Slowly Falling | [34]

70.4K 12.8K 7.7K
                                    

Serem banget deh vote sama komen di bab sebelumnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






Serem banget deh vote sama komen di bab sebelumnya. Wkwk 😭🙏







Makasiii makasiii. Liar banget bala-bala Favian ni yaaa jempolnyaaa.







Kalau vote komennya bagus. Nanti malem atau besok, dikasih 1 part Karyakarsa deh. Janji. Wkwkwkwkwkwkwkwkkwk.







Gasss yaaaa vote-nyaaa.


Api mana api mana 🔥🔥🔥

Api mana api mana 🔥🔥🔥

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***




Alura meneguk habis sisa air dari mug yang tadi tersimpan di atas kabinet. Dia melirik ke arah pintu beberapa kali, tapi Favian belum kunjung datang. Jadi, dia turun dari tempat tidur walau langkahnya sedikit sempoyongan, dia harus mengambil air minum sendiri karena tenggorokannya cepat sekali terasa kering.

Alura sampai di pantri dengan susah payah. Setelah mengambil air, dia menarik kursi di sisi meja makan dan duduk di sana. Penerangan sudah banyak dimatikan, seperti biasa, hanya strip light di sepanjang kitchen counter yang menyala oranye.

Alura belum berniat kembali ke kamar, dia akan menunggu Favian di sana.

Lalu, sampai suara mesin mobil yang menderu selama beberapa saat terdengar di carport, dia mendengar langkah kaki yang kini memasuki rumah. Sosok Favian muncul dengan kaus hitam panjang dan celana chino pendek berwarna khaki. Satu tangannya memegang topi, sementara tangan yang lain menjinjing kantung plastik.

"Lho—hai, kok di sini?" tanyanya. Favian melangkah mendekat dan mengusap satu sisi wajah Alura sebelum melewatinya begitu saja. Pria itu mengambil mangkuk dari kabinet bawah.

"Aku haus tadi." Tatap Alura mengikuti gerak Favian yang sekarang baru saja mengambil sendok dari laci kabinet.

"Kenapa nggak tunggu aku datang?" Favian menatap Alura dengan raut khawatir. Dia menyalakan lampu gantung di atas meja makan untuk penerangan tambahan, lalu menghampiri Alura dan membawa bubur yang sudah dipindahkan ke mangkuk. "Pasti pusing banget ya harus turun dari tangga?" Dia sudah duduk di sisi Alura sekarang. Ada semburat cahaya oranye yang menyiram sisi wajahnya  saat pria itu duduk menyerong ke arah Alura.

Slowly FallingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang