.
.
.
Saat pekerjaan mencuci dan menjemur selesai Ellen mengajak Raivia untuk datang ke dapur, akan ada makanan yang tersaji untuk para pelayan.
Entah itu sepotong roti isi atau sup yang enak.Dapur khusus pelayan sudah cukup ramai dengan keberadaan orang-orang yang lapar.
Saat mereka mengantre Raivia bisa merasakan banyak dari mereka menatap ke arah dirinya.
Bukan sekedar lirikan, tatapan yang mereka layangkan sangat jelas.
Bahkan mereka berbisik-bisik di depannya, Raivia tidak tuli dan bisa sedikit mendengar apa yang mereka bisikan.
Tentang warna kulit dan rambutnya, yang berbeda. Entah mereka iri atau apa, Raivia memang memiliki wajah yang cantik hampir mirip sebuah lukisan.Raivia hanya menatap ke bawah, meskipun berusaha mengabaikan mereka terlalu membuat dirinya tertekan dengan seluruh tatapan tersebut.
Saat sampai di depan penyaji makanan, seorang wanita yang lebih tua darinya ia terlihat berkacak pinggang.
"Apa kau anak baru?"
Raivia mengangguk.
Wanita itu menatap dari atas sampai bawah menilai sesuatu dalam pikirannya."Nyonya Amy tolong jangan menatap dirinya seperti itu"
Minta Ellen kemudian mengambil makanan mereka.Ellen menarik Raivia secepat mungkin untuk keluar dari dapur. Ellen tahu Raivia merasa tidak nyaman berada di dalam sana.
"Apa kau baik-baik saja?"
Raivia mengangguk sambil tersenyum sebagai tanda ia benar-benar baik-baik saja.
"Terimakasih telah membantu ku lagi"
Ellen hanya mengangguk lalu menarik tangan Raivia.
"Aku pikir kita tidak akan bisa menikmati makanan jika berada di antara mereka"
Kata Ellen lantas membawanya ke sebuah tempat. Mereka keluar dari area kerja pelayan yang berada di belakang istana dan duduk di depan pintu.
Di sana tidak ada apapun melainkan tembok tinggi yang di tumbuhi rumput liar yang menjalar naik.
"Tempat apa ini?"
Tanya Raivia saat baru memakan pastel isi daging dan sayuran yang enak."Dulu di balik tembok ini ada ladang rumput luas dan bersebrangan dengan hutan. Tetapi saat Yang mulia memimpin ia memerintahkan tembok ini di bangun agar terhindar dari serangan para Casca"
Raivia menatap tembok tinggi itu, tidak ia sangka tempat yang ia hindari adalah tempat dimana ia duduk saat ini. Dan ia berada di dalam tembok tinggi yang sulit untuk di tembus.
"Bagaimana... Cara agar aku bisa berhenti menjadi seorang pelayan?"
Ellen menatap Raivia masih dengan pipi mengembung karena mulut yang penuh.
"Kau harus membayar dulu royalty untuk pajak yang menanggung makan dan minum mu, dan kau akan bebas. Oh iya kau juga butuh izin dari kepala pelayan"
Uang? Ia tidak memiliki benda itu sepeserpun, jadi ia mungkin tidak memiliki pilihan lain.
"Kalau aku kabur apa yang terjadi?"
"Kau akan ditangkap dan masuk penjara"
Ellen masih menikmati makanannya lalu sedetik kemudian ia membulatkan mata.
"Kau akan kabur?! Jangan katakan itu benar!"Raivia Sampai terkejut saat tiba-tiba Ellen berteriak padanya.
"Tidak aku tidak akan melakukannya kau tidak perlu khawatir"
Kaya Raivia sambil menggeleng. Ia juga sempat terkekeh kecil melihat respon Ellen yang begitu terkejut.. . .
"Ini teka-teki yang kau Minta"
Raja memberikan selembar kertas bertuliskan teka-teki pada Franco.Laki-laki itu membacanya sambil berfikir keras dengan jawaban dari rangkaian kata penuh rahasia itu.
"Hanya orang bijak yang bisa menjawabnya"
Kata Franco bermaksud memuji teka- teki sulit yang dibuat oleh Raja."Dan aku yakin kau bukan salah satunya."
Franco lantas menatap raja yang sedang memberikan lirikan mengejek, kali ini sebuah candaan raja benar-benar membuat dirinya tersakiti meskipun ia raja memang begitu setiap hari. Tetapi apa yang di katakan Raja benar adanya, ia tidak tahu Jawabannya.
Raja kemudian keluar untuk melihat-lihat keadaan sekitar. Ia sedang dalam pikirannya yang tenang dan tidak terlalu banyak memiliki pekerjaan sehingga bisa melakukannya.
Ia kemudian mendapati seorang wanita yang sudah tidak asing lagi. Louise Chevillotte wanita itu masih sering terlihat di kerajaannya selama beberapa Minggu belakang ini untuk mengantarkan ayahnya atau hal lain.
Xavier tidak terlalu mengerti apa yang wanita itu lakukan.Tetapi jika di perhatikan wajahnya memang secantik itu, dan dia bukan wanita yang mengejar-ngejarnya seperti banyak wanita lain.
"Jacob"
Panggil pada Jacob yang berada tepat di belakangnya.
"Undang Nona Louise untuk makan malam bersama ku"Jacob tersenyum dan dengan senang hati mengatakan iya.
Bagaimanapun juga ia adalah seorang laki-laki, yang tentunya waras pikiran dan tubuh. Jadi tidak salah bila ia mulai tertarik akan sesuatu yang berbeda.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Moon Wolf
FantasySeorang wanita yang meninggal dan hidup lagi dalam sosok yang lain serigala itu bernama Raivia. Hidup menjadi hewan bersama seorang raja sangat lah sulit terutama sang raja sangat lah berjiwa rumit juga kejam dan tidak memiliki rasa toleransi. Akank...