Slowly Falling | [18]

71.7K 10.8K 2.7K
                                    

Bakar dulu bakarrr 🔥🔥🔥

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bakar dulu bakarrr 🔥🔥🔥





Tandain typo tolong yaaa 🙆
***



Alura masih berada di balik kubikelnya, masih sibuk dengan segala pekerjaan yang membuatnya tidak beranjak dari sana sejak pagi. Andin baru saja membawakannya kopi dari pantry, lalu duduk merapat dengan menarik kursinya mendekat.

Terlihat mencurigakan.

Dan benar.

"Mbak, masa ada gosip aneh deh," bisiknya.

Alura menoleh, dia masih menyangga dagu di depan layar laptopnya. "Gosip apaan?"

"Anak-anak bilang, lo sama Mas Favian jadian."

Alura mengerjap-ngerjap, lalu menarik wajah dari depan laptop dan memutuskan untuk meraih paper cup berisi kopi yang Andin bawa untuknya. "Masa, sih?"

Andin mengangguk semangat. "Katanya, beberapa orang pernah lihat lo pulang bareng dia, terus ... tadi pagi lo juga dianter dia, emang bener?" tanyanya. "Ya, kalau pun bener. Normal aja sih, menurut gue. Lo sama dia kan temenan. Terus dia juga temen mantan lo."

Alura berdeham, menaruh kembali paper cup-nya ke desk. Dia memutar kursinya sampai bisa menghadap sepenuhnya pada Andin. Di divisi itu, Andin adalah juniornya, tapi hanya dia satu-satunya yang selama ini dekat dengan Alura. Jadi, "Din ...."

"Ya ...?" Wajah Andin malah terlihat tegang. "Kenapa, nih?"

"Gue sama Favian ... mau nikah."

Andin tertegun selama beberapa saat. Lalu, Alura bisa melihat bagaimana perubahan bola matanya yang perlahan melebar dan membulat sempurna. Satu tangannya menangkup bibirnya yang menganga. "Lo serius, Mbak?"

Alura kembali memutar kursinya ke arah desk saat melihat ponselnya menyala, menampilkan sebuah pesan dari Favian.

Favian Keano

Mama udah di lobi.

Sori ya, aku juga nggak tahu Mama bakal senekat ini nemuin kamu.

Kini giliran Alura yang terkejut, dia segera meraih cermin dari laci dan melihat bagaimana penampilannya saat ini. Oke, lipcream-nya sudah sedikit memudar, jadi dia kembali memoles seadanya. Begitu juga dengan blush-on-nya, dan bagian yang lain.

"Mbak?" Andin meneleng. "Gue boleh nyampein ini ke yang lain?"

"Hm?" Kali ini Alura baru selesai menyemprotkan face mist ke seluruh wajahnya.

"Tentang rencana pernikahan lo."

"Oh, boleh, boleh," ujar Alura sambil beranjak dari tempat duduknya, meraih ponselnya. "Din, kalau Pak Luki tanya, gue izin ke lobi sebentar," ujarnya dengan terburu, membuat Andin mengangguk-angguk walau terlihat bingung.

Slowly FallingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang