42:bantuan kecil

10.1K 1.9K 46
                                    

Darahnya mengalir dan hampir menetes, ia mengusap jejak air matanya dengan lengan baju.

Bersama dengan gerakan tangan yang memunguti seluruh pecahan kaca. Tak ada satupun yang membantunya karena saat itu keadaan sedang sepi.

Tubuhnya masih sedikit bergetar tangannya pun sama gemetar nya. Beruntung nafasnya lebih lega, tidak sesak seperti pertama kali rasa takut itu datang.

Ia hampir melamun memikirkan kejadian yang baru saja menimpanya. Seseorang yang tak pernah ia harap temui dalam hidupnya lagi muncul dengan begitu mengejutkan dan benar benar membuat dirinya lemah tak berdaya.

Raja tak mengenali siapa dirinya, itu berita bagus. Itu hal yang benar
-benar melegakan, karena raja tak pernah menemui dirinya dalam bentuk manusia.

Raivia kembali ke dapur, ia merasa lemas dan kali ini pikirannya bercampur aduk. Ia bisa di marahi habis-habisan jika nyonya Marie mengetahui ia membuat masalah.

Di sisi lain bayangan mengerikan tentang Raja masih memutar di otaknya.

"Kau akan mendapatkan masalah besar wanita aneh"
Seseorang berujar kepadanya saat Raivia melewati tiga orang wanita yang sedang menikmati buah di tangan mereka.

Raivia mengabaikan mereka, pikirkan nya kacau dan membersihkan luka nya dari serpihan kaca adalah yang terpenting sekarang.

Raivia memejamkan matanya saat rasa perih dan ngilu berpusat pada kedua telapak tangannya.
Ia perlu membasuh kedua tangan nya tetapi ia tidak kuat juga tidak mungkin untuk menimba air.

Seorang laki-laki terlihat datang dan berseberangan dengannya berbatasan sumur.

Raivia menurunkan tangannya saat bertatapan dengan pria itu.

"Boleh aku dulu?"
Ia sepertinya butuh air dan Raivia mengangguk.

"Terimakasih"

Dalam hatinya, ia berfikir apakah ia bisa meminta tolong untuk menyisakan sedikit air untuknya. Hanya untuk membasuh darah dan luka di tangannya.

Laki-laki itu terlihat sedang mengisi ember lain yang ada di sana dan kemudian hendak pergi.

"Apakah... Aku boleh meminta sedikit air"
Kata Raivia dengan suara yang makin mengecil di ujung kata.

"Hum? Apakah kau tidak bisa menimba?" Laki-laki itu terlihat bingung berfikir sambil menautkan satu alisnya.

"Em itu, tangan ku, sebenarnya.. sedikit terluka jadi.."

Raivia sedikit mengangkat tangannya.

"Oh ya Tuhan"
Lak-laki itu langsung mendekati Raivia terburu.

"Apa kau habis melakukan pembunuhan?"
Ia meraih kedua tangan Raivia dan memeriksa apakah luka itu dalam.

"Tidak, aku hanya... Terpeleset, tidak aku terjatuh maksudku aku jatuh dan tangan ku mengenai piring"

Bicara nya jadi kacau karena pengaruh pikirnya. Raivia berusaha menarik tangannya dari genggaman laki-laki tersebut.

"Biar ku bantu"
Katanya menawarkan diri lalu mengangkat ember tersebut yang berisi air untuk membasuh tangan Raivia.

"Setelah ini aku sarankan pergilah ke dokter. Ada di sebelah timur istana, di dekat pos penjaga"
Laki-laki itu dengan baik hatinya membantu tanpa tahu bahwa semua orang menjauhi dirinya.

"Baik, terimakasih"

"Ray"

Raivia menatapnya sebagai sebuah pertanyaan.

"Ray Steven namaku. Agar kau tau saja"
Katanya lalu tersenyum dan berjalan pergi.

Raivia memperhatikan sekitarnya dengan lirikan mata. Apakah hanya perasaan nya saja laki-laki itu belum pernah terlihat sebelumnya.

The Moon Wolf Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang