73...

7.8K 1.6K 30
                                    

Ada perasaan kagum saat melihat bulan yang bersinar begitu terang malam ini. Udara masihlah dingin seperti biasanya, hawa-hawa yang mengundang kantuk.
Ia ingin tidur dalam pelukan hangat selimut dan juga raja yang punya tubuh hangat bisa menjadi kenyamanan lain saat berada dalam pelukannya.

Raivia menggunakan gaun warna putih dengan rambut yang terurai di depan balkon untuk menatapnya, sang bulan yang terlihat anggun.

Ia tidak melihat eaja sejak sore dan makan malam, apakah raja pergi ke suatu tempat tanpa memberi tahu dirinya terlebih dahulu?
Ia mulai khawatir lagi, karena raja bisa dalam bahaya.

Sesuatu datang mengejutkan dirinya saat ada sebuah mantel tebal bersandar pada bahunya hingga terjulur menyapu lantai. Mantel milik raja, mantel kesukaannya.

Raja lantas memeluk Raivia dari belakang dan menyandarkan kepalanya pada bahu Raivia yang nyaman.

"Kau harusnya menggunakan pakaian yang lebih tebal"
Raja mengingatkan.

"Apakah Anda sangat sibuk hari ini?"

"Hm hm"
Jawabannya hanya sebuah dengungan.

"Apakah Anda sudah makan malam?"

"Hm hm"
Kali ini jawabannya di tambahi oleh anggukan.

Setidaknya raja tidak lupa untuk menjaga kesehatannya.

"Ayo ikut dengan ku"
Bisik raja pada telinga Raivia.

"Kemana?"
Tanya Raivia agak ragu.

Raja melepaskan pelukannya lalu menggenggam tangan Raivia dan menariknya pelan keluar dari ruangan.

"Pergi ke suatu tempat"
Jawaban raja masih sangat membuat dirinya penasaran, suatu tempat?
Dimana?
Untuk apa?

Istana saat ini sudah tidur, ini sudah tengah malam. Semua terlelap di dalam mimpi indah masing-masing.

Lorong seperti tempat yang tak memiliki kehidupan. Hanya ada beberapa lilin sebagai penerang jalan dan sisanya di bantu oleh cahaya rembulan yang diam- diam masuk.

"Yang mulia kita sebenarnya akan kemana?"

Raja hanya tersenyum sambil menatapnya sejenak. Meskipun dengan lampu temaram Raivia bisa melihat dengan jelas senyum itu di wajahnya yang rupawan.

"Kita segera sampai White"
Jelasnya sambil semakin menggenggam erat tangan Raivia.

Mereka akhirnya berhenti di depan pintu aula utama. Pintu tersebut terbuka lebar dan ia bisa melihat cahaya indah dari lilin yang di susun rapih di sana.

Raivia menatap ruangan itu dengan mata berbinar, tempat yang ia tak pernah bayangkan akan seindah itu dengan banyak lilin yang menyala sebagai penyinaran utama.

Raja kemudian menarik Raivia untuk masuk ke dalam, wanita itu terlihat terkagum oleh pancaran sinar lilin-lilin kecil seperti bunga yang bersinar menyenangkan.

Raivia menatap raja sebagai isyarat ia sangat kagum. Kemudian melihat ke sekelilingnya kembali.

"Apakah sebuah acara baru selesai tergelar di sini ?"
Tanya Raivia penasaran.

Raja menggeleng sambil terus mempertahankan Raivia.

"Justru acara itu baru di mulai"
Raja kemudian menarik pinggang Raivia mendekat dan meletakkan tangannya pada dada Raja.

"Aku tidak bisa berdansa"
Raivia terlihat ragu masih memandang wajah raja yang tatapan matanya tak pernah terlepas darinya.

"Aku tau"
Raja melangkah perlahan agar Raivia mulai belajar mengikutinya. Maju, mundur, kanan, atau kiri kemudian berputar. Hal paling mendasar dalam sebuah dansa.

The Moon Wolf Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang