37. Ungkapan

394 11 3
                                    

Hari hari berganti

Kini cinta pun hadir

Melihatmu memandangmu bagai bidadari

Lentik indah matamu

Manis senyum bibirmu

Hitam panjang rambutmu anggun terikat

Rasa ini tak tertahan

Hati ini slalu untukmu

Terimalah lagu ini

Dari orang biasa

Tapi cintaku padamu luar biasa

Aku tak punya bunga

Aku tak punya harta

Yang ku punya hanyalah hati yang setia

Tulus padamu

Lagu yang dinyanyikan band cafe berjudul cinta luar biasa itu seolah mewakili kedua pasangan yang sama-sama diliputi perasaan canggung. Bagi Zay, ini adalah pertama kali untuknya keluar malam berdua dengan seorang cowok.

"Zay"

Yang dipanggil mengangkat kepala, sejenak Zay merasa terhipnotis oleh pesona pria dihadapannya. Zay membuang muka, menarik sedotannya dan menyeruput minumnya–terlihat seperti salah tingkah.

"Sebelumnya gue mau denger first impression lo tentang gue, boleh?"

"First impression?," Zay mengulang,"Ngg .. mau jujur apa bohong?"

"Ada orang yang mau dibohongin?"

"Lo nyebelin dan suka seenaknya .."

".. tapi lo baik"

Zaam tersenyum, sedang Zay diam-diam mengumpati pujiannya barusan. Padahal dia tengah jengkel dengan lelaki itu–tidak, sikapnya kali ini berhasil membuatnya terus berdebar.

"Lo percaya cinta pada pandangan pertama?"

Zay mengerutkan kening sedikit tidak mengerti, dia juga tak berminat untuk menjawab.

"Gue pikir gue ngerasain itu, tapi ternyata semua yang gue rasain bukan tiba-tiba," terkekeh kecil,"Gue suka sejak gue nemenin lo main boneka, saat kita masih kecil .."

Terperangah, Zay cukup takjub mendengar kalimat panjang Zaam. Alunan rendah itu seolah tak biasa, Zaam benar-benar berbeda.

"Lo bisa bilang semua ini nggak masuk akal, awalnya gue juga mikir itu cuma rasa suka biasa, nyatanya sejak ketemu lo lagi perasaan gue bener-bener beda"

"Jadi pacar gue, Onel"

Zay membeku merasa lidahnya mendadak kelu, sebelumnya dia tidak memprediksi kemungkinan ini. Dan Zay kira dia bisa selalu menanggapi Zaam, kenyataannya sejak tadi dia hanya diam, terlebih saat Zaam menyebutnya dengan panggilan masa kecilnya.

"Lo udah punya pacar kalo lo lupa"

"Gue belum pernah pacaran"

"Nadin nggak lo anggep?"

"Dia bukan pacar gue"

Jadi, Nadin berbohong dan Zaam yang pernah ditanya hanya diam. Tidak salah kalau Zay berpikir Zaam dan Nadin berpacaran, terlebih Zay beberapa kali melihat keduanya bersama.

"Kalo lo tau banyak yang ngaku pacar gue, apa lo juga percaya?"

"Percaya, tampang lo mendukung"

"Onel"

"Gue Zay, lo nggak cadel"

"Dulu lo nggak cadel panggil gue Ei?"

"Suka-suka"

Zaam tidak lagi membalas, Zay seperti sengaja mengajaknya berdebat untuk mengalihkan pembahasan awal.

"Apa ada orang yang lo suka? Dan lo lagi move on?"

"Sok tau"

Dipaksa move on tanpa putus dan jadian, itulah Zay.

Pertanyaan Zaam membuatnya melirik tak senang, menyebalkan. Zaam menanyakan hal yang cukup sensitif, Zay memang sedang di fase move on. Tebakannya sangat benar.

Tidak tahu saja disisi lain Zay tak jarang merasa ada yang aneh dengan dirinya saat berada didekat Zaam. Kedekatan mereka cukup membuat Zay terbawa perasaan, perempuan akan semudah itu jatuh bila mendapat perlakuan lebih.

"Lo butuh waktu buat jawab? Gue tunggu, tapi sampe besok"

Tbc.

𝐅𝐈𝐆𝐔𝐑𝐀𝐍 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang