8. Drama 3

1.2K 66 1
                                    

Kerja kelompok, hal yang paling tidak Zay suka, sebab disaat itu semua akan berkumpul untuk bercanda, dan saling bertukar cerita random, sedangkan Zay? Dia menjadi pendengar yang abadi.

Mereka akan datang hanya ketika mereka butuh, kalau tidak? Jangankan untuk bicara, sekadar melihatnya saja seakan enggan.

Seburuk itu? Apa karena mereka beda pemikiran? Memang pemikiran Zay sama dengan pemikiran siapa? Heran. Mereka terlalu bar-bar untuk Zay yang cuek.

Dea memang teman dekat, tapi ada saatnya dia juga akan lupa dengan Zay, seperti saat ini.

Satu kelompok dengan mereka? Entah apa yang bisa Zay lakukan nantinya. Apa bisa membantu atau hanya bisa diam? Bukan Zay tidak mengerti, dia hanya takut salah bicara. Semua tidak mudah, butuh beribu-ribu pertimbangan untuk bicara meski hanya satu kata.

Zay pemegang kata, berpikir sebelum berbicara.

"Kar, cari buku ke perpus sama Zay, gih"

Bagaimana Zay bisa paham kalau tugasnya saja disuruh-suruh?

Mau tidak mau Zay harus melakukannya kalau tidak mereka tidak akan mencatat namanya sebagai anggota kelompok, kalau begitu Zay tidak akan dapat nilai, sejahat itu? Iya.

Karena ini jam pelajaran, jadi diluar sangat sepi, Zay yang tidak suka keramaian cukup tenang melihatnya.

"Kenapa harus nyuruh kita? Enak banget sih jadi orang," Karin nampak sebal,"Kalau bukan karena nilai mana mau gue, mentang-mentang mereka pinter? Kita juga nggak sebodoh itu kali, songong banget sok bos,"

Zay terus mendengar ocehan Karin yang tak henti-hentinya. Yayaya, Karin terpaksa melakukannya karena nilai, lagipula dia hanya disuruh mengambil buku, setelahnya pasti orang-orang tadi yang mengerjakan dan dia tinggal ikut nilai. Beres.

Tapi pemikiran Zay berbeda, seharusnya semuanya dilakukan bersama agar sama-sama paham, kalau seperti itu tidak adil. Tidak semua bisa paham.

Angel, dia yang menyuruh Zay dan Karin. Angel ini teman sekelas mereka yang maunya menang sendiri, sudah bukan jadi rahasia memang.

Si anak guru alias anak emas, jadi wajar saja kalau dia pintar. Bahkan banyak sekali yang menyukainya, jangan tanyakan parasnya, jelas si Angel ini cantik.

Oh ya, jangan lupakan El yang terus memanggil Zay cantik. Oke, Zay juga cantik. Hanya kata El.

Karin memilih untuk menunggu di luar, setelah dapat buku yang dicari Zay bergegas menghampiri Karin di luar.

Tapi–di luar terlihat Karin sedang adu jambak dengan seseorang.

Semua murid yang fokus belajar sampai terganggu eh–tepatnya sepertinya mereka senang mendapat tontonan gratis. Semua guru dan siswa yang semula di dalam kelas jadi keluar hanya untuk melihat kericuhan yang terjadi.

Zay sendiri bingung melerai mereka, sudah mencoba menenangkan Karin tapi percuma saja, dia tidak mau kalah. Zay pasrah, biar guru yang membereskan keduanya, tapi Zay juga jadi disuruh ikut bersama Karin ke ruang BK.

Masih ingat kan? Zay hanya seorang figuran dimanapun dia berada. Di sana dia hanya akan menemani Karin, bukan untuk kepentingan lain.

Seringkali dia berpikir, untuk apa dia di sana? Untuk apa pula dia ada diantara semua orang? Jikalau kehadirannya saja hanya dianggap sebagai sampah yang tidak berguna.

Kalau ditanya lelah, sangat. Tapi, Zay juga tau kalau ini bukan waktu yang tepat untuk dia menyerah. Mengeluh pun tidak akan berguna, siapa yang mau mendengarnya kalau bukan bunda seorang?

Cara paling tepat hanya menangis, bukan sekencang-kencangnya tapi setenang-tenangnya, hingga tak ada seorang pun yang bisa mendengar.

Tbc.

𝐅𝐈𝐆𝐔𝐑𝐀𝐍 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang