Slowly Falling | [17]

67.8K 12.1K 2.6K
                                    

Double update kaaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Double update kaaan



Bakar dulu di siniiii 🔥🔥🔥

***




Di dalam butik itu, disediakan sebuah tempat menunggu menyerupai lounge yang bentuknya lebih sederhana, pengunjung yang datang bisa dine in untuk memesan beberapa menu makanan dan minuman. Walau jenisnya terbatas, tapi ide tempat itu cukup lumayan karena menunggu tidak pernah terasa menyenangkan.

Om Wira, ayahnya Alura, sudah menunggu lebih dulu di sana, memyambut kedatangan Favian dan Alura dengan ramah. Tersisa dua puluh menit sebelum tiba giliran mereka untuk masuk ke ruang ganti, dan Tante Rena meminta mereka menungu di sana.

"Om baru pulang terapi dari rumah sakit. Tante bilang, Om nggak harus ke sini, kita bisa ketemu lain kali, tapi jelas Om nggak mungkin menunda pertemuan ini." Om Wira menatap Favian dan Alura bergantian. "Waktu ini sudah Om tunggu-tunggu dari dulu. Bertemu dengan pria yang sejak lama membantu Om menjaga Alura.x"

Walaupun bukan Favian yang dimaksud Om Wira, tapi jelas dia harus menyambutnya dengan ekspresi wajah yang baik. Padahal dia ingin sekali berkata bahwa, Si Brengsek itu orang yang Om maksud sebenarnya. Sambil menunjuk wajah Kaivan yang kini duduk di hadapannya.

Dulu, Favian pikir, kesalnya bisa enyah jika diberi kesempatan untuk memukul Kaivan satu kali. Namun, ketika membayangkan apa yang Alura rasakan sekarang, rasanya tidak akan pernah impas.

Kaivan hadir di depannya dan tampak baik-baik saja, bahkan bersama seorang wanita yang terlihat amat bahagia.

"Saya juga senang sekali, akhirnya bisa bertemu dengan Om," balas Favian, akhirnya dia berhasil mengalihkan tatap dari Kaivan.

Di meja itu berbentuk persegi itu, ada Om Wira yang duduk di ujung, sementara Alura dan Favian duduk di sisi yang lain, berhadapan dengan Liora dan Kaivan. Om Wira belum putus mengajak Favian mengobrol, tapi sejak beberapa kali Favian menyesap tehnya, dia sempat melirik Kaivan.

Kaivan dengan wajahnya yang terlihat gusar, beberapa kali terlihat menunduk untuk mengotak-atik ponselnya, berselang setelah itu, dentingan ponsel Alura terdengar berkali-kali sampai wanita itu merasa terganggu dan mematikan daya baterai ponselnya.

Tante Rena menyusul datang setelah mengurus beberapa hal dengan pihak butik, dia menarik sebuah kursi untuk duduk di samping Om Wira, mulai bergabung dengan percakapan. "Jadi, Favian ini sudah kenal Lula sejak kapan?"

Pertanyaan itu membuat Alura dan Favian saling tatap, mereka tersenyum. "Sudah kenal sejak SMA, Tante," jawab Favian dengan senyum yang belum lepas, bahkan ketika menatap Kaivan yang rahangnya kini terlihat mengeras.

"Jadi, beneran ya yang Tante Lita bilang, kalau kalian udah pacaran sejak SMA?" tanya Liora. "Wah, jodoh itu beda-beda ya, ada yang harus kenal dulu bertahun-tahun baru bisa serius. Ada yang kayak kita, kenal nggak lama langsung cocok." Dia sedang berbicara pada Kaivan, lalu beralih pada Alura. "Beruntung kamu ketemu Favian, banyak lho, yang udah berhubungan lama tapi, akhirnya ditinggalin."

Slowly FallingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang