Taman sekolah yang asri kali ini sangat sepi, mereka semua ada di kantin kecuali Zaam dan Zay.
Dea girang mendapat uang kaget dari cowok kaya raya bernama Zaam, cowok yang baru saja menjalin hubungan asmara itu meminta Dea menghabiskan uangnya dengan mentraktir satu sekolah–para guru, pak Jamal, dan penjual di kantin pun turut Zaam traktir dengan kedok ingin berbagi.
Sejak datang mereka saling diam, terhitung dua menit berlalu begitu saja. Tangan Zay sampai berkeringat dingin duduk berdekatan dengan Zaam, kira-kira jaraknya hanya sejengkal tangan bayi.
"Banyak hal yang perlu kita bicarain, lo mau duluan?," nada bicara Zaam lebih santai.
Menghela pelan, Zay membuka suara setelah beberapa detik berpikir,"Lo tau gue belum sepenuhnya move on, tapi kenapa lo tetep mau gue jadi pacar lo?"
"Cinta tumbuh karena terbiasa, lo tau itu"
Zay setuju, awal dia menyukai seseorang juga karena terbiasa bersama–tepatnya karena satu kelas.
"Gue yakin lo juga suka sama gue, lo cuma belum bisa nerima"
Zay bungkam, mungkin Zaam benar kalau Zay sudah menyukainya dan Zay sedang tidak ingin menerima fakta baru, dia cukup trauma. Padahal seharusnya tidak ada yang perlu dia takutkan, sebab Zaam tidak akan mengecewakannya.
Zaam yang mencintainya sejak lama, Zaam yang berani menyatakan perasaannya dan .. mereka juga akan menikah pada akhirnya.
"Gue bukan ingin nerima orang yang belum selesai sama masa lalunya, rasanya nggak yakin kalau gue terus nunggu, orang itu bakal berpindah hati. Move on itu ada penyebabnya, seseorang bisa move on karena ada pengganti, entah apa dan siapa"
"Teori darimana? Berpengalaman kayanya"
"Nggak harus berpengalaman buat tau hal-hal umum yang sering terjadi," mengambil napas sejenak,"Perjodohan itu, gue udah tau lama"
"Kok–"
"Gue pulang emang mau menetap di sini, sekaligus .."
"Apa?," Zay penasaran.
"Sekaligus mau deket sama lo"
Panas sekali, Zay menunduk berusaha meredam wajahnya yang merona,"Gue masih nggak percaya lo bisa kaya gini, Zaam," ungkapnya memberanikan diri menatap wajah oknum yang lebih tinggi.
"Lo aja yang suka marah ke gue"
"Bukan gengsi?"
"Iya"
Zay terkekeh geli mendengar kejujuran lelaki yang kini berstatus pacarnya, merasa lucu.
"Ayo, gue anter ke kelas"
"Nggak usah alay ya, kelas lo di lantai dua, suka banget bolak-balik"
"Nganter pacar apa salahnya?"
Zaam meraih jemari lentik Zay untuk dibawanya pergi dari taman. Menggelikan, Zay merasa jijik sendiri. Tapi, mau tidak mau dia harus terbiasa dengan banyak hal lain yang nantinya terjadi–seperti rangkulan, pelukan sampai dengan kiss, tidak-tidak. Mereka akan pacaran sewajarnya, tidak berlebihan.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐅𝐈𝐆𝐔𝐑𝐀𝐍
Teen Fiction🄹🄰🄽🄶🄰🄽 🄹🄰🄳🄸 🄿🄻🄰🄶🄸🄰🅃 FIGURAN _________________________________________ Sebut saja Zay, seorang gadis sederhana yang hanya menjadi tokoh figuran dalam setiap cerita orang, dia hanya mengambil peran tidak penting dan menurutnya kehadir...