Slowly Falling | [24]

79.1K 11.9K 3.4K
                                    

Boleh nggak sebelum baca vote dulu? Hehe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Boleh nggak sebelum baca vote dulu? Hehe.



Tahu cerita ini dari mana?




Bakaaaarrrrrrr 🔥🔥🔥

***





Ranti melirik Alura sepanjang melewati kubikelnya. Lalu, wanita itu berjalan mundur dan kembali hanya untuk memperhatikan raut wajah Alura. Dia melipat lengan di batas kubikel, mengernyit. "Mesti banget senyum-senyum sendiri sambil lihat HP gitu ya kalau pengantin baru?" tanyanya.

Tawa Andin meledak, wanita yang duduk di samping Alura itu menyambar. "Ya ampun, Mbak. Kamu coba deh duduk di sini sehari. Niscaya kamu akan roll depan saking iri-dengkinya."

"Kenapa sih ...?" Alura menaruh ponselnya begitu saja di atas desk. Lalu menggerakkan kursinya maju dan fokusnya mulai kembali meraba pekerjaannya.

Dia baru saja menerima pesan dari Favian.

Favian Keano
Aku meeting di luar sama Kae.

Kalau mau nitip makanan chat aja ya.

Nggak usah sungkan.

Anggap aja suami sendiri.

Terus Alura tersenyum. Letak salahnya di mana?

"Kenapa, sih. Kenapa, sih," cibir Ranti. "Jangan bucin mulu. Laporan yang aku minta—"

"Udah aku e-mail, Mbak." Alura tersenyum sopan.

"Okay, thank you, thank you." Ranti berjalan, meninggalkannya begitu saja. Iseng sekali dia, berhenti hanya untuk mencibir Alura seperti itu.

Dan perhatian Alura kini tertuju pada ponselnya yang kembali menyala. Bukan nama Favian yang muncul, getar panjang itu mengantarkan nama lain. Tante Rena. Alura menatapnya selama beberapa saat, lalu memutuskan untuk mengangkatnya setelah dua atau tiga detik berlalu.

"Halo, Tante?"

"Halo, La ...?" sapanya. "Tante ganggu?"

"Nggak kok."

"Kabar kamu gimana?"

"Baik ...."

Ini adalah kali pertama mereka kembali berkomunikasi pasca kepergian Papa. Selama beberapa hari ke belakang, mereka hidup dalam sedih masing-masing. Dan Alura pikir, setelah Papa pergi, kehadirannya tidak akan diharapkan lagi di rumah itu, di depan Tante Rena, apalagi Liora.

Namun, wanita itu menghubunginya lebih dulu. "Tante Senang dengernya." Hening. Ada jeda yang panjang sebelum Tante Rena kembali bicara. "La, apa pun yang terjadi, tentang kepergian Papa, nggak mengubah kenyataan bahwa kamu adalah anak tertua di keluarga ini," ujarnya. "Jadi, nggak akan ada yang berubah. Izinkan Tante menganggapnya begitu."

Slowly FallingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang