11. Kabar duka

1.1K 60 1
                                    

"Zay"

"Iya, bun?"

"Besok El tinggal sini lagi"

"Beneran?"

"Iya, orang tua El masih ada pekerjaan yang nggak bisa ditinggal di sana, sekarang aja nyempetin liat El"

Zay ber'oh'ria menanggapi bunda.

"Abangnya El juga mau pulang," kata bunda lagi.

"Abangnya yang tinggal sama kakeknya itu kan? Kakaknya nggak ikut pulang juga?"

Merasa ada yang salah dengan pertanyaan Zay, maka bunda langsung membenarkan. Kakak El sudah lama meninggal saat kecelakaan pesawat terjadi beberapa tahun lalu saat perjalanan ke luar negeri karena program pertukaran pelajar. Sedangkan abang El memang sejak kecil tinggal bersama kakek neneknya di Kalimantan, dan sesekali dia pulang berkunjung.

Zay baru tau, jadi memang benar kalau El tidak pernah bertemu dengan kakaknya? Orang tuanya pasti tidak bilang yang sebenarnya pada El, tapi El tentu sudah cukup mengerti.

Weekend ini, Zay ikut bunda untuk menjemput El dirumahnya. Rumah El sangat besar, lebih dari fantasi Zay.

Bunda menekan bel yang ada di samping pintu rumah dan wanita paruh baya keluar dari dalam mempersilakan bunda masuk, tapi, belum sampai masuk anak kecil teihat berlari ke arah Zay dan langsung memeluknya. Zay menunduk untuk melihatnya, lalu tangannya cepat diraih untuk diajaknya masuk.

"Akak mau liat kamar El ndak?"

"Boleh"

El kembali menarik Zay, naik ke tangga menuju lantai selanjutnya. Sampai pada salah satu ruangan yang Zay yakini adalah kamar El, di sana ada banyak sekali mainan milik El.

"El seneng banget ada Zay"

"Iya, di rumah El nempel terus sama Zay"

Obrolan di ruang tamu itu terdengar sangat akrab bukan seperti majikan dan asisten rumah tangga, lebih tepatnya teman dekat. Kini Zay sudah menapaki tangga paling akhir di ikuti El di samping.

"El seneng ya ada akak cantik?," ucap tante Mira tiba-tiba yang membuat Zay sedikit terkejut dengan sebutannya.

"El mau tinggal sama akak cantik lagi?," El terlihat antusias.

"Iya sayang, tapi janji nggak boleh nakal ya?"

"Oke, ma!," El mengacungkan jempolnya tanda menurut.

Setelah cukup lama menemani El bermain dan sesekali mengobrol dengan tante Mira membuat Zay semakin tau tentang keluarga El.

El akan tinggal di rumah Zay sementara sampai abangnya itu pulang ke rumah, begitu katanya.

Orang tua mana yang tak berat hati meninggalkan anaknya? Apalagi anak yang masih sangat butuh dampingan penuh.

Tapi urusan pekerjaan juga penting, jadi, terpaksa mama papa El harus pulang pergi dan tidak tahu kapan pulang kembali, mereka akan mengusahakan secepatnya. Meski orang tua El baru berangkat besok, mereka juga perlu menyiapkan beberapa hal, karena itu, El dititipkan hari ini.

Suasana kantin sangat ramai tapi tidak dengan hati yang kian horor, kosong. Tapi memang begitu nyatanya bukan? Dering telepon disaku seragam membuyarkan lamunan Zay, tertera nomor kontak yang dinamakan Bunda.

"Assalamualaikum, bun?"

Terdengar isak tangis dari seberang telepon, anehnya tidak hanya satu isakan yang terdengar.

"Bun? Bunda kenapa? Bunda gapapa kan?"

Firasat Zay mengatakan ada hal buruk yang terjadi, dia harap itu hanyalah tebakan yang salah.

"Ta-tante Mira dan om Wilan meninggal, Zay"

"Hah?!"

"Inalillahi wa inna ilaihi rojiun," pelan Zay.

Sungguh mengejutkan, Zay jadi kepikiran El, dia masih terlalu kecil untuk menerima kenyataan pahit ini, Zay jadi ingin segera pulang.

"Yy-yaudah, sekarang bunda di mana?"

"Di rumah El"

"Nanti Zay langsung ke sana ya, bun?," Setelah itu sambungan terputus.

"Kenapa?"

"Sahabat bunda meninggal, orang tua El"

"Anak kecil yang di rumah lo itu?"

"Inalillahi wa inna ilaihi rojiun"

"Nanti anterin gue ke rumahnya ya?"

"Gue boleh ikut di sana?"

Sepulang sekolah Zay dan Dea langsung menuju komplek perumahan, dari jauh sudah terlihat bendera kuning yang terpasang dipagar luar.

Zay sempat celingak-celinguk mencari keberadaan bunda, sebab di luar sangat ramai. Tapi sepertinya bunda ada di dalam.

Sedari datang beberapa pasang mata memperhatikan Zay dan Dea, lantaran seragam sekolah yang masih terpakai.

Tak menunggu lama mata Zay langsung tertuju ke arah tangga mengikuti arah pendengarannya, benar saja bunda baru turun dengan pakaian serba hitam serta mata sembab.

Dan jangan lupakan pertanyaannya, El dimana? Apa anak itu baik-baik saja?

Tbc.

𝐅𝐈𝐆𝐔𝐑𝐀𝐍 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang