'Telah terjadi kecelakaan antara truk dan sebuah mobil. Dari kejadian ini menewaskan seluruh pengendara truk. Dan sebuah mobil yang jatuh ke dalam jurang. Saat ini pihak kepolisian masih menyelidiki kasus ini lebih lanjut."
Suara tawa itu terdengar keras memenuhi ruangan. Berita yang muncul di televisi seolah memberikan kebahagiaan oleh sosok itu. Kecelakaan dan kematian termasuk peristiwa yang menyedihkan. Tapi bukankah akan ada seseorang atau sekelompok orang yang bahagia ketika melihat penderitaan orang lain.
"Apakah yang kita lakukan salah?" tanya Nisa dengan ragu, menghentikan tawa dari sosok itu.
"Memang apa yang kita lakukan?" tanya sosok itu menatap putri sulung Wyne, "Gadis itu celaka bukan karena kita, tapi karena kecelakaan itu," balasnya sambil menuangkan sebotol wine di sebuah gelas yang dia pegang.
"Tapi kita yang menyuruh sopir itu untuk menabrak mobilnya," cicit Nisa pelan.
Sosok itu langsung menatap Nisa tajam, "Kau merasa bersalah karena kejadian ini?" tanyanya dingin.
Gadis itu menggeleng dengan cepat, "Tidak, aku tidak merasa bersalah," balasnya, "Hanya saja aku takut jika polisi tau kita yang menjadi dalang dari kecelakaan itu. Aku juga takut jika nanti Alkan membalas kita," lanjutnya dengan suara rendah.
Sosok itu kembali tertawa kencang. Dia meminum wine yang berada di gelasnya.
"Polisi tak akan tahu jika kita yang menjadi dalang kecelakaan ini. Dia memiliki kekuasaan yang besar untuk menutupi ini semua," ucapnya dengan tawa yang tertahan, "Dan untuk Alkan. Percaya atau tidak justru pada akhirnya dia yang akan berpihak pada kita," lanjutnya yang sudah berhasil mengendalikan tawanya.
"Apa maksudmu?"
Drrett... Drrett
Percakapan mereka terhenti ketika mendengar suara panggilan telepon dari handphone sosok itu. Terlihat senyum di wajahnya ketika melihat sebuah nama yang memanggilnya.
"Kau ingin tau kan jawaban atas pertanyaan mu yang tadi. Maka panggilan ini akan menjawab semua pertanyaan mu," balasnya tak sabar mengangkat panggilan dari handphonenya.
Nisa menatap heran kepada sosok itu. Dia tau dan mengenal siapa orang yang memanggil sosok itu. Tapi sama sekali tak terpikirkan olehnya, bahwa pertanyaannya akan terjawab oleh panggilan dari orang itu.
"Halo?"
Suara dari balik telepon itu terdengar menyapa. Senyum sumringah langsung terbit dari sosok itu ketika mendengar suara itu.
"Halo Lice! Bagaimana kabarmu di sana? Apakah Paris menyenangkan?" Nisa yang menanggapi pertama panggilan itu.
"Yeah di sini aku baik. Seperti yang kalian bayangkan Paris sangat menyenangkan untuk ditinggali."
Suara dari panggilan itu terdengar tidak cukup lancar ketika menggunakan bahasa Indonesia.
"Aku punya kabar baik untukmu. Dan aku sangat yakin kamu akan senang mendengarnya," sosok itu langsung bersuara dengan semangat membicarakan topik yang dia bawa.
"Apa ini tentang dia?"
Sosok itu langsung membuka mulutnya terkejut. "Oh my God! Jawaban mu sangat tepat," kaget sosok itu dan juga Nisa.
"Aku jadi tak sabar mendengar kabar baik itu."
Nisa dan sosok itu saling bertatapan lalu tersenyum, "Dia sudah kecelakaan, dan sampai sekarang polisi masih belum menemukannya."
Suara benda jatuh terdengar dari balik panggilan suara itu.
"Hei, apa kamu baik-baik saja?"
"Yeah, I am okay. Apa berita itu benar?"
"Tentu saja berita ini benar. Sangat menyenangkan bukan?"
"Yeah, this is really amazing. Aku tak menyangka kerja kalian sebagus ini."
Sosok itu menatap Nisa tersenyum, "Nisa yang paling membantu berhasilnya rencana ini," kata sosok itu memberi tahu.
"Ah, thank you so much Nisa. Bagaimana dengan tas LV keluaran terbaru sebagai hadiah dari ku untukmu."
"No problem, itu karena kita tim," balasnya tersenyum, "Tapi kurasa tas LV bukan ide yang buruk." Tentu saja bukan? Saat ini yang paling dia rindukan adalah belanja. Apalagi saat ini kondisi ekonominya sedang buruk.
"Baiklah aku akan kirimkan sekalian dua buat kalian."
"Thanks you so much. Kamu melengkapi kebahagiaan kita dengan tas LV itu," sosok itu berbicara.
"No, aku yang seharusnya berterima kasih dengan kalian berdua."
"By the way. Kapan kamu akan kembali ke Indonesia?" tanya sosok itu mulai serius.
"Aku akan muncul saat waktunya sudah tepat."
"Kami akan sangat menantikan kedatangan mu," sosok itu tersenyum sinis. Dia benar-benar tak sabar akan saat itu. Dia sangat yakin, pasti akan terjadi pertunjukan yang menarik saat itu. Dan kali ini dia akan pastikan, dia yang menjadi pemenangnya pada saat itu.
*****
"Tim kami sudah menyusuri setiap arus sungai. Tapi korban belum berhasil kami temukan setelah beberapa hari pencarian," suara seorang pria paruh baya melapor, "Untuk saat ini kami akan menyatakan status hilang untuk korban bernama Yuki. Pencarian akan kembali dilanjutkan ketika cuaca sudah kembali membaik," lanjutnya.
Sang pemimpin yang mendengarnya langsung menatap tajam pada pria paruh baya itu. "Apa kau tau? Orang yang saat ini kita cari berasal dari keluarga yang berpengaruh di Jepang. Sedangkan kekasihnya adalah orang yang berpengaruh di benua Eropa," pemimpin itu berbicara dengan datar. "Apa yang akan mereka lakukan kepada kita jika mengetahui kabar ini?" tanyanya masih dengan tatapan tajam.
"Tapi jika kita terus mencari di cuaca saat ini. Keselamatan anggota tim kita dalam berbahaya."
"Memangnya kau ingin mati jika kita tidak dapat menemukannya?" tatapannya semakin tajam, "Cari sampai dapat atau aku sendiri yang akan membunuh kalian!" Perintahnya dengan tegas.
Pemimpin itu menjambak rambutnya dengan kasar. Dia pasti akan mendapatkan masalah besar jika gagal dalam misi ini. Pikirannya benar-benar kacau saat ini. Dia bukan berurusan dengan orang biasa, belum lagi ini juga menyangkut dengan kerjasama lebih dari dua negara.
Dreett... dreeett
Getaran panggilan dari ponselnya lalu membuat pikirannya teralih untuk seketika. Namun tak bertahan lama dari itu, jantungnya langsung berdetak lebih cepat dari biasanya. Dia harus segera menyiapkan diri, jika tiba-tiba menghilang dari dunia ini.
"Kau mau mati? Aku sudah membayar mu mahal untuk mendapatkan hasil yang aku mau, bukan malah untuk mendengar kegagalan mu."
Suara dari balik telepon langsung membuatnya menegang. Nada bicaranya memang terkesan datar, tapi dia tau dari suaranya saja ia bisa mendeteksi tanda bahaya.
"Ma--af tuan. Beri saya beberapa waktu lagi. Saya janji akan berusaha secepatnya menemukan nona," nada suaranya mulai tergagap saking takutnya.
"Jika besok adik saya belum ditemukan. Maka kamu dan keluargamu akan mendapatkan pelajaran dari saya!"
Pip
Panggilan telepon langsung diputuskan secara sepihak. Pemimpin itu mengerang dengan gelisah. Jika hanya dia yang berbahaya itu tak apa, tapi ini juga tentang keselamatan keluarganya.
Tubuhnya mulai bangun dari duduknya. Kakinya melangkah sambil menundukkan kepalanya. Langkahnya terhenti ketika melihat sepasang sepatu tepat di hadapannya. Matanya langsung menengok ke arah depan. Detik itu juga dia ingin langsung menghilang dari bumi ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
LABIRIN
RomanceSemua orang memuja Alkanio. Lelaki berdarah Italia-Indonesia itu, bagaikan seorang dewa yang dilahirkan kembali dalam bentuk manusia. Semua yang ada dalam pria itu sangat sempurna. Jabatannya sebagai pemegang saham terbesar di sekolah, menjadi ketua...