65...

10.8K 2.3K 210
                                    


Raivia ia dipindahkan ke ruangan yang sangat layak. Ia tidak akan tidur di depan perapian lagi hanya untuk mencari kehangatan.

Raivia tetapi tak merasa sebahagia itu saat mengingat Ellen temannya masih berada di ruang istirahat yang mengerikan itu.

Raivia akan meminta keringanan pada raja untuk Ellen tentu saja, semoga raja mau menerima tawarannya.

"Tidakkah Raja jelek itu bisa memberikan sesuatu yang lebih baik daripada tempat mengerikan ini"
Ucap Luke sambil melihat lihat ruangan tersebut.

"Oh tuan Luke ini sudah lebih dari cukup dari tempat awal bukan?"
Kata Raivia sambil menawarkan kue pada Luke dan Ailu.

"Huh, padahal kau telah menyelamatkan nyawanya juga seluruh istana. Apakah dia masih tega menjadikan mu pelayan yang harus bekerja keras?"

Luke menggigit kue tersebut. Sedangkan Ailu sudah terfokus pada makannya sejak tadi sehingga tidak banyak berulah.

"Tenangkan dirimu tuan Luke. Ini tidak akan bertahan lama, setelah ini kita akan pulang ke pondok"

Raivia tersebut pada Luke meyakinkan rakun itu yang menatap dirinya dengan satu alis yang terangkat seperti tidak percaya.

"Kalian bisa berjalan-jalan di sekitar taman jika bosan. Ada teman-teman ku yang lain di sana aku akan mengenalkan kalian nanti, tetapi saat pergi sendiri kalian harus berhati-hati mengerti?"

Ailu mengangguk sambil tersenyum lucu dengan mulutnya penuh kue sedangkan Luke hanya mengibaskan tangannya sambil mengangguk mengerti.

"Kau sangat pandai"
Kata Raivia kemudian mengelus kepala Ailu gemas.

. . .

Raja masih duduk di kursi keagungan dengan tangan berada di dagu sambil berfikir.

Pedang masih ada di tangannya karena sempat memainkannya beberapa saat lalu. Dan yang terjadi tubuhnya terasa sangat pedih karena luka-lukanya seperti tergesek.

"Yang mulia, huhuhuhu"
Franco datang dengan wajahnya yang muram dan tidak bersemangat membuat Raja kebingungan hanya menatap nya dengan lirikan.
"Aku sudah gagal yang mulia. Aku sudah gagal menjadikan istana ini lebih indah dengan mendatangkan seorang ratu dan calon penerus. Aku sudah menyerah"

Franco menekuk lututnya sambil menatap raja yang diam meliriknya aneh.

"Bunuh saja aku yang mulia, aku pikir ini keputusan yang sangat baik"
Franco mendekati tangan raja yang memegang pedang, berharap saja Raja bisa memberikan yang lebih baik daripada ini.

"Franco, jika kau mati berati kau tidak akan melihat ku menikah nanti"

Franco yang rautnya sedih langsung berubah sambil menatap Raja yang terlihat menyeringai.

Apakah ia sedang mendengarkan omong kosong raja pada waktu yang hampir tengah malam ini.

"Apa Anda yakin yang mulia? Dengan siapa?"
Franco memastikan ini bukanlah mimpi belaka.

"Kau akan mengetahuinya nanti, saat bulan hampir utuh sudah ada dipangkuan langit"
Raja tersenyum lebar dengan pandangan mantab ke arah depan.

Sedangkan Franco menatap ke arah lain karena kebingungan, ia ingat sesuatu akan hal ini.

"Tetapi yang mulia, bulan itu terjadi malam ini dan akan habis sebentar lagi"
Jelas Franco berusaha menanggapi ucapan raja yang ia pikir khayalan nya saja.

"Apa?! Sial, kenapa kau baru memberi tahu ku"
Raja menatap Franco dengan dahi yang berkerut langsung berdiri.

"Siapkan penghulu di ruang khusus atas secepatnya"

The Moon Wolf Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang