31. Matahari yang sama untuk Bara

700 61 3
                                    

"Yuki ada Bara di depan." Suara Ranti langsung membuat pandangan Yuki teralihkan dari buku yang dibacanya.

"Ray kesini lagi Bu?" Bukan bermaksud apa Yuki bertanya seperti itu, pasalnya sudah beberapa hari belakangan ini Bara selalu datang ke Panti.

"Iya. Coba kamu samperin dia," Yuki mengangguk mendengar ucapan Ranti, lalu dia menaruh bukunya dan berjalan kearah Bara.

Saat Yuki berjalan kearah ruang tamu, terlihat Bara yang sedang menunggunya dengan Boneka dan beberapa tangkai bunga di sampingnya.

"Kamu ada apa ke sini?"

Bara yang semula tersenyum langsung memasang wajah datarnya saat mendengar pertanyaan Yuki.
"Kamu nggak suka aku datang kesini?" tanya balik Bara dingin.

"Bukan begitu Ray. Kamu kan kemarin juga datang kesini. Aku heran aja sama kamu yang jadi sering kesini," penjelasan dari Yuki tak membuat Bara puas. Dia malah semakin memasang wajah datarnya ditambah dengan tatapan sinis yang dia pancarkan.

"Aku pulang," datar Bara berdiri mulai melangkah keluar Panti.

"Ray jangan kayak gitu dong," tahan Yuki sambil memegang tangannya. "Aku minta maaf omongan aku menyinggung perasaan kamu," pinta Yuki sambil menundukkan kepalanya tak berani menatap Bara.

Bara memutar badannya menghadap kearah Yuki. Jarinya menyentuh dagu Yuki sampai menatap matanya.
"Aku bakal maafin, kalau kamu mau keluar sama aku," ucap Bara yang mulai menampilkan senyumnya kembali.

"Kemana?"

"Lebih baik sekarang kamu ganti baju. Kamu pasti suka dengan tempat yang akan kita tuju," ungkap Bara sambil mendorong tubuh Yuki ke arah kamar.

*****

Sudah berulang kali Yuki berdecak kagum menatap pemandangan di depannya. Air laut yang tenang, angin yang menerpanya dengan sepoi-sepoi. Yuki sangat menyukai situasi saat ini.

"Kamu suka?" tanya Bara sambil menatap wajah Yuki yang tak hentinya tersenyum.

Yuki mengangguk, "Makasih ya udah bawa aku kesini."

"Makasih juga karena telah muncul di hidup aku," lirih Bara dengan pelan sampai Yuki tak dapat mendengar suaranya.

"Tapi kenapa tempat seindah ini bisa tak ada satu orangpun pengunjung?" tanya Yuki heran, pasalnya saat ini hanya mereka berdua yang berada disini.

Pria itu tersenyum kecil dan menatap kearah ombak laut. "Pulau ini punya aku pribadi. Sebelum pulau ini terbuka untuk umum, aku mau ajak kamu terlebih dahulu buat melihat pulau ini," jawab Bara yang kini menatap mata Yuki dengan dalam.

"Kenapa aku?"

"Kamu mau cobain minum air kelapa nggak? Disini disediakan tempat yang cocok untuk kita bersantai dengan pemandangan yang lebih bagus dari ini." Yuki tau dari perkataan Bara terdengar mengalihkan pembicaraan. Mungkin masih ada sesuatu yang belum siap dibicarakan oleh pria itu.

"Kamu benar pemandangan di sini lebih bagus dibanding sebelumnya," ungkap Yuki sambil meminum air kelapa dengan menatap pemandangan di depannya.

"Mamahku selalu bahagia setiap kali kita pergi ke Pantai," Bara mulai membuka pembicaraan sambil menatap lurus ke depan.

"Terus kenapa bukan mamah kamu ajak kesini?"

"Dia sudah meninggal."

"Mamah adalah orang yang paling dekat dengan ku. Saat itu papah sangat sibuk dan menghabiskan lebih banyak waktu dengan pekerjaannya. Mamah mengidap penyakit gagal ginjal, Sampai pada akhirnya mamah meninggal karena kita telat mencari teransplatasi ginjal yang sesuai dengan golongan darah mamah."

LABIRINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang