, Zay mondar-mandir di depan toilet.

Zay memutuskan untuk mencari mereka di lantai dasar, mungkin mereka di sana, kebiasaan suka nonton anak basket.

Saat baru saja melangkah melewati kelas sebelas ipa empat, ekor mata Zay tidak sengaja menangkap beberapa siswa yang ambil kelas tambahan alias bimbel. Ada Zaam, Zay tidak salah.

Takut banyak yang sadar akan keberadaan Zay di depan kelas mereka–Zay berjalan cepat menjumpai tangga untuk turun ke lantai dasar.

Sampai di lantai dasar, Zay melihat Andrew–teman satu kelasnya yang juga anak basket. Kebetulan sekali Andrew berada di tepi lapangan, sepertinya sedang istirahat, mumpung dia duduk sendirian di kursi panjang di sana, Zay pun memilih untuk menghampiri. Kalau bukan karena ada perlu sudah pasti Zay enggan.

"Andrew," sapa Zay berdiri di depannya, lebih tepatnya membelakangi lapangan.

"Tumben, kenapa?," tanyanya yang terlihat bingung dengan kehadiran Zay.

"Liat Putri sama Yessy?"

"Putri? Yessy? Mereka pulang barusan"

"Yang bener?"

"Beneran elah, nggak percayaan amat sama siswa yang paling jujur di sini," Andrew pd setengah mampus.

Grep

Tiba-tiba ada yang memeluk Zay dari belakang, Zay berusaha melepaskan diri tapi pelukannya malah mengerat, Zay menengok untuk melihat siapa pelakunya.

Erlan? Tidak salah. Ada apa, kenapa tiba-tiba?

"Rok lo merah," pelan Erlan tepat di samping telinga Zay membuat leher gadis itu jadi merinding.

Oke, Zay, stop geer.

Zay ingat kalau ini masuk hari-hari akan kedatangan tamu bulanan, tapi Zay tidak menyangka kalau hari itu sekarang, di sekolah, di depan banyak para siswa. Zay sangat malu.

"Ambilin jas gue," satu tangan Erlan terulur di depan Andrew, dia meminta tolong pada temannya itu–yang di samping duduknya memang terdapat banyak barang milik anak basket, termasuk tas Erlan yang di atasnya ada jas sekolah.

Andrew dengan segera mengambilnya dan memberikannya pada Erlan yang masih setia berdiri di belakang Zay, tidak lagi dipeluk. Zay sampai memejamkan mata tak kuasa menahan rasa malu, dia sangat ingin menenggelamkan diri sekarang.

Dengan telaten Erlan melingkarkan jas ke pinggang Zay lalu mengikatnya, saat mengikatnya cowok itu memposisikan tubuhnya agak jongkok. Apa-apaan?

"M-makasih," cicit Zay sedikit terbata.

"Buruan pulang," suruh Erlan yang entah kenapa justru terdengar manis ditelinga Zay.

Namanya juga orang suka, sekalipun hal kecil, tetap akan terlihat sangat amat spesial. Memang benar katanya kalau cinta itu buta.

Zay tersadar sepenuhnya dan beralih melihat sekitar, rupanya dia tengah menjadi pusat perhatian, sampai yang latihan basket berhenti. Begitu dengan Andrew yang ikut terbengong. Rasanya waktu seakan berhenti, benar-benar suatu hal yang memalukan.

"MALU BANGET ASTAGA! KENAPA BISA SIH? ENGGAK BANGET!," ingin sekali berteriak langsung, tapi Zay harus menahan diri.

Sampai dimana tiba-tiba lagi seseorang menarik tangan Zay cukup kuat, membuatnya hampir tersandung.

Tbc.

𝐅𝐈𝐆𝐔𝐑𝐀𝐍 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang