38. Pacaran

448 17 1
                                    

Menghindari Zaam, Zay lebih memilih berangkat diantar pak Danu bersama El.

Rasanya masih asing berbicara banyak hal dengan Zaam, meski tak memungkiri kalau sikap Zaam terlihat jauh lebih manis dari biasa. Zaam yang selalu menghadapi situasi dengan tenang, tidak lagi ketus dan seenaknya. Sebetulnya Zay masih sedikit ragu, tapi Zaam tidak mungkin main-main dengan ucapan dan tindakannya.

Di sekolah, Zay tidak lagi peduli dengan orang-orang yang mungkin masih menghindarinya, dia akan tetap bersikap seolah semua baik-baik saja. Memang seharusnya seperti itu.

Tapi yang dia dapat saat memasuki gerbang ialah pak Jamal–satpam sekolah yang memberinya setangkai mawar, pak Jamal hanya tersenyum tanpa mengatakan apapun selain mengucapkan selamat pagi.

"Hai Zay"

Mawar kedua, dari siswi random di lapangan.

"Morning Zay"

Mawar ketiga, dari siswi lain yang berada di koridor.

"Spesial buat lo"

Mawar keempat, dari seorang siswa yang bersimpangan di tangga.

Zay menengok siswa itu sampai sosoknya tak terlihat, dia bingung kenapa orang-orang itu memberinya mawar. Tapi tetap saja dia menerimanya, sudah bertanya juga tidak ada yang menjawab.

"ZAY"

Dea melambai tinggi dari anak tangga teratas, cewek itu turun dan menarik Zay agar berjalan lebih cepat.

"Dea apa sih, jangan tarik-tarik"

"Cepet keburu masuk"

Sampainya di kelas, kejutan terakhir menyambut kedatangan Zay. Zaam, cowok itu berdiri dengan senyuman lebar, ditangannya ada setangkai mawar seperti yang sudah dia dapat.

"Mawar kelima, buat lo"

Teman sekelas Zay berseru heboh, mereka tentu sudah dibriefing Dea yang diamanahi langsung oleh Zaam.

"Lo harus banget kaya gini?," Zay berbisik pelan dan tajam, lantas Zaam tampak mengangguk tidak ada keraguan.

"Jadi pacar gue, Zay"

Sorakan heboh terasa memekak telinga, Zay malu. Dia tidak pernah membayangkan sebelumnya kalau hal semacam ini pun akan terjadi pada gadis biasa sepertinya.

"Lo nggak perlu takut sama fans dia, mereka udah pada kabur, kita semua juga udah tau kalian bukan sepupu," Dea menyenggol lengan temannya dengan senyum penuh arti,"Terima gih"

Bola mata Zay berpendar memperhatikan teman-temannya, dan tepat berhenti pada satu orang. Keduanya saling pandang, sebelum si cowok membuang muka. Tersimpan sedikit perasaan tidak rela, mengetahui fakta bahwa dia dan orang yang disukainya akan berakhir masing-masing.

Erlan, cowok itu terlihat biasa saja–maksudnya sama sekali tidak menunjukkan kalau dia cemburu ... memang Erlan tidak menyukai Zay, Zay saja yang masih denial mengira perasaannya terbalas.

"Iya, gue mau jadi pacar lo, Zaam"

Entah dia mendadak yakin atau hanya sebagai peralihan atas rasa sukanya terhadap orang lain, yang jelas Zay belum benar-benar move on dari masa lalu yang sama sekali tak sempat dia miliki.

Semua teman-temannya girang, ada yang sampai meloncat saking tak percaya, mereka terlihat begitu senang, sedangkan Zay hanya tersenyum simpul sebagai reaksi.

Kringg kringg

"Udah bel, gue ke kelas dulu"

Zay mengangguk dengan pandangan kosong tanpa arah, dia seolah berusaha mencerna kejadian barusan. Masih sulit dipercaya.

"Asik yang udah taken, traktirannya dong"

"Gue nggak tau, nggak ngerti"

"Apa sih bocah, malah dikasih gue?"

Dea mengeryit menerima semua tangkai mawar merah dari temannya yang terlihat seperti orang linglung.

Tbc. 

𝐅𝐈𝐆𝐔𝐑𝐀𝐍 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang