Slowly Falling | [40]

70.1K 12.8K 6.4K
                                    

Widiii pada ngegas banget vote sama komennya 😆

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








Widiii pada ngegas banget vote sama komennya 😆








Pemanasan dulu ayok kasih emot apa ajaaaa 🙆🏻‍♀️🌚🌝😍❤️









Api mana apiii 🔥🔥🔥🔥🔥

***

Alura baru saja sampai di unit apartemennya. Dia berjalan dengan kaki telanjang setelah menanggalkan heels-nya di lantai begitu saja. Baru saja menyalakan lampu dan meraih air dari water dispenser, dia mendengar dering ponsel. Tatapnya menyapu, mencari arah suara, yang ternyada teredam di dalam tas kerjanya.

Dia melangkah lagi setelah meredakan lelah dengan segelas air, meraih ponselnya, melihat siapa nama penelepon di layarnya.

Barisan digit-digit nomor yang belakangan ini agak sering dihubungi itu kembali menghubunginya.

"Halo?" Dia menyapa lebih dulu.

"Ra? Aku di lobi nih."

Mata Alura membulat, tapi tidak membuatnya menunggu lama untuk keluar dari kamar dengan ponsel yang masih ditempelkan di telinga. Dia hanya mengenakan sandal rumah seadanya sebelum melangkah melewati koridor unit-unit gedung apartemennya. "Kok, mendadak banget, Kai?"

Sebelumnya, mereka memang punya satu janji untuk bertemu, tapi Alura belum menentukan waktunya karena belakangan ini, pekerjaan membuatnya tidak memiliki waktu sisa sore. Dia akan kembali ke unit apartemennya pada waktu yang sudah larut.

"Karena aku nggak mau nunggu lagi, sampai akhirnya kamu berubah pikiran untuk ketemu aku."

Denting lift terdengar, dan Alura keluar dari dalam ruangan sempit itu dengan tatapan mencari-cari. "Tunggu di sana." Alura mematikan sambungan telepon setelah melihat sosok Kaivan dari balik pintu kaca lobi gedung apartemennya. Pria itu berdiri di luar, dengan pakaian serba hitam yang khas dikenakannya ketika kerja. Ada kemeja yang lengannya sudah tidak terkancing dan ditarik sampai tengah lengan, ada wajah lelah yang kini menoleh saat menyadari kehadiran Alura.

"Hai ...." Kaivan tersenyum. Untuk pertama kalinya Alura melihat lagi senyum itu setelah apa yang mereka lewati akhir-akhir ini. "Aku seneng banget bisa lihat kamu lagi. Apa kabar?"

Tentu Alura tidak pernah baik-baik saja setiap kali berhadapan dengan pria itu. Ada banyak kenangan, lalu luka yang dalam, yang biasanya hadir silih berganti. Namun kali ini, dia berjanji akan menatap sosok Kaivan dengan pandangan 'Alura Sekarang' yang tidak lagi ingin mengungkit luka-lukanya. Jadi, dia menjawab, "Baik."

Kaivan memperhatikan penampilan Alura, sampai akhirnya dia menunduk dan berkata, "Kita bisa cari tempat yang ... bikin kamu nyaman walaupun cuma pakai sandal rumah."

Slowly FallingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang