Slowly Falling | [Bonus Scene]

66.8K 11.2K 5K
                                    

Haiii ketemu lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Haiii ketemu lagi. Maaf lama banget updatenya yaaa.






Kangen tidaaaakkk







Cuma bonus scene setelah Additional Part kemarin 😳 jadi ini pendeeek. Nggak apa-apa ya?





Pemanasan aja doloya setelah lama ga update. Mari lihat vote dan komennya xixi
Kasih api dong yang banyak biar ngetiknya semangat lagi 😳 🔥🔥🔥🔥🔥

 Mari lihat vote dan komennya xixiKasih api dong yang banyak biar ngetiknya semangat lagi 😳 🔥🔥🔥🔥🔥

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***









Seharusnya Favian bangun dengan wajah cerah dan berbunga-bunga. Atau setidaknya, dengan perasaan sedikit lega setelah apa yang dia dan Alura lakukan semalam. Bahkan, wanita itu sekarang masih berada dalam pelukannya, yang seharusnya tidak lagi membuatnya ragu. Namun, sebuah pesan yang masuk ke ponselnya, yang berisi tangkapan layar dari percakapan antara Alura dan pria itu, mengganggunya.

Kali ini, segala masalah yang telah mereka lalui akhir-akhir ini membawanya pada ambang batas rasa percaya. Dan dia tidak mampu menolong dirinya sendiri saat Kaivan menghubunginya untuk memberi tahu rencananya dengan Alura.

Favian menjadi orang pertama yang bangkit dari tempat tidur, segera mengenakan kaus yang tergeletak di dekat kaki ranjang dan bergerak ke kamar mandi. Ponselnya menyala, memunculkan sebuah panggilan, dan dia berniat mengangkatnya, lalu memprediksi tidak akan ada percakapan yang santai antara dirinya dan Si Penelepon, sedangkan Favian tidak ingin membuat tidur Alura terganggu.

Favian melangkah menuruni anak tangga, lalu melihat beberapa asisten villa sudah berada di dapur sementara Hakim, Arjune, dan Sungkara terlihat masih meringkuk di ruang tengah alih-alih memilih tidur di kamar semalaman.

Sesaat, Favian bergerak menuju halaman belakang, berdiri di balkon yang menampakkan pemandangan hijau dari ketinggian yang diselimuti kabut tebal. Dering ponselnya berhenti setelah Favian membuka sambungan telepon.

"Lo kayaknya nggak sabar banget untuk kasih tahu gue sampai nelepon pagi-pagi banget kayak gini, ya?" tanya Favian setelah mengecek kembali jam di layar ponselnya yang menunjukkan pukul enam pagi, bahkan Kaivan mengirimkan pesan padanya tepat pukul dua dini hari.

Slowly FallingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang