Mari ramaikannnn.
Kenapa ya Favian – Lula ini bikin kurindu nulis terus 😭
Mana apinyaaaa 🔥🔥🔥
***
Sepanjang perjalanan, Alura hanya diam. Sesekali dia akan menoleh ke arah jendela. Melihat bagaimana dunia tetap bergerak dengan baik-baik saja di luar sana. Setelah itu dia akan kembali sibuk bersama dunianya yang kosong. Kosong sekali.
Dia berpengalaman dengan keadaan ini. Nyaris sama dengan apa yang dirasakannya dulu, saat kehilangan Mama. Namun, dia tetap tidak bisa mengatasinya dengan cepat.
Di sampingnya, Favian masih fokus mengemudi. Dia terlihat begitu mengerti dengan apa yang Alura inginkan saat ini, sejak tadi pria itu tidak mengajaknya bicara. Namun tangannya sesekali akan mengusap pipi Alura, membuat Alura menoleh. Dan pria itu akan tersenyum, seolah-olah gerakannya tadi hanya memastikan bahwa Alura baik-baik saja.
Tidak menangis lagi.
Saat tertahan lampu merah, Favian akan meraih ponselnya, mengecek beberapa pesan dan membalasnya. Yang Alura duga, pesan-pesan itu datang dari teman-temannya. Karena setelah itu, Favian akan menerima beberapa telepon, dari teman-temannya yang menanyakan kabar tentang Alura.
Favian menerima sebuah telepon dari Chiasa setelah sebelumnya dia menerima telepon dari Jena.
"Baik, kok," ujar Favian sambil menoleh pada Alura. "Alura baik-baik aja."
Obrolan Favian di telepon tidak membuat Alura menoleh, dia tetap menatap ke arah kiri, melihat pemandangan padatnya kendaraan di luar sana dari balik kaca jendela.
"Iya. Pasti gue sampein. Oke. Nanti gue kabarin ya. Dia pasti seneng banget." Telepon berakhir. Dan Favian tidak mengatakan apa-apa sampai mobilnya kembali melaju. "Kamu nggak mau tahu apa yang temen-temen kamu bilang di telepon?" tanyanya.
Alura menoleh. Menatap Favian yang hanya sekilas balas menatapnya sebelum kembali fokus mengemudi.
"Mereka nanyain kabar kamu. Terus mereka juga bilang kangen kamu." Favian mengusap puncak kepala Alura. "Kasih tahu aku kalau kamu udah mau dihubungi ya, nanti aku sampein ke mereka. Mereka bilang, pengen ketemu kamu."
Alura mengangguk. Ponselnya memang mati sejak semalam. Dan dia tidak berusaha mengisi daya baterainya. "Chiasa nggak membahas paket honeymoon yang udah dia siapin?"
Favian menggeleng. "Sama sekali nggak."
"Aku harus minta maaf untuk itu."
"Dia pasti lebih butuh kabar kamu daripada permintaan maaf kamu sekarang," ujar Favian. "Chiasa telepon aku berkali-kali dari tadi." Dia mengangkat bahu. "Aku nggak tahu, temen-temen kamu tuh memang lagi khawatir sama kamu atau malah khawatir sama aku yang nggak bisa jagain kamu. Bingung juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
Slowly Falling
Romance[TSDP #3] Alura adalah wanita yang baru saja dikhianati oleh tunangannya. Sementara Favian adalah pria yang tengah menunggu cintanya. Keduanya sepakat menjalin hubungan yang saling menguntungkan atas nama kesepakatan. Alura perlu balas dendam, denga...