29. Curang

454 25 0
                                    

Di tengah laut sana Hilman sedikit menggeram, jangan sampai dia kalah, kalau sampai itu terjadi otomatis Zaam akan dapat kiss dari Anya? Dia tidak bisa membayangkan mengingat serandom dan senekat apa kelakuan Anya.

Dengan semangat yang membara demi pujaan hati, Hilman mempercepat gerakan renangnya sampai dimana dia sejajar dengan tubuh Zaam.

Srett

Misi berhasil.

Hilman lebih dulu sampai di tepi dan langsung disambut teriakan Anya juga pengunjung lain, kecuali Zay yang kini merasa sial.

"Pacar aku keren banget ..," Anya memeluk pacarnya tanpa rasa sungkan.

Zaam menyusul, menyugar rambut basahnya ke belakang,"Curang lo"

"Omoo oppaa"

"Buset cakep benerr"

"Ma Sya Allah gantengnya .. mirip jodoh gue"

Banyak sekali decakan kagum para kaum hawa begitu mengetahui wujud Zaam, terlebih kaos polosnya basah membuat tubuh atletisnya tercetak jelas.

"Kak boleh minta nomernya nggak? Maksa nih," seorang gadis tiba-tiba menyodorkan ponsel pada Zaam.

"Eh, enak aja! Nggak ada nggak ada, gue aja belum punya," Anya maju, mendorong ponsel gadis itu agar menjauh.

"Sayang ..," Hilman dengan nada manjanya memperingati Anya yang sempat-sempatnya flirting.

Dan itu terdengar menggelikan.

Anya terkekeh kecil,"Becanda sayang"

Mengusak kecil kepala pacarnya sebelum menatap ketiga gadis lain di sana,"Udah kalian bubar," usir Hilman yang sama sekali tak diindahkan.

"Nama temennya siapa kak? Minimal kenalan dululah"

"Sorry ya, dia udah punya cewek jadi kalian bubar aja, percuma juga kan?"

Anya merentangkan kedua tangannya menggiring tiga gadis yang masih kekeuh. Yang lain saja sudah pergi satu persatu, sedangkan ketiga gadis dominan itu masih tetap stay memandangi Zaam.

"Kenapa kalian yang sewot? Kita nanya mas ganteng bukan kalian"

"Lo pada nggak pernah liat orang cakep ya? Udah sana-sana pergii .. huss"

Ketiganya merasa dongkol diusir oleh Anya yang sejak tadi mengganggu, bawel sekali mirip bebek. Telinga mereka jadi panas, sampai akhirnya memutuskan untuk pergi, tak lupa memberi delikan tajam, juga peringatan yang sama sekali tak berpengaruh bagi Anya.

"Sebelumnya kita nggak ada buat peraturan apapun, so, bebas dong?," ujar Hilman membalas tatapan Zaam yang sedari tadi menuntut jawaban darinya.

"Ck"

"Lo curang?"

Tepat sasaran, Zay seolah paham. Kalau benar begitu, dia juga tidak setuju kalau Hilman menang, kalau perlu mereka bisa mengulang tanpa dukungan ramai seperti barusan.

Hilman menahan tawa,"Ppfftt .. kalian tau nggak gue tadi ngapain?"

Ini kelewatan, tapi sungguh Hilman menarik celana Zaam sampai temannya itu lengah, untung hanya sedikit, kalau tidak nyawa Hilman yang jadi taruhan.

"Anjing," umpat Hilman mendapat injakan kaki besar Zaam.

"Iyaiya, gue mingkem. Mm," cowok tengil itu memajukan bibirnya yang terkatup rapat.

Anya sebenarnya tak mengerti .. tapi,"Yaudah, yuk, kita bersih-bersih baru cari makan"

Biarlah Anya menyudahi, dia sudah risih dengan badannya yang lembab, cacing di perutnya pun turut koar-koar, berada di air membuatnya cepat lapar.

"Awh"

Tiga manusia yang berjalan memimpin otomatis berbalik, menatap Zay yang tiba-tiba memekik sakit.

"Zay? Lo kenapa?," Anya menghampiri diikuti yang lain.

"Sshh .. enggak, ini kayaknya kena karang, tapi gapapa, ayo," Zay kembali tegak, meski sebenarnya kakinya terasa perih.

"Kena karang kok gapapa? Sakit tau, gue juga pernah"

Hilman mengangguki pernyataan ceweknya,"Zaam bantuin, masa perlu gue suruh," ujarnya pada Zaam yang acuh.

"Lo cakep-cakep nggak peka jadi cowok"

"Perlu belajar dari aku dia yang"

"Kamu juga sama, bedanya nggak secakep Zaam"

Tbc.

𝐅𝐈𝐆𝐔𝐑𝐀𝐍 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang