35. Perasaan Gilang yang sebenarnya

589 57 0
                                    

Mobil mewah dengan nama ternama itu, terparkir dengan sempurna di depan sebuah panti. Kehadirannya sontak membuat membuat penghuni yang berada disana berdecak kagum. Ditambah dengan sosok berahang tajam dan bertubuh tinggi yang keluar dari mobil mewah itu.

"Wah aku pernah melihat mobil ini di Iklan TV tadi siang."

"Tak hanya mobil yang bagus, bahkan kakak di depanku ini jauh lebih tampan."

"Hentikan rayuan mu itu Lina."

Suara para anak panti itu mulai terdengar bersahutan menanggapi kehadiran sebuah mobil mewah dan sosok yang menjadi pengendara itu. Ratih yang melihat itu tentu saja tak tinggal diam. Dia langsung menghampiri anak-anaknya dan memerintahkan mereka untuk bermain di tempat lain.

"Saya minta maaf atas kelakuan anak-anak saya yang tidak sopan tadi," Ratih menundukkan kepalanya, meminta maaf pada pria muda di depannya.

Dirasa tak mendapatkan jawaban, wanita paruh baya itu langsung mengangkat kepalanya melihat kembali pria yang ada di depannya. Bisa Ratih lihat, bahwa pria itu sama sekali tak mendengarkan ucapannya. Mata pria itu terus teralihkan seolah mencari sesuatu di tempat ini.

"Apa kamu sedang mencari sesuatu di sini?" Ratih mulai memberi pertanyaan, "Saya pemilik panti di tempat ini. Mungkin saya bisa membantu kamu," lanjutnya berbicara.

Pernyataan dari Ratih sontak membuat pria berahang tegas itu menoleh. Pria dengan tubuh tingginya itu, langsung membuka dompetnya dan mengeluarkan sebuah foto dari dalam sana.

"Apa benar dia ada disini?" tanyanya sambil menunjukkan foto yang dia pegang.

Ratih langsung tersenyum melihat foto itu. Sebenarnya tadi dia sempat menebak bahwa pria yang ada dihadapannya ini, berkaitan dengan Yuki. Dan ternyata tebakannya memang benar.

"Dia memang sempat berada disini, tapi keluarganya sudah menjemputnya dari kemarin," jawabnya dengan masih menatap foto itu, "Apa kamu mempunyai hubungan dengan Yuki?" tanyanya dengan tersenyum, mulai mengangkat kepalanya menatap pria di depannya.

Wanita paruh baya itu terdiam seketika. Senyumnya perlahan lenyap begitu saja. Dia dapat merasakan aura mematikan di sekitarnya. Pria di hadapannya ini, mengeluarkan tatapan tajam lurus ke depan. Ratih juga bisa melihat tangan pria itu terkepal.

"Siapa?" Suara itu terdengar lebih datar dan menakutkan bagi Ratih.

"Dia adalah pria seperti kamu, dan namanya adalah Marco," suara Ratih terdengar pelan.

Setelah Ratih menyelesaikan ucapannya,  dia dapat merasakan aura yang dikeluarkan pria itu semakin lama semakin menguat. Sorot tajam dari manik matanya itu, mampu membuat Ratih diam tak berkutik.

Banyak pertanyaan yang terlintas di kepalanya, mulai dari siapa pria itu? Apa hubungannya dengan Yuki? Dan masih banyak lagi. Tapi sebelum Ratih mengajukan pertanyaannya, pria itu langsung pergi tanpa memberi kesempatan Ratih untuk bertanya.

*****

Suara tawa terdengar memenuhi ruangan itu. Keluarga itu terus melemparkan lelucon yang lucu. Souta merasa senang kini putrinya kembali ke keluarganya. Tak henti dia terus menatap putri kesayangan yang sedang tertawa. Mereka sedang membicarakan tentang sifat Marco yang datar.

"Aku tidak menyangka ternyata memang sikap Kak Marco seperti itu," Yuki berbicara sambil mengusap sisa air mata yang keluar akibat terlalu banyak tertawa.

"Kakak kamu emang seperti itu Yuki. Mamah aja sampai pusing tiap bicara sama dia, pasti jawabannya cuman deheman atau nggak anggukan," Ilena menambah ucapannya sambil membayangkan betapa dinginnya Marco pada saat itu.

LABIRINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang