Slowly Falling | [6]

85K 12.8K 2.6K
                                    

Happy readiiing

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy readiiing.

***

Ini adalah hari pertama dia berada di kantor pasca cuti yang diambilnya tiga hari lalu, hari pertama dia kembali masuk kantor pasca patah hari terburuk yang dialaminya tiga hari lalu. Alura berjalan melewati Riana, seorang resepsionis yang menyambutnya dengan senyum saat melihat kedatangannya.

"Pagi, Ria," sapa Alura seraya menempelkan telunjuk kanan pada mesin absensi fingerprint yang menempel di dinding dekat elevator.

"Pagi, Mbak," balas Riana. "Baru liat lagi, kemarin liburan, ya? Seger banget mukanya."

Alura menoleh hanya untuk tersenyum, lalu menyahut, "Iya, nih." Omong kosong.

Namun, sebuah pertanda baik jika hari ini dia tampak baik-baik saja. Semalam, Davi mengajaknya pergi ke salon untuk melakukan beberapa treatment. Dan tepat di saat hendak pulang, dengan tiba-tiba Alura ingin potong rambut.

"Bagus, tuh. Sekalian buang sial," ujar Davi malam itu. "Nggak sekalian ganti warna rambut?"

Selama ini, Alura selalu bertahan dengan gaya rambut yang terurai panjang dan hitam. Alura dan gaya rambutnya yang tidak pernah berubah. Namun, malam itu dia mencoba hal lain. Rambutnya dipotong shaggy walau tetap panjang. Poninya yang selama ini selalu dibuat sama panjang dengan rambut belakang, kini dibuat pendek sampai sebatas alis, juga dibuat sedikit melengkung menjauhi kening. Dia juga mengubah warna rambutnya, meng-highlight-nya dengan warna caramel.

Pengalaman pertamanya setelah selama ini dia selalu menjadi Alura yang itu-itu saja.

Dia tengah menunggu di depan pintu elevator setelah baru menekan tombolnya agar ruang itu bisa membawanya ke lantai tujuh. Namun, dari arah belakang, sebuah suara terdengar dan membuatnya menoleh.

"Hi, how's it going?" Janari baru saja menempelkan jarinya pada sensor fingerprint, lalu berjalan ke arah Alura. Dia tampak repot dengan apa-apa yang dibawanya. Ada tumbler yang pasti berisi minuman sehat buatan istrinya, juga tas kerja dan jas yang menyampir di sikut. Orang nomor satu di kantor itu tidak tampak risi dengan segala hal yang disiapkam istrinya.

"Just so-so," sahut Alura setelah pria itu sampai di depannya.

Janari mengangguk. "Akhirnya gue bisa lihat lo lagi di sini." Lalu dia menjentikkan jari. "Kerjaan lo." Peringatan yang sengaja diucapkan agar Alura seolah-olah tidak terlalu menyedihkan. Mungkin, dari lubuk hatinya, sebenarnya pria itu juga merasa iba.

"Gue akan menyelesaikan semua kerjaan gue yang tertunda selama tiga hari ini. Tenang aja." Alura menjawabnya dengan senyum sarkastik sembari memegangi dada.

Janari tertawa. "Ya, ya. Harus sih kalau itu," balasnya. "Tapi beneran, Chiasa sampai bilang, 'Kabarin aku ya kalau Alura nggak masuk kerja lagi.' Kayaknya dia bakal ke apartemen lo buat ngajak makan mangga muda lagi seandainya hari ini lo masih nggak masuk."

Slowly FallingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang