Semua orang terkejut mendengar suara lantang namun terdengar rapuh, lelaki itu menatap nyalang tubuh kedua orang tuanya yang sudah terkapar tak bernyawa.
Sebelum dia datang, Zay sempat menanyakan suatu hal pada bunda, tapi sekarang bunda mengabaikan pertanyaan Zay dan memilih untuk menghampiri laki-laki itu.
Zay mencoba mengerti keadaan, dia memilih untuk mengekori bunda di ikuti Dea yang berjalan beriringan bersama Zay.
Sudah Zay tebak kalau laki-laki itu Zaam–abang El, tak heran jika Zaam kini sudah sampai di rumah, dia memang sudah berangkat sebelum mendapat kabar duka atas kedua orang tuanya.
Zay yang berada di samping bunda–yang sedang menguatkan Zaam untuk kesekian kali, Zay mencoba mengambil kesempatan untuk bertanya pada bunda.
"Bunda, El dimana?"
"Di kamar"
Tanpa banyak bertanya lagi Zay mengajak Dea menuju kamar El, di lantai atas.
Membuka knop pintu perlahan agar tak mengganggu sang pemilik, melihat anak kecil yang tertidur di ranjang dengan pipi basah, membuat Zay sesak seketika menangis, dia pernah merasakan kesedihan yang dirasakan oleh anak itu sekarang.
"Lo nangis?," suara Dea membuat Zay segera menghapus air matanya.
Zay menghampirinya dan membelai rambut hitam yang indah itu.
"Kita keluar aja"
Takut membangunkannya, Zay memutuskan untuk cepat pergi dari sana, tapi tiba-tiba ...
"Mama papa kenapa pulang, El mau sama bunda ..."
Niat Zay terurung, dia menengok untuk melihat apakah El terbangun.
"El sendirian ..."
Pantas pipi tembam El basah, rupanya dia masih menangis meski terpejam, apa El mengigau?
Apa Zay harus meninggalkannya sekarang? Kalau ada apa-apa pada El bagaimana? Ah, tidak–Zay akan tetap di sini menemani.
Zay masih di kamar El sampai Dea pulang, Dea tidak bisa lama-lama karena belum sempat izin tadi.
Zay jadi teringat kejadian lima tahun lalu saat ayah kecelakaan, ingatan akan kecelakaan itu terus saja menghantui pikirannya seakan tak ada hal lain yang patut dipikirkannya.
Di sela lamunan tiba-tiba pintu kamar terbuka, Zay menatap seseorang yang juga ikut menatapnya sekilas, matanya terlihat bengkak. Merasa kikuk sendiri, Zay memutuskan untuk pergi dan tak mengganggu pertemuan El dengan abangnya.
"Tunggu"
Merasa ngeri dengan suara berat itu, Zay tak menoleh sedikit pun ke belakang.
"Makasih"
Zay buru-buru keluar, bukannya bagaimana tapi saat tadi ingin menjawab tiba-tiba lidahnya terasa terbelit. Kaku sekali.
Lagipula makasih? Makasih untuk apa? Ya ... Zay tak bodoh untuk mengerti hal apa yang dimaksud, pasti karena tadi dia sudah menemani adiknya?
Di bawah, Zay menemui bunda untuk bertanya banyak hal padanya, sungguh sampai saat ini Zay belum tau pasti.
Dan bunda menceritakan semuanya sampai saat dia mengangkat telepon rumah yang ternyata dari kepolisian. Sebelumnya bunda sengaja tidak memberitahu Zaam agar tak mengganggu perjalanannya, takut malah terjadi sesuatu pada Zaam.
Kata bunda kecelakaan terjadi di jalan tol dengan mobil yang ditumpangi keduanya sudah dalam keadaan tak baik-baik saja, ada masalah pada mesinnya.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐅𝐈𝐆𝐔𝐑𝐀𝐍
Teen Fiction🄹🄰🄽🄶🄰🄽 🄹🄰🄳🄸 🄿🄻🄰🄶🄸🄰🅃 FIGURAN _________________________________________ Sebut saja Zay, seorang gadis sederhana yang hanya menjadi tokoh figuran dalam setiap cerita orang, dia hanya mengambil peran tidak penting dan menurutnya kehadir...